Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Waty Darmawaty
"Kehadiran manusia di suatu lingkungan akan menimbulkan pengaruh timbalbalik karena kegiatannya memenuhi kebutuhan hidup dasar maupun kebutuhan hidup sampingan, selain itu kegiatan manusia itu sendiri akan menghasilkan limbah yang pada gilirannya akan mempengaruhi lingkungan khususnya air di lingkungannya (Situ Cigayonggong). Dalam membina hubungan timbal-balik dengan lingkungannya, manusia harus mampu beradaptasi. Pengalaman beradaptasi terhadap lingkungannya itu diartikan sebagai kearifan lingkungan (environmental wisdom) yang merupakan mekanisme untuk menjaga keseimbangan lingkungan, sedangkan perilaku manusia dalam kaitannya dengan pemeliharaan lingkungan berkaitan dengan persepsi mereka mengenai lingkungan alam.
Situ Cigayonggong adalah suatu ekosistem lahan basah di Kabupaten Subang yang perlu dijaga eksistensinya, karena situ ini dimanfaatkan oleh sebagian besar penduduk Desa Kasomalang Wean untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari (minum, mandi, mencuci, mengairi sawah/kolam, dan lain-lain). Tahun 1981 situ ini luasnya 3,87 Ha, sekarang luasnya tinggal sekitar 2,87 Ha.
Permasalahan pokok yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah dampak aktivitas penduduk terhadap kelestarian fungsi situ bagi keseimbangan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendapatkan data mengenai kondisi kualitas air Situ Cigayonggong dengan adanya limbah yang berasal dari aktivitas manusia di sekitarnya; 2) mengetahui aktivitas penduduk yang terkait dengan kehadiran Situ Cigayonggong; 3) mengetahui kondisi dan persepsi masyarakat yang ada di sekitar Situ Cigayonggong terhadap fungsi situ, serta 4) mengetahui kearifan lingkungan yang berkembang.
Hipotesis penelitian ini adalah tekanan penduduk serta memudarnya kearifan lingkungan mempercepat penyusutan sumber daya alam perairan dan kualitas lingkungan.
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi ilmiah mengenai aktivitas manusia yang dapat mempengaruhi perubahan kualitas lingkungan, khususnya terhadap fungsi ekosistem lahan basah (situ), serta sebagai masukan untuk program-program pengendalian pencemaran dan pengelolaan perairan.
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Januari sampai Juli Tahun 2003 di Situ Cigayonggong, Desa Kasomalang Wetan, Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang, dengan menggunakan metode Ex Post Facto. Pengambilan data primer meliputi pengambilan sampel fisik, kimia, dan biologi kualitas air serta pengambilan data sosial melalui penelitian di lapangan dan wawancara. Data sekunder diperoleh dari dinas/instansi terkait serta literatur yang mendukung.
Hasil kajian latar belakang sejarah Desa Kasomalang Wetan dan Situ Cigayonggong memperlihatkan ada peningkatan jumlah penduduk serta perubahan lingkungan di sekitar kawasan Situ Cigayonggong. Hampir sebagian besar desa ini merupakan areal perkebunan kopi milik Belanda (sekitar abad ke-18) telah mengalami perubahan menjadi permukiman penduduk. Indikasi perubahan kondisi Situ. Cigayonggong di lokasi penelitian tersirat dari jawaban responden mengenai perubaban tersedianya air, luas situ dan kondisi ikan di Situ Cigayonggong (sekitar 80%) menyatakan semakin berkurang.
