Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I., 1994/1995
302 D 33
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Denpasar: Institut Hindu Dharma, 1982
392.598 UPA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rd. Kaleh Putro Setio Kusumo
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai implementasi kebijakan peraturan Pemerintah No 18 Tahun 2016 Tentang perangkat daerah di dua Kabupaten yakni Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Hulu Sungai Utara. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis bagaimana implementasi penataan kelembangaan yang didasarkan melalui amanat PP No 18 Tahun 2016 dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan penataan perangkat daerah. Adapun pendekatan penelitian menggunakan kualitatif dengan menggunakan paradigma Post Positivism. Hasil temuan penulis menunjukan bahwa implementasi kebijakan PP No 18 Tahun 2016 pada dua kabupaten yakni Kabupaten Banyuwangi dan Hulu Sungai Utara telah berhasil dilakukan namun masih bersifat prosedural. Hal ini terlihat dari adanya tipologi perangkat daerah berdasarkan beban kerja. Namun PP tersebut belum bisa menghasilkan perangkat daerah yang tepat fungsi dan ukuran secara objektif yang dapat meningakatkan kinerja pemerintah daerah. Kemudian faktor yang mempengaruhi implementasi penataan perangkat daerah di dua Kabupaten ini adalah dari isi kebijakan adalah faktor kepentingan yang dipengaruhi kebijakan dan derajat perubahan yang diharapkan. Sedangkan untuk faktor konteks kebijakan yang mempengaruhi adalah kekuasan, kepentingan dan aktor yakni jabatan kepala daerah yang bersifat jabatan administratif dan jabatan politik serta karakteristik lembaga dan penguasa yang dipengaruhi oleh kepemimpinan. Kemudian kontribusi sisi akademis, penelitian ini menguatkan teori Grindle bahwa isi dan konteks kebijakan mempengaruhi implementasi kebijakan namun penelitian ini penulis menyarankan untuk menambahkan faktor standar kebijakan dalam faktor yang mempengaruhi isi kebijakan
ABSTRACT
This thesis discusses  the implementation of regional government agency on 18/2016 in Banyuwangi regency in east java and Hulu Sungai regency in south borneo. The purpose of this study is to analyze how the implementation of institutional arrangements is based on the mandate of Government Regulation No. 18 of 2016 and to know the factors that influence the implementation of regional device arrangement policies. The research approach uses qualitative by using the Post Positivism paradigm. The findings of the authors indicate that the implementation of the PP No 18 of 2016 policy in two districts namely Banyuwangi and Hulu Sungai Utara Districts has been successfully carried out but is still procedural. This can be seen from the typology of regional devices based on workload. However, the PP has not been able to produce objective regional functions and measures objectively which can improve local government performance. Then the factors that influence the implementation of regional government agency in the two districts are the contents of the policy are the factors of interest that are influenced by policy and the degree of change expected. As for the policy context factors that influence are power, interests and actors, namely the position of regional head in the form of administrative positions and political positions and the characteristics of institutions and authorities influenced by leadership. Then the contribution of the academic side, this study corroborates Grindle's theory that content and policy context influence policy implementation, but this study suggests that the authors add standard policy factors to factors that influence policy content.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noviani Retna Budiarti
