Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farrelia Khana Khairunnisa
"Musik yang merupakan bagian dari keseharian banyak orang berfungsi sebagai sarana mengekspresikan diri. Musik indi populer di kalangan anak muda karena liriknya mengisahkan cerita yang banyak dialami oleh anak muda. Krisis seperempat abad adalah fenomena yang umumnya dialami oleh individu di usia dewasa awal. Penelitian ini akan membahas bagaimana krisis seperempat abad direpresentasikan dalam lagu karya Jannabi dan Okdal. Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan semiotika untuk menggali lebih dalam maksud dari tanda dalam lagu yang diteliti. Penelitian ini dilaksanakan dengan langkah mengumpulkan data, kemudian makna yang ditemukan dianalisis menggunakan konsep krisis seperempat abad, lalu ditarik simpulannya berdasarkan analisis data yang telah dilakukan. Hasil penelitian menemukan bahwa krisis seperempat abad direpresentasikan melalui tipe locked-in dan locked-out

Music, a part of many people's daily lives has a function as a medium of self-expression. Indie music is popular among young people because the lyrics tell stories that many young people can relate to. Quarter life crisis is a phenomenon commonly experienced by individuals in early adulthood. This research discusses how quarter life crisis is depicted in Jannabi's and Okdal's songs. The researcher uses a qualitative research method with a semiotic approach to dig deeper into the meaning of the signs in the songs to be studied. This research is conducted by collecting data, then the meaning found is analyzed by using the concept of the quarter life crisis. Then, conclusions are drawn based on the data analysis that has been done. The results found that Jannabi's and Okdal's songs represents quarter life crisis through locked-in and locked-out types."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Meitri Nayla Alya Yuswanto
"Penelitian ini membahas upaya pengekspresian diri oleh perempuan dalam industri Kpop untuk melawan budaya patriarki dalam media. Budaya patriarki dalam konfusianisme masyarakat Korea Selatan telah mengakar sejak tahun 600-an. Salah satu nilai dalam budaya patriarki adalah posisi yang tidak sejajar antara laki-laki dan perempuan. Akibat ajaran tersebut, perempuan memiliki kedudukan di bawah laki-laki, sehingga banyak kerugian dialami perempuan, salah satunya stereotip yang melekat pada perempuan diantaranya penampilan feminin perempuan yang ditujukan untuk memuaskan pandangan laki-laki. Terutama dalam media yang masih didominasi laki-laki, kerap kali penampilan perempuan mengalami objektifikasi. Selain itu, terdapat juga stereotip keterbatasan berekspresi bagi perempuan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis eksistensi perempuan di industri K-pop dalam melawan stereotip patriarki. Metode yang diaplikasikan adalah metode penelitian kualitatif dan analisis visual. Analisis visual dilakukan pada beberapa musik video penyanyi K-pop perempuan terpilih, yakni (G)I-DLE – Tomboy, IU – Palette, dan Seulgi, Chungha, SinB, Soyeon - Wow Thing. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Female Gaze, yaitu cara pandang dalam industri film dari kacamata perempuan. Teori ini berfokus pada aktualisasi perempuan sebagai subjek utama dalam sebuah karya sebagai bentuk perlawanan terhadap stereotip feminin. Melalui penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa perempuan di industri K-Pop saat ini berusaha menghadirkan media dari sudut pandang perempuan dan menjadikan perempuan sebagai subjek utama yang berdaya. Selain itu, dalam musik video digambarkan idol perempuan lebih berani menunjukkan ekspresi diri sesuai dengan jati dirinya dan berpenampilan berani yang berbeda dengan stereotip feminin.

This research discusses the efforts of self-expression by women in the K-pop industry to fight patriarchal culture in the media. The patriarchal culture in South Korean society's Confucianism has been rooted since the 600s. One of the values in patriarchal culture is the unequal position between men and women. As a result of these, women have a position below men, so that women experience many disadvantages, one of which is the stereotype attached to women. One of these stereotypes is the appearance of women to satisfy men's views, namely with women who look feminine. Especially in media that is still dominated by men, women's appearances often experience objectification. In addition, there are also stereotyped limits of expression for women. The purpose of this study is to analyze the existence of women in the K-pop industry against patriarchal stereotypes. The method applied is a qualitative research method and visual analysis. Visual analysis was carried out on several selected female K-pop singer music videos, namely (G)I-DLE – Tomboy, IU – Palette, and Seulgi, Chungha, SinB, Soyeon - Wow Thing. The theory used in this study is the Female Gaze theory, which is a perspective in the film industry from a woman's point of view. This theory focuses on the actualization of women as the main subject in a work as a form of resistance against feminine stereotypes. Through this research, it can be interpreted that women in the K-Pop industry are currently trying to present the media from a women's point of view and make women the main empowered subject. In addition, in the music video, female idols are depicted as being more courageous in showing self-expression in accordance with their identity and having bold looks that are different from feminine stereotypes."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Qamarani
"ABSTRAK
Jurnal ini mengetahui tentang interjeksi bahasa Korea melalui lirik lagu-lagu boyband Seventeen. Interjeksi adalah kategori yang bertugas mengungkapkan perasaan pembicara dan secara sintaksis tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam ujaran. Interjeksi selalu mendahului ujaran sebagai ucapan yang lepas atau berdiri sendiri. Dalam bahasa Korea, interjeksi disebut dengan ??? gamtansa . Gamtansa banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengungkapkan perasaan pembicara, baik secara lisan maupun tulisan. Salah satu media yang digunakan adalah melalui musik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi dan makna interjeksi bahasa Korea yang terdapat dalam lirik lagu-lagu boyband Seventeen. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif serta mengumpulkan sumber data dan mencari informasi terkait dengan objek penelitian berdasarkan studi kepustakaan. Hasil dari penelitian ini adalah dalam 12 lagu boyband Seventeen yang dijadikan sumber data, ditemukan penggunaan interjeksi bahasa Korea dengan fungsi dan maknanya yang berbeda-beda.

ABSTRACT
This journal analyzes the Korean interjection through boyband Seventeen rsquo s songs. Interjection is a category to express the speaker 39 s feelings and syntactically not related to other words in speech. Interjection always precedes as a loose or stand alone speech. In Korean, interjection is called gamtansa . Gamtansa is widely used in everyday life to express the speaker 39 s feelings, both orally and in writing. One of the media used is through music. The purpose of this journal is to explain the function and meaning of Korean interjection in boyband Seventeen rsquo s songs. This journal applies descriptive qualitative method by collecting the data and finding the related information from literature source. The results of this journal is in 12 boyband Seventeen rsquo s songs which became the source of data, found some Korean interjections and its different functions and meanings."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library