Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Traboulsi, Fawwaz
London: Pluto, 2007
956.92 TRA h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Puput Dyah Kusumastuti
"ABSTRAK
Lebanon adalah negara sektarian dengan banyak kultur dan agama yang berbeda-beda. Latar belakang perbedaan agama tersebut adalah sejarah pergantian kekuasaan yang menguasai Lebanon seperti Ottoman dan Prancis. Perbedaan yang terjadi di Lebanon membuat permasalahan dan perang saudara yang berangsur-angsur. Hingga akhirnya terbentuklah kesepakatan konfesional pakta nasional 1943 dan perjanjian Thaif untuk meredakan permasalahan tersebut, namun kedua jalan tersebut justru menimbulkan perang berkepanjangan. Dalam jurnal ini membahas tentang etnisitas negara Lebanon sebagai negara sektarian dan kesepakatan pakta nasional 1943 yang justru membuat keadaan negara Lebanon memanas. Dalam jurnal, peneliti menggunakan metode studi pustaka yaitu dengan mencari sumber buku atau jurnal ilmiah yang dianggap valid kemudian menginterpretasikan informasi-informasi yang tersebut menjadi satu kesatuan yaitu penulisan ini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kondisi masyarakat Lebanon sebagai negara sektarian dan proses berhentinya perang saudara yang terjadi berangsur-angsur pasca pakta nasional 1943. Hasil dari penelitian ini adalah mengetahui kondisi masyarakat Lebanon saat ini dan jalan yang ditempuh untuk mengakhiri perang saudara