Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budhiyono
Bandar Lampung: Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Lampung , 1995
069 BUD p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1992
338.479 1 IND d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muaz Munziri
"Menurut Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 1984, pola pembinaan dan pengembangan koperasi secara implisit menganut dua pola yaitu pola KUD dan Non KUD; di satu pihak pembinaan KUD diarahkan untuk menjadi suatu lembaga ekonomi yang otonom, efektif dan efisien, dimiliki dan diatur oleh warga desa sendiri serta dijadikan sebagai alat Pemerintah dalam melaksanakan program-program Pembangunan Nasional. Ini menunjukkan bahwa adanya keinginan Pemerintah agar sektor koperasi diharapkan dapat secara seimbang dengan sektor-sektor lain memberikan peranan dalam Perekonomian Nasional sebagai konsekuensi dari salah satu pelaku ekonomi di Indonesia yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945.
Untuk tujuan itu tentunya, efisiensi usaha koperasi merupakan titik sentral yang perlu dijadikan ukuran agar koperasi dapat tumbuh dan berkembang serta dapat bersaing secara sehat dengan sektor-sektor lain. Pada prinsipnya efisiensi usaha koperasi merupakan suatu kemampuan koperasi dengan seluruh kekayaan yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan Sisa Hasil Usaha.
Sisa Hasil Usaha yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa koperasi itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan Sisa Hasil Usaha yang diperoleh itu dengan kekayaan atau modal yang digunakan untuk menghasilkan Sisa Hasil Usaha tersebut atau menghitung rentabilitas ekonomisnya.
Berdasarkan hasil perhitungan trend dan penggunaan rata-rata hitung terhadap 24 KUD sebagai sample yang terdiri dari 12 KUD Mandiri dan 12 KUD Non Mandiri yang penulis teliti, pada periode tahun 1987 - 1991, baik secara keseluruhan maupun per kelompok masing-masing 12 KUD Non Mandiri dan 12 KUD Non Mandiri ternyata pertumbuhan Rentabilitas Ekonomisnya tidak efisien.
Berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah rentabilitas ekonomi baik yang berasal dari aspek finansial maupun non finansial digali dalam studi ini untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu faktor-faktor manakah yang menyebabkan menurunnya tingkat rentabilitas ekonomis di tiga kelompok penelitian KUD di Lampung Selatan ini; faktor apakah yang menyebabkan KUD Mandiri lebih efisien dibandingkan KUD Non Mandiri.
Untuk menjawab persoalan di atas telah dilakukan survey dengan menggunakan daftar pertanyaan penelitian kepada 24 KUD yang terpilih menjadi sampel yang tersebar di daerah tingkat II Lampung Selatan dan lembaga-lembaga pemerintah yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.
Hasil studi ini dapat diringkas sebagai berikut: Rendahnya rentabilitas ekonomis KUD-KUD Lampung Selatan baik secara keseluruhan maupun per kelompok yaitu KUD Mandiri dan KUD Non Mandiri ternyata disebabkan tingkat pertumbuhan SHU lebih kecil dibandingkan pertumbuhan Total Aktiva, dan karena lebih tingginya tingkat perputaran aktiva KUD Mandiri dibandingkan KUD Non Mandiri yang menyebabkan KUD Mandiri lebih efisien."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
T4336
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junaiyah H.M.
"ABSTRAK
Bahasa Lampung dipakai di Propinsi Lampung, Propinsi Sumatra Selatan, dan di desa Cikoneng, Anyer, Jawa Barat. Data jumlah penduduk berdasarkan bahasa ibu (Biro Pusat Statistik, 1990) tidak dapat menjelaskan dengan pasti berapa jumlah penutur bahasa Lampung karena bahasa itu tidak termasuk kelompok bahasa yang ditanyakan untuk mengetahui jumlah penduduk berdasarkan bahasa ibu. Namun, dari data itu, dapat diperkirakan bahwa jumlah penutur bahasa Lampung tidak mencapai 1.500.000 orang, seperti catatan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang didasarkan pada Language Atlas of the Pacific Area terbitan The Australian National University (1983). Untuk itu, mungkin terjadi penurunan jumlah penutur bahasa karena penutur bahasa Lampung beralih ke bahasa Indonesia (Walker, 1976:2) atau terjadi pencampuradukan pengertian antara jumlah penduduk dan jumlah penutur bahasa.
