Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jepriyadi A Lumbu
"Pulau Belitung merupakan sebuah pulau yang memiliki potensi tinggalan budaya meliputi makam lama, masjid lama serta permukiman. Pada makam lama kebanyakan terletak pada dataran tinggi, daratan dan pantai. Makam yang berada diketinggian salah satunya adalah makam Syekh Abubakar Abdullah atau yang dikenal dengan sebutan Datuk Gunung Tajam, terletak pada ketinggian 500 Meter dari permukaan air laut (Mdpl). Kemudian pada keletakan masjid di Pulau Belitung berada pada persimpangan tiga dan persimpangan empat, hal ini merupakan bentuk kebiasaan masyarakat Belitung dalam memilih wilayah untuk dijadikan tempat pendirian masjid sebab tempat seperti itu merupakan temapat yang mudah untuk dijangkau dan bagian pusat keramaian. Pada permukiman mengikuti pola jalan besar/raya sehingga terlihat membentuk linier dan lebih teratur. Kemudian permukiman lama dan makam lama mempunyai konsep yang saling berhubungan sehingga membuat suatu pola tertentu. Dalam penelitian ini terdapat dua buah pertanyaan yaitu pertama, bentuk lansekap seperti apa pada makam, masjid dan permukiman di Pulua Belitung pada abad XVIII-XIX Masehi, kedua, makna apa yang terdapat pada lansekap makam, masjid dan pemukiman dalam Konteks Ideologi lokal pada masyarakat Belitung. Pada penelitian ini untuk menjawab suatu permasalahan perlu adanya metode yang digunakan, adapun metode yang digunakan yaitu metode kualitaif dengan menggunakan pendekatan arkeologi lansekap. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa lansekap makam dan permukiman mempunyai 4 pola dan maknanya yaitu ada keterkaitan dalam perlakukan yang di makam, selain dari itu lansekap masjid memperlihatkan sebuah pola lokal yaitu letak masjid terdapat pada persimpangan jalan yang dimaknai bahwa masjid merupakan sebuah bangunan yang penting selain tempat beribadah juga sebagai tempat untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat di sekitar masjid.
......Belitung Island is an island that has the potential of cultural relics including old tombs, old mosques, and settlements. In the old tombs mostly located in the highlands, land, and beaches. One of the tombs at the height of the tomb is Syekh Abubakar Abdullah, also known as Datuk Gunung Sharp, located at an altitude of 500 meters above sea level (masl). Then in the location of the mosque on the island of Belitung is at the intersection of three and crossing four, this is a form of Belitung peoples habits in choosing the area to be the place of construction of the mosque because such a place is an easy place to reach and the center of the crowd. In settlements following the pattern of major roads/highways so it looks to form linear and more orderly. Then the old settlements and old graves have interconnected concepts to make a certain pattern. In this study there are two questions: first, what kind of landscape in the tomb, mosque, and settlement in Pulau Belitung in the XVIII-XIX century AD, second, what is the meaning of the tomb, mosque, and settlement in the context of local ideology in the Belitung community. In this study to answer a problem, it is necessary to have a method used, while the method used is a qualitative method using a landscape archeological approach. The results of this research indicate that the grave landscape and settlement have 4 patterns and their meanings, namely there is a connection in the treatment of the tomb, besides that the mosque landscape shows a local pattern that is the location of the mosque at the crossroads which means that the mosque is an important building besides place of worship is also a place to convey information to the community around the mosque."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T52844
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sayyid Nashrullah Rasmadi
"Kota Bandung yang pada awalnya merupakan sebuah wilayah tertutup mengalami kemajuan yang pesat pada era kolonial, banyak sekali tempat yang dibangun untuk menunjang kehidupan masyarakatnya seperti, sekolah, pasar, perumahan, pabrik, dan lain-lain, dengan demikian Karsten berencana untuk membangun jalur kereta api trem dan halte-haltenya sebagai penunjang kegiatan masyarakat Kota Bandung dalam beraktivitas setiap harinya. Sehingga permasalahan mengenai bagaimana lanskap perkeretaapian di Kota Bandung pada era kolonial dimaknai oleh masyarakat pada masa itu menjadi permasalahan penelitian ini menarik untuk dibahas. Dengan penelitian deskriptif-analitis, peneliti membagi data ke dalam dua jenis yaitu primer yang berupa hasil observasi lapangan dan sekunder yang merupakan data kepustakaan, menggunakan kerangka pemikiran arkeologi lanskap dan paradigma pasca prosesual mampu memecahkan masalah penelitian. Hasil penelitian mengemukakan bahwa adanya aspek kestrategisan dan keefektifan bagi para penumpang-penumpangnya yang merupakan masyarakat Kota Bandung maupun sekitar Kota Bandung. Halte-halte ini berpengaruh pada waktu tempuh masyarakat yang akan bepergian ke lokasi-lokasi tersebut menjadi lebih singkat dan memerlukan usaha yang lebih sedikit dibandingkan dengan jika tidak adanya halte yang berlokasi dekat dengan sarana-sarana publik tersebut. Kebaharuan pada penelitian ini adalah dalam interpretasinya yang berada dalam ranah pikiran para penduduknya, sehingga tidak hanya persoalan fungsionalnya saja.