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian tentang bangunan suci dan tempat suci pada abad 13-15 M dilakukan berdasarkan data relief candi dari abad 13-15 M, dengan tujuan melakukan identifikasi bangunan suci dan tempat suci pada masa itu melalui tinggalan relief candi yang masih dapat dilihat hingga sekarang. Kajian itu dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap bentuk arsitektur dari bangunan suci dan tempat suci yang terdapat dalam relief. Dalam hal ini pengamatan terhadap arsitektur tempat suci diwakili oleh komponen tempat suci tersebut, yang dalam relief digambarkan dengan meja sesaji, miniatur candi dan arca. Bangunan suci dalam relief tersebut dapat dibagi menjadi dua berdasarkan konstruksinya, yaitu bangunan, konstruksi kayu dan bangunan konstruksi batu. Bangunan dan komponen dalam relief tersebut kemudian dibandingkan dengan bangunan suci dan komponen tempat suci dari masa 13-15 M pula, yang masih dapat diamati hingga saat ini. Untuk bangunan suci konstruksi kayu diupayakan mencari keterangan lain pada bangunan kayu dari mesa sekarang, yaitu bangunan yang terdapat di Jawa dan Bali. Hasil penelitian menunjukken bahwa bangunan dan komponen dalam relief yang diperkirakan sebagai bangunan dan komponen tempat suci pada umumnya memiliki kemiripan dengan bangunan dan komponen tempat suci dari masa Hindu-Buddha yang masih dapat dilihat sampai sekarang. Bentuk bangunan suci konstruk_si kayu dari abad 13-15 M itu tidak berbeda dengan bentuk bangunan profannya. Hal itu karena tidak adanya ketentuan tentang bentuk bangunan suci, kayu, sehingga masyarakat me_ngambil bentuk arsitektur yang telah mereka kenal pada saat itu. Meskipun tidak terdapat ketentuan, tetapi terdapat keteraturan penggunaan bentuk arsitektur tertentu sebagai bangunan sakral. Keteraturan tersebut tampaknya masih berlangsung hingga masa Islam dan pada masyarakat tradisional saat ini. Adapula bentuk bangunan kayu yang tidak terda_pat pada masyarakat Jawa saat ini, karena bangunan tersebut sudah tidak berfungsi di masyarakat. Janis bangunan itu masih dapat ditemui di Bali, berfungsi sebagai pelinggih. Bangunan konstruksi batu dalam relief mempunyai persa-maan bentuk dengan bangunan candi di :lawn Timur yang masih ada saat ini. Bentuk arsitektur bangunan-bangunan konstruksi batu dalam relief pada umumnya dapat digolongkan dalam klasi_fikasi yang telah diajukan oleh Hariani Santiko. Komponen tempat suci dalam relief yang berupa meja sesaji mempunyai persamaan dengan altar, sedangkan miniatur candi, serupa dengan pedupaen atau menara teras dan tugu. Komponen-komponen tersebut biasa dijumpai pada tempat suci yang berupa pertapaan. Tempat suci pada abad 13-15 M, berda_sarkan karya sastra, terdiri dari beberapa macam. Dalam tempat suci tersebut biasa dijumpai bangunan suci atau kompo_nen suci, atau pun keduanya.
1996
S11963
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Haryanto
Abstrak :
Relief gana mulai muncul pada candi-candi masa klasik tua di Jawa Tengah, seperti Dieng dan Gedong Songo. Pada candi candi tertua di Jawa Tengah ini, gana hanya muncul sangat sedikit. Penggambaran relief gana mulai berkembang pesat pada candi_-candi di Jawa Tengah selatan sekitar abad ke-8-10 M. Ketika pusat kerajaan berpindah ke Jawa Timur, tradisi penggambaran gana dalam bentuk relief masih juga muncul meski dengan frekuensi yang tidak terlalu banyak. Gana, tidak hanya digambarkan dalam bentuk relief di candi-candi melainkan dipahatkan pula pada yoni, dengan posisi menyangga carat Yoni. Berdasarkan bahan dasar pembuatannya, relief gana ada yang dibuat dari batu dan ada pula dari tanah liat. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi analisis. Relief gana ditelaah dari segi variasi bentuk hingga makna penggambarannya. Penyelusuran relief gana di Jawa Timur meliputi l3 candi di Jawa Timur, relief gana yang ada di Museum serta relief gana pada yoni yang masih in sitar, di Jebuk, Kediri, Sementara sebagai data banding, sekitar 15 candi di yogyakarta dan Magelang juga dikunjungi. Penelusuran makna penggambaran gana meliputi literatur tentang candi-candi di India, naskah Jawa kuna, prasasti dan literatur sejarah eni dan kebudayaan Jawa. Hasil analisis menunjukkan bahwa relief gana pada masa klasik tua di Jawa Tengah, umumnya digambarkan dengan sikap khas, yakni posisi tangan menyangga, naturalis, ekspresi