Bahasa Lampung terdiri atas dua dialek, yang oleh para peneliti terdahulu disebut dialek Nyo 'apa' atau dialek Api 'apa' (Van Roijen 1930), dialek O dan A (Hadikesuma 1988:15), atau dialek Abung dan dialek Pesisir (Walker 1976:1). Nama dialek Pesisir dan dialek Abung yang diberikan Walker sesuai dengan nama yang diberikan oleh penutur asli itu sendiri. Tidak ada penjelasan mengapa Van Roijen menyebut dialek Nyo dan Api, tetapi mungkin ia ingin menunjukkan jauhnya perbedaan kosakata di antara kedua dialek itu (karena untuk menyebutkan satu konsep, digunakan kata yang berbeda). Alasan Hadikesirma menyebut dialek O dan dialek A ialah karena kata yang berakhir dengan vokal /ol di dalam dialek 0 berkorelasi dengan kata yang berakhir dengan vokal /al di dalam dialek A.
Dialek Abung digunakan di (1) Kabupaten Lampung Utara, yaitu meliputi Kecamatan Kotabumi, Kecamatan Abung Besar, Kecamatan Abung Barat, Kecamatan Abung Timur, dan Kecamatan Abung Selatan; (2) Kabupaten Lampung Tengah, yang meliputi Kecamatan Sukadana, Kecamatan Gunung Balak, Kecamatan Gunung Sugih, Kecamatan Wai Jepara, Kecamatan Seputih Surabaya, Kecamatan Seputih Mataram, Kecamatan Terbanggi Besar, dan Kecamatan Padang Ram; (3) Kabupaten Lampung Selatan terdapat di dua buah desa, yaitu di desa Muara Putih, Negara Ratu, Kecamatan Natar; (4) Kotamadia Bandar Lampung, yaitu di desa Jagabaya, Gunung Agung, Gedung Meneng, Rajabasa, dan Labuhan Ratu.
Dialek Pesisir digunakan di (I) Kabupaten Lampung Tengah, yaitu di Kecamatan Labuhan Meringgai dan Kecamatan Jabung serta beberapa desa di Kecamatan Padang Ratu; (2) Kabupaten Lampung Utara, yaitu di Kecamatan Bahuga, Kecamatan Blambangan Umpu, Kecamatan Baradatu; (3) Kabupaten Lampung Barat; (4) Kabupaten Lampung Selatan; (5) Kotamadia Bandar Lampung; (6) Kabupaten Cogan Komering Ulu dan Kabupaten Cogan Komering Ilir, Kayu Agung, dan Danau Ranau di Sumatra Selatan; Berta (7) desa Cikoneng, Anyer, Jawa Barat (Hadikesuma, 1988:8--9).
Menurut Wetty (1992:2), penduduk Kecamatan Seputih Banyak, Kecamatan Seputih Raman, dan Kecamatan Raman Utara merupakan penutur dialek Abung. Saya tidak sependapat dengan Wetty sebab ketiga kecamatan itu justeru merupakan daerah permukiman transmigran asal Bali dan Jawa Timur, yang didatangkan pada tahun 1955--1963, dan ketiganya tidak berbatasan dengan desa penutur bahasa Lampung. Wetty juga tidak memasukkan Kecamatan Seputih Mataram dan Kecamatan Seputih Surabaya sebagai penutur dialek Abung, padahal kedua kecamatan itu memiliki sejumlah desa yang penduduknya merupakan penutur dialek Abung, misalnya desa Mataram Libo dan Terbanggi Libo (di Kecamatan Seputih Mataram) dan desa Surabaya Libo dan Buminabung Libo (di Kecamatan Seputih Surabaya).
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Sinergi Pustaka Indonesia, 2009
910SINP011
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1985
398.9 UNG
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Bahasa, 2000
398.215 NIL
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1997
499.221 5 KAT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990
499.221 5 SIS (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>