Hasil telaah hubungan fungsional indeks kualitas air permukaan dan dasar (nilai R2 =0,78-0,86) serta indeks keragaman bentos dengan habitatnya (nilai R2=0,84-0,99) memperlihatkan aktivitas manusia di sekitar Situ Cigayonggong menyebabkan perubahan kualitas air serta keragaman jenis makroinvertebrata bentos. Hasil analisis aspek sosial memperlihatkan kondisi sanitasi penduduk yang kurang baik, pudarnya kearifan lingkungan serta kehadiran pendatang yang kurang memperhatikan kearifan lingkungan turut mempercepat penurunan sumberdaya alam dan kualitas lingkungan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
Pertumbuhan penduduk yang pesat dan kemajuan teknologi yang mempermudah manusia mengolah sumber daya alam sekitarnya sering dilakukan tanpa mengenal batas daya dukung ataupun daya tampung, sehingga menimbulkan mutual depletion, sangat cepat. Akibatnya keseimbangan lingkungan menjadi rusak atau terganggu. Hasil penelitian yang dilakukan selama periode bulan Januari sampai Juni 2003, diketahui:
1. Hasil analisis kondisi kualitas air Situ Cigayonggong selama pengamatan tanggal 13 Mei - 10 Juni 2003 memperlihatkan adanya dampak negatif akibat efek antropogenik dengan indikasi sebagai berikut:
a. Stasiun IV (stasiun yang tidak mendapat masukan limbah hasil aktvitas manusia) memiliki kualitas air lebih baik dibanding stasiun I, II dan III (stasiun-stasiun yang menerima limbah hasil aktivitas manusia). Indeks kualitas air tertinggi sebesar 3,99 terdapat pada stasiun IV, sedangkan indeks kualitas air terendah sebesar 2,79 terdapat pada stasiun II (Indeks kualitas air angkanya 1 sampai 5 dengan kategori 1=buruk; 2=agak buruk; 3=sedang; 4=baik; dan 5=baik sekali).
b. Makroinvertebrata bentos yang ditemukan di Situ Cigayonggong sebanyak 8 jenis, terdiri atas kelas Oligochaeta (2 jenis), Gastropoda (3 jenis) dan Pelecypoda (3 jenis). Makroinvertebrata bentos tersebut adalah jenis yang biasa ditemukan pada kondisi bahan organik yang melimpah. Nilai indeks keragarnan makroinvertebrata bentos selama penelitian di Situ Cigayonggong, berkisar antara 0,27 (stasiun II)-1,38 stasiun IV).
2. Bentuk aktivitas penduduk yang terkait dengan kehadiran Situ Cigayonggong adalah pemanfaatan Situ Cigayonggong untuk sumber air minum dan memasak, mandi, mencuci, mengairi sawah/kolam, serta pemanfaatan lainnya (usaha pencucian kendaraan serta usaha industri kecil pabrik tahu).
3. Kondisi dan persepsi penduduk di sekitar Situ Cigayonggong adalah:
a. Penduduk Desa Kasomalang lebih mudah menangkap informasi secara lisan dari teman, tetangga (orang-orang terdekatnya) dibandingkan sumber informasi lainnya. Kondisi ini mempengaruhi pengetahuan dan pemaharnan mereka terhadap lingkungannya. Penduduk Desa Kasomalang Wetan di lokasi penelitian menyatakan Situ Cigayonggong harus dipertahankan, tetapi tidak diikuti dengan perilaku yang menunjang kelestariannya. Masih terdapat penduduk yang rumahnya tidak dilengkapi saluran pembuangan limbah rumah tangga, membuang sampah ke sungai, serta membuang hajat besar di sungai ataupun Situ Cigayonggong.
b. Persepsi Penduduk Desa Kasomalang Wetan untuk fungsi situ yang dianggap paling panting oleh penduduk Desa Kasomalang Wetan adalah untuk menjaga ketersediaan air di desanya serta untuk kepentingan sehari? hari.
4. Kearifan lingkungan yang masih bertahan di Desa Kasomalang Wetan adalah pantangan menangkap ikan pada hari Senin dan Jumat, pantangan berenang bagi pendatang, serta bentuk jamban tradisional memakai pancuran yang dibangun di atas kolam ikan.