biasa atau tersenyum, alat kelamin tidak diperlihatkan. Pada masa kemudian, yakni klasik muda di Jawa Timur. Frekuensi penggambaran gana pada candi tidak sebanyak di Jawa Tengah. Relief gana juga digambarkan berbeda dengan masa Jawa Tengah, yakni dengan ciri khas, penggambaran relief secara kaku dan pipih dengan sudut pandang meyamping, ekspresi menyeramkan dan alas kelamin yang selalu diperlihatkan. Bentuk relief gana yang pipih dan kaku di Jawa Timur merupakan pengaruh dari seni wayang kulit yang tengah berkembang pesat. Agaknya pengaruh seni Indonesia lama sangat kuat mempengaruhi tradisi penggambaran relief. Pada relief gana, selain digambarkan kaku dan pipih, juga digambarkan ekspresi wajah yang menyeramkan. Tradisi penggambaran wajah gana yang menyeramkan dan alat kelamin yang diperlihatkan, tidak popular di India maupun di Jawa Tengah. Ekspresi wajah yang scram dan penggambaran alat kelamin, mengingatkan pada tradisi prasejarah yang menganggap bahwa wajah seram dan alat kelamin merupakan simbol penolak bala yang utama, terutama mengusir roh-roh jahat.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11506
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Karangan ini kami susun dengan maksud memenuhi salah satu sjarat utama untuk menempuh udjian sardjana sastra pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia di Djakarta. Sebagai salah seorang dari Djurusan Arkeologi kami memilih subjek pembitjaraan mengenai relief panakawan pada beberapa tjandi di Djawa-Timur. Riwajat penjelidikan dan pembatasan subjek Penjelidikan atas panakawan telab dilakukan oleh ber-bagai sardjana, baik sardjana-sardjana Barat maupun sar_djana-sardjana Indonesia, antara lain L. Sorrurier, G.A.J. Hazeu, W.H.Rossers, M.Boedihardjo, J.L.A.Brandes, P.V.van Stein Callonfols, K.A.H.Hidding, N.J.Krom. L. Serrurior (1896) berpendapat bahwa Semar adalah ketu-runan dari dewa. Dalam semua lakon, Semar, Petruk dan Gareng dianggap tokoh-tokoh pengiring dari para ksatria yang turun temurun. Menurut pendapat Sorrurier penggam_baran tokoh panakawan itu,tidak dapat sekonjong-konjong muntjul kalau tidak ada sedjarahnja. Oleh karena itu panakawan dianggap sebagai tokoh Vidusaka dari sandiwara India jang didjawakan.G.A.J. Hazeu (1897) telah mentjoba menerangkan arti wayang
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1971
S11910
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endro Yuwanto
Abstrak :
Nisan-nisan di Komplek Makam Setono Gedong Kediri, Jawa Timur berjumlah sekitar 61 buah dan dibagi atas beberapa bagian, serta terdapat beberapa bagian yang memiliki cungkup Komplek Makam Setono Gedong, dengan jumlah yang berbeda pada masing-masing tipe. Selanjutnya dari 15 tipe dong menurut tradisi nsan merupakan makam para 'auliya' (penyebar Agama Islam) di Kediri. Dan hasil penelitian terhadap nisan-nisan di lokasi tersebut, memunculkan 13 jenis tipe nisan di Komplek Makam tersebut, 3 di antaranya memiliki persamaan dengan tipe nisan Demak.. Jika dihitung nilai frekuensinya adalah sebanyak 11 buah atau sekitar 20 persen dari seluruh obyek yang menjadi sampel penelitian. Hasil perbandingan variabel-variabel bentuk dasar, bentuk badan, bentuk kepala, bentuk kaki, dan hiasan juga memperlihatkan frekuensi persamaan yang cukup besar dengan nisan tipe Demak. Sehingga bisa diperkirakan, hasil penelitian ini menyatakan kesesuaian atau mendukung dan dapat memperkuat pernyataan dalam disertasi Hasan Muarif Ambary. bahwa nisan-nisan tipe Demak-Troloyo banyak ditemukan di daerah Pantai Utara Jawa, daerah pedalaman Jawa Timur dan Tengah, Palembang, Banjarmasin, dan Lombok, Selain itu hal yang menarik adalah ditemukannya motif hias tumpal, ikal, dan sinar Majapahit yang dominan pada beberapa nisan di komplek makam tersebut, selain motif polos (tanpa hiasan) yang juga dominan. Motif-motif tumpal, ikal. dan sinar Majapahit telah dikenal sejak masa sebelum Islam masuk ke Indonesia. Hal ini menunjukkan pembuat nisan di Komplek Makam Setono Gedong, ternyata masih terus mempertahankan tradisi yang telah ada pada masa sebelumnya.