......Bandung which was originally an isolated area experienced a very rapid progress in the colonial era, many places were built to support the lives of its people such as schools, markets, housing, factories, etc., thus Karsten planned to build tram lines and its stops to support Bandung’s citizens in their daily activities. So that the problem of how the railroad system landscape in Bandung in colonial era interpreted by the community at that time for their daily lives becomes a very interesting research problem. With descriptive-analytical research, researchers divide the data into two types, namely primary in the form of field observations and secondary which constitute library data, using landscape archeological frameworks and post-processual paradigms capable of solving the problem of this research. The results of this study suggest that there are strategic and effectiveness aspects for the passengers who are residents of Bandung and around Bandung. The tram stops affect the travel time of the citizens who will travel to these locations to be shorter and require less effort compared to if there are no shelters located near the facilities these public facilities. The novelty of this research is in its interpretation which is in the realm of the minds of its inhabitants, so that it is not only a functional problem.

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Taqyuddin
"ABSTRAK
Kajian budaya pertanian masa Jawa kuno abad ke-8 ndash; 11 M yang menggunakan data utama isi prasasti, lokasional candi beserta gambaran reliefnya yang terkait dengan kondisi alam berdasar dimensi temporal dan spatial menunjukkan gambaran rekonstruksi lanskap arkeologi pertanian masa Jawa kuno. Penelitian arkeologi yang memfokuskan mengkaji benda budaya yang terkait dengan pertanian dalam isi prasasti, relief candi, sebaran candi dan lingkungannya yang ada di Jawa bagian tengah hingga Jawa bagian timur, pada bagian-bagiannya menurut waktu dan lokasionalnya menunjukkan keahlian lokal masyarakat Jawa kuno. Analisis arkeologis, analisis keruangan ekologi dapat menunjukkan bukti bahwa berbagai jenis pangan, tradisi pangan, jenis pengolahan tanah, pengolahan bahan pangan, profesi dan pejabat terkait dengan pengelolaan tanah, teknologi atau alat yang disebutkan untuk mendukung budaya pertanian masa lalu yang dipimpin oleh para-raja-raja masa Jawa kuno yang mengukuhkan tata aturan sesuai dengan agama Hindu dan Buddha di berbagai ruang wilayah penelitian dapat dibedakan keistimewaannya. Pelaksanaan budaya pertanian dikaji tidak terlepas dengan kondisi geografis fisiknya sebagai bukti upaya pemanfaatan lanskap alam yang terkait dengan lanskap arekologi pertaniannya. Analisis keruangan dari bukti-bukti tersebut dapat direkonstruksi nilai-nilai budaya masa Jawa kuno dan dijadikan refleksi. Refleksi nilai-nilai budaya tersebut dijadikan rujukan demi keberhasilan budaya pertanian. Nilai-nilai tersebut yaitu bahwa masyarakat Jawa kuno pandai memilih lanskap alam yang memiliki daya dukung lanskap budaya pertanian yang berkelanjutan. Selain itu masyarakat Jawa kuno yang berbekal pengalaman dan pengetahuan adaptasi ekologi di Jawa bagian tengah pada akhirnya peran manusia ikut menentukan perkembangan penerapan teknologi pertanian dan menentukan wilayah pilihan untuk melanjutkan kebudayaannya di Jawa bagian timur. Pengetahuan dan pengalaman menghadapi perubahan ekologis di Jawa bagian tengah yang relatif di dataran sempit berbukit hingga bergunung api, selanjutnya mampu mengekplorasi dan mengeksploitasi tidak hanya dataran luas lereng-lereng vulkanik tetapi hingga dataran rendah, dataran banjir sungai, rawa, pesisir dan laut. Hal ini dapat dijadikan refleksi budaya pada suatu wilayah dalam pengolahan tanah, pengadaan dan penyediaan pangan untuk lebih berkelanjutan.Kata kunci: Lanskap arkeologi pertanian, keruangan, ekologi.

ABSTRACT
The Study of Agriculture in Ancient Java using data from inscription, location of temple along with its candi relief related with natural environment, along with spatial and temporal dimension reconstruct archaeological agriculture in ancient Java era. Archaeological research aim and focus in studying cultural artifact of agriculture contain in inscriptions, candi relief, distribution of location of candi and its surrounding environment in central and east Java, each part described with its specific location and time frame, summarizing the evidence of local agricultural skill in ancient Java people. Archaeological along with spatial analysis such ecology conclude the evidence of various food source, food tradition, type of land cultivation, the food processing, the profession, bureaucracy related to land used, technology and various tools can provide a clear picture of ancient agriculture lead by kings in ancient Java in his terms of compliance to the religious setting and rule of Hinduism and Buddhism in various area in its specific settings. The cultural activity related to Agriculture are not separated with physical geography condition as a proven record of the use of natural landscape with its archeo agricultural landscape. Spatial analysis along with all related evidence can be use to reconstruct many of cultural values of ancient java on which can be reflected to now days needs situation. The value proved that ancient Java people has skill, knowledge, and experience to choose natural landscape that can support alive and sustainable agriculture landscape. On the progress, such expertise including ecological adaptation in central Java are used to choose to flourish the next episode of agriculture era in east Java. The knowledge and experience of challenging the ecological adaptation in central java, especially in narrow flat land to undulated hills and to volcanic mountain setting, are used well in exploring many areas not only hilly volcanic area, but also good use of flood plain, swamp, and coastal area. All of these great skill and experience can be use as cultural reflection in how an area can be used, tilled, and cultivated for a sustainable food security. Key Words Archaeology of Agricultural Landscape, spatial, ecology.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
D2288
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boca Raton: CRC Press, Taylor & Francis Group, 2009
930.102 8 SEE
Buku Teks  Universitas Indonesia Library