Sebagai upaya untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan khususnya Situ Cigayonggong maka dapat disarankan:
1. Perlu penerangan lebih lanjut kepada masyarakat khususnya pengelola Pesantren Darussalam agar tidak memanfaatkan mata air secara langsung dari sumbernya, tetapi dengan cara ditampung terlebih dahulu dalam bak penampungan, selanjutnya dialirkan melalui pipa-pipa mengikuti ketinggian tempat. Demikian juga dengan limbah yang dihasilkan oleh Pesantren Darussalam, pabrik tahu dan tempe, supaya limbahnya diolah terlebih dahulu menggunakan teknologi pengelolaan limbah sederhana (misal kolam pengendapan, kolam fakultatif, kolam maturasi).
2. Pengetahuan lingkungan hidup dapat disampaikan melalui media informasi yang sudah ada (cerarnah-ceramah agama).
3. Kearifan lingkungan yang ada di Desa Kasomalang Wetan perlu dikembangkan menjadi peraturan tertulis. Hal ini untuk menghindari pemanfaatan Situ Cigayonggong secara berlebihan, dan mencegah turunnya daya tampung serta kualitas perairan setempat.

Anthropogenic Effect on the Degradation of Lake Function (A Case Study of the Existence of Organic Substance by Means of Biological Indicator in the Cigayonggong Lake, Subang District)The presence of human being in environment is causing adverse effect due to their fulfillment of primary and secondary needs. Their activities generate wasted material that will in turn be able to give impact on aquatic environment. To develop their relationship with environment, an adaptation is required. Experience of adaptation is abstracted as ecological wisdom that once become environmental balance mechanism, while people's behavior in relation to environmental preservation have something to do with their perception on it.
The Cigayonggong Lake is one of wetland ecosystem in Subang Regency that need to be preserved since most of villagers of East Kasomalang Village where it belong to, get benefit of its existence for their daily activities such as drinking, bathing, washing, watering paddy field and fish pond, etc. The area of the lake is decreasing from 3,87 Ha in 1981 to 2,87 at present.
The main issue discussed in this research is the impact of peoples activities on the lasting of lake function for environmental balance, mean while the objectives are: 1) To obtain data about water quality of Cigayonggong Lake due to discards from surrounding peoples activities; 2) To acknowledge the villagers activities related to Cigayonggong Lake; 3) To acknowledge the villagers perception about lake function; and 4) To acknowledge ecological wisdom developed in the area.
Hypothesis of this research is the pressure of population growth and disappearance of environmental wisdom accelerate the decreasing in water resource and environmental quality. Results of this research are expected to be the scientific information about people?s activities that effect the environmental quality changes, especially wetland ecosystem, and to be utilized for pollution control program as well as water resource management.
The research was conducted from January to July 2003 in the Cigayonggong Lake, East Kasomalang Village, Jalancagak Sub District, Subang Regency, using the Ex Post Facto Method. Primary data inquiry includes physical, chemical, and biological parameters of water quality; meanwhile socials aspects data inquiry includes observation and interview. Secondary Data were obtained from related institutional offices and literary.
Study of historical background of East Kasomalang Village and the Cigayonggong Lake area indicates significant population growth and environmental changes around the Cigayonggong Lake area. Major part of the village area which used to be the Dutch occupied coffy plantation (18th century), have converted into settlement. These environmental changes also can be known from respondent answer about water availability, lake area and fish condition of the lake that 80 percent of them confirm a decreasing.
Result of functional relational analysis of the top with bottom part of water quality index (R2= 0.78-0.86) and diversity index of benthic macro-invertebrate with its habitat (R2 = 0.84-0.99), indicates that people activity around the Cigayonggong Lake cause changes in water quality and diversity of benthic macro-invertebrate. Social aspect analysis indicates of poor condition of sanitation system, decreasing environmental wisdom and the new settler which are unfamiliar with local value, have accelerated degradation in natural resource and environment quality.