2000
S11809
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Yoga Kartika
Abstrak :
Ada 4 unsur utama sebagai bentuk medan Pulau Jawa, yaitu Wilayah Lipatan Tersier Selatan dengan dataran-dataran rendah yang tercakup diantaranya. Wilayah Pegunungan Tengah yang sebenarnya adalah sebuah depresi, tetapi karena tutupan bahan vulkanik wilayah ml menjadi tinggi. Wilayah Lipatan Utara dengan beberapa bentuk diantaranya. Wilayah Dataran Aluvial yang terdapat di pesisir Utara Jawa. Adapun pembagian fisiografi di Jawa Tengah yaitu terdiri dari empat zona fisiografi yaltu Zona Pesisir Utara Jawa Tengah, Zona Serayu Utara, Zona Pegunungan Serayu Selatan dan Zona Pesisir Selatan Jawa Tengah. Menurut Bemmelen (1949), Gunung Sundoro - Sumbing sendini terletak pada bagian diantara Zona Serayu Utara dan Zona Pegunungan Serayu Selatan, yaltu merupakan daerah depresi yang disebut dengan Zona Serayu. Gunung Sundoro - Sumbing merupakan gunung api muda yang memisahkan Zona Serayu Utara dengan Zona Pegunungan Serayu Selatan dan merupakan awal dari suatu seri dan dataran antar pegunungan di Jawa Timur. Masaah yang ditelaah dalam penelitian mi adalah Unit-unit geomorfologi apa saja yang terdapat pada Gunung Sundoro - Sumbing. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisa peta topografi yang dibantu dengan peta geologi yang kemudian menghasiikan peta unit geomorfologi, serta metode deskripsi untuk menerangkan unit geomorfologi. Hasil akhir dari penelitian mi berupa ningkasan sebagai benikut : Di wilayah penetitian terdapat 3 unit geomorfologi. Unit Gunung Api terdini dari Gunung Api Sundoro, Gunung Api Sumbing, Gunung Api Gianti, Gunung Api Bencong, Gunung Api Prahu, Gunung Api Sroja, Depresi Serayu, Lembah Begaluh,. Kubah Lava Sumbing, Kaldera Sumbing, Cone Sundoro, Dataran Antar Pegunungan Sundoro - Sumbing, dan Maar. Unit Struktural terdini dari Lembah Hulu Sungai Serayu, Perbukitan Lipatan Serayu Selatan, Lembah Purworejo, Dome Progo Barat dan Perbukitan Lipatan Krikil. Unit Fluvial terdini dari Depresi Progo
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Mufidatunnisa
Abstrak :
ABSTRAK
Pada tahun 2013, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang membuat rencana strategis untuk melakukan upaya pengembangan dan segmentasi objek yang menawarkan keanekaragaman potensi daya tarik wisata alam dan buatan sesuai dengan motivasi dan kebutuhan wisatawan. Namun rencana strategis tersebut belum terlaksana secara efektif sehingga wisatawan belum mendapatkan informasi ruang objek wisata yang tersegmentasi sesuai dengan motivasi dan kebutuhannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tatanan keruangan tipologi objek wisata di Kabupaten Malang tahun 2014 yang tersegmentasi sesuai dengan motivasi dan kebutuhan wisatawan. Tipologi objek wisata dapat diketahui dengan menggunakan identifikasi fasilitas wisata dan ratarata jumlah kunjungan wisatawan. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif dan pendekatan keruangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing tipologi objek wisata di Kabupaten Malang memiliki pola keruangan yang berbeda. Tipe objek wisata mid-sentris menyebar secara merata di berbagai jarak dari pusat Kota Malang dan tipe objek wisata mendekati psikosentris menyebar secara merata di jarak yang dekat hingga sedang dari pusat Kota Malang. Tipe objek wisata allosentris dan mendekati allosentris terkonsentrasi di jarak yang jauh dari pusat Kota Malang, sedangkan tipe objek wisata psikosentris terkonsentrasi di jarak yang dekat dari pusat Kota Malang.
ABSTRACT
In 2013, Malang Regency’s Department of Culture and Tourism created strategic plan for development and segmentation efforts for potential tourism objects that offer diversed nature and artificial attraction according to tourists’ motivation and their needs. However, those strategic plan has not been effectively implemented; tourists do not get the spatial information of tourism objects that was segmented according to the tourists’ motivation and their needs. The purpose of this research is to find out the spatial typology pattern of tourism object in Malang Regency in 2014, segmented according to the tourists’ motivation and their needs. Typology of tourism object is determined by identifying tourists’ facilities and means of tourists’ arrivals. Data analysis methodology that is used in this research are descriptive and spatial approach. The result of this research shows that each typology of tourism object in Malang Regency has a different spatial pattern. The mid-centric type of tourism object spreads equally wide in various distances from central of Malang City and near psychocentric type of tourism object spreads equally wide over close to moderate distances from central of Malang City. The allocentric type and near allocentric type of tourism object are concentrated in a long-distance from central of Malang City, while psychocentric type of tourism object is concentrated in a close-distance from central of Malang City.
Universitas Indonesia, 2014
S55647
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Dep. P dan K, 1993
303.33 PEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>