Conclusion:
The rapid population growth and the advance of technology that ease them to exploited natural resource in their surrounding often make them ignore its carrying capacity that cause natural depletion and disturb environmental balance. Here are the details:
1. Result of water quality analysis of the Cigayonggong Lake for measurement period of May 13 to June 10th show anthropogenic effects that cause degradation of lake function, as following details:
a. Station IV (not receiving any discards of people activity) has better water quality index than 3 other station (station I, II and III) that receive people activity discards. The highest water quality index (3,99) in on station IV, mean while the lowest (2,79) is in station II (Quality Index 1 =worst; 2=not good; 3= median; 4=good; 5 -best).
b. Benthic macro-invertebrate found in the Cigayonggong Lake consist of 8 genus. They are Oligochaeia (2 species), Gastropods (3 species) and Pelecypoda (3 species). Such benthic macro-invertebrate found in fair organic concentration. The range of benthic macro-invertebrate diversity index is 0,27 (station II) to 1,38 (station IV).
2. People activities which related to the existence of Cigayonggong Lake are cooking, bathing, washing, watering paddy field, and other purpose such as home industry.
3. Perception and condition of people living around the Cigayonggong Lake are:
Spoken information among close person is the most accepted source that influences their understanding about environment. Their demand for the lake preservation is not supported with their behavior to environment. The most important function of the lake in the respondent perception is to preserve water source and daily needs.
4. Ecological wisdom which is still preserved in East Kasomalang Village is forbiddance to catch fish on Monday and Friday, to swim in the lake for visitor, and to place traditional closet over fish pound.
To recommendation to preserve the lasting existence of the Cigayonggong Lake function are:
1. Need further explanation to people and especially the board of Pesantren Darussalam about the importance of letting the water flow in ground reservoir before being pumped out with certain regulation, and its recommended to pump out directly from its source. Further more waste water produced (by Pesantren Darussalam and local home industry) need to be stabilized in any waste water treatment.
2. Environmental education can be transferred through existing media such as religious speech.
3. Environmental wisdom need to be developed into written rule, to prevent an over exploitation of the lake and degradation of its carrying capacity, as well as its water quality."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 12258
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"At present, ecosystem function in lake ulak lia can be found as i.e. : recreation area, fisheries and retention basin of music river.Meanwhile , the basis data of these ecosystem function was limited and difficult to assess so far...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Lobster air tawar (LAT) merupakan jenis krustasea asing baru di Danau
Maninjau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis LAT dan beberapa informasi awal tentang LAT yang ada di Danau Maninjau, serta potensi dampaknya terhadap ekosistem danau. Penelitian dilakukan di tiga lokasi yaitu Sigiran, Batu Nanggai, dan Bayur pada bulan Maret 2011. Lobster air tawar ditangkap menggunakan alat tangkap rago (perangkap) yang dipasang pada sore dan diangkat pada pagi keesokan harinya. Rago dilengkapi dengan umpan yang terdiri dari campuran kelapa, pelet, dan ikan mati. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa jenis LAT yang ada di Danau Maninjau adalah Cherax quadricarinatus. Lobster yang tertangkap memiliki ukuran beragam, dengan rerata panjang karapas untuk lobster jantan 50,93 (6,68-80,36) mm, sedangkan lobster betina 54,35 (39,33-73,37) mm. Rerata berat basah total lobster jantan 38,75 (10,9-125,6) gram dan lobster betina 37,49 (12,5-82,4) gram. Selain itu juga ditemukan lobster betina yang membawa juvenil pada kaki renangnya sebanyak 2,36% dari tangkapan total. Beberapa hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagai jenis asing baru, populasi lobster air tawar, Cherax quadricarinatus telah berkembang mantap di Danau Maninjau. Hal ini berdampak positif secara ekonomi, namun juga berpotensi akan berdampak negatif sebagai jenis invasif ."
551 LIMNO 20 (1-2) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"danau-danau di Mahakam tengah merupakan bagian dari lahan basah di Kalimantan Timur yang memiliki peran penting secara ekologis."
551 LIMNO 20 (1-2) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"The lakes in urban megacity Jakarta, called as ?setu or situ? by the local people, play a central role in integrated water resources management. Despite its pivotal role in maintaining the balance of urban water system, they have not received sufficient attention. Rapid urban development in a very distinct urban watershed type of lake?s surroundings has impacted on the water quantity and quality of urban lakes in megacity Jakarta. Chronic problems faced by downstream area in megacity Jakarta such as flash floods in the rainy season and water scarcity in the dry season have indicated that the lakes have not been managed and functioned well. Human and nature disturbances such as shoreline encroachment, shoreline erosion, garbage dump and inflow from untreated sewage and urban runoff have polluted the lake water and reduced its volume capacity. Nearly half of the existing lakes have reduced from 10 to > 50% of its water volume capacity due to lake area shrinkage, siltation and even excessive growth of
invasive macrophytes. The lakes are mostly in disturbed to damaged environmental conditions. Lakes in urban and rural villages have less in water quantity and higher solids, organic matter, nutrients and even fecal bacteria concentrations than the lakes in planned residential, high-rise residential and industrial areas types of urban surroundings. As the lakes in the urban village and industrial area, elevated toxic metal concentrations have become public concern due to lake hygiene problems. Elevated nutrient concentrations have caused the lake eutrophication, where some lakes have suffered from excessive macrophyte coverage, algal bloom even toxic cyanobacterial bloom. The urban lakes in megacity Jakarta constantly have been degrading physically and ecologically affecting its water quantity and quality which is increasing the threat to human?s health and impact future human?s resilience in urban megacity Jakarta."
570 LIMNO 21:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Ternate merupakan sebuah pulau vulkanik di Maluku Utara, didalamnya terdapat gunung api aktif (G. Gamalama) berketinggian 1.715 m dpl. Di pulau ini terdapat tiga danau (Tolire Besar, Ngade dan Tolire Kecil) yang berdasarkan proses terbentuknya digolongkan sebagai danau vulkanik dengan type Maar. Pengukuran yang dilakukan di Danau Tolire esar pada tahun 2011 menghasilkan informasi kondisi fisik danau dan daerah tangkapannya. Danau Tolire dikelilingi oleh tebing curam setinggi 60-80m, tidak mempunyai outlet dan inlet hanya berupa alur air dari puncak Gunung. Luas DTA danau adalah 244,2 Ha dengan tanah ber-ordo Inceptisols dan Ultisols, dengan Iklim termasuk ke dalam tipe iklim B (Basah). Kedalaman maksimum danau 43,1 m, diameter 600 m, luas badan air 26,5 Ha, kecerahan danau hanya ,4 m, salinitas, DO serta profil pH dan ORP mempunyai pola yang hampir sama, yang mengindikasikan bahwa pada kedalaman antara 8 dan 9 m adalah lapisan chemocline atau oxycline. Lapisan permukaan cenderung bersifat oksidatif dan lapisan dasar reduktif. Tidak dijumpai adanya stratifikasi lapisan danau oleh perbedaan suhu, dengan suhu permukaan 30C. Daya dukung danau terhadap biota ikan sangat rendah, dimungkinkan karena faktor tingginya kandungan sulfida dan lingkungan yang terisolir."
570 LIMNO 21:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Heavy metals pollution in lakes has been generally occurred which is mainly attributed to the intensive anthropogenic activities surround them. The aim of this study was to obtain bacterial isolates for Pb bioremoval in waste water treatment system as well as Pb contaminated lakes water. Sediment samples were taken from Situ Cipondoh and Situ Pamulang in 3 December 2008. Bacteria were grown in Nutrient Agent (NA) medium containing Pb ions varied in 10, 25 and 50 mg/L concentration. Bacterial growth was observed in 24-48 hours. Graphite Furnace Atomic Absorption Spectrophotometer (GrAAS) was used to determine remaining Pb ion content in medium and in bacterial biomass after extraction digestions process using aqua regia and hydrogen peroxide 30 percent solutions mixtures at 121~�C and 15 Psig for 30 minutes. Recovery value using Certified Refence Material SRM-NIST-1515. Apple leaves measurement was 99.8 percent. The results show that bacterial isolates originated from situ Cipondoh and SituPamulang sediments were bot able to grow in medium containing 50 mg Pb/L, however bacterial isolated of situ Pamulang sediment can survive in medium containing 10 and 25 mgPb/L respectively in bacterial isolate of OP1N10, OP2N10, OP1N25, OP2N25, OP1N50 and OP2N50. Bacterial isolate from situ Pamulang grown medium (100 percent) possessed by OP1N10 isolate. The highest accumulation of Pb in bacterial cells (22.75 ~kg/g dry weight) found in OP1N25 isolate."
551 LIMNO 19:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"lake towuti is a tectonic-oligotrophic (A=56000 ha) located in malili complex, south sulawesi and has been designated as a recreation park. this lake is one of the ancient lakes in sulawesi. there are 29 fish species from 13 families in lake towuti, 19 species are endemic. all of the andemic fishes are recently utilized by people around the lake for consumption (fresh fish, dry fish and salty fish). on the other side the fast growth of fishing activities especially used a dipnet ("bagan") namely instrument unfriendly environmenral increases number, in 2007 totaled 19 and in 2009 had reached 30 pieces. an increasing number of dipnet that are operating in the waters of this indicates a threat to fish populations endemic. there are indication that lake towuti has been biologically contaminated. considering potential threats againts endemic ichthyofauna of lake towuti enough redoubted, then information about the ecological parameters already collected should be used to designate and map conservation area zoning endemic ichthyofauna."
551 LIMNO 20 (1-2) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Danau Maninjau diketahui memiliki aktivitas KJA yang intensif dan fenomena kematian massal ikan di perairan tersebut sering terjadi. Tubo Belerang", adalah istilah yang ditandai dengan adanya kematian massal ikan yang dipelihara pada karamba jaring apung (KJA) di Danau Maninjau. Untuk mengenali indikasi "tubo Belerang" di Danau Maninjau, telah dilakukan pengamatan pola stratifikasi beberapa parameter kualitas air, meliputi suhu, oksigen terlarut (DO; Dissolved Oxygen) dan kadar bahan organik total (TOM; Total Organic Matter). Pengamatan dilakukan pada Agustus, Oktober, Desember 2011 dan Maret 2012 di lima stasiun yang berbeda, pada strata 0 , 25, 50, 75, 100, 125 dan 150 m, yang disesuaikan dengan kedalaman masing-masing stasiun. Pada Desember 2011 dan Maret 2012, parameter DO diukur pada kedalaman 5, 10, 15 dan 20 m. Sebagai paremeter pendukung, diukur kandungan klorofil pada kedalaman 0, 1,5, 3,0 dan 4,5 m, kedalaman Secchi, dan juga kadar total fosfor (TP) dan total nitrogen (TN) pada lapisan permukaan. Berdasarkan kadar klorofil, kedalaman Sechi, kadar TP dan TN, perairan Danau Maninjau menunjukkan kondisi eutrofik. Suhu air relatif stabil pada kedalaman di bawah 25 meter, kondisi anoksik ditemukan pada lapisan air hingga kedalaman 15 m. Kadar TOM berkisar 5,9-24,9 mg/L, dan tidak ada pola khas pada distribusi vertikal TOM. Kondisi ini secara umum sering digambarkan sebagai upwelling tetapi sebenarnya merupakan proses turnover."
551 LIMNO 20 (1-2) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Danau Sentarum memilik banyak hutan rawa, berada di daerah aliran sungai (DAS) Kapuas bagian hulu dan merupakan wilayah konservasi."
551 LIMNO 20 (1-2) 2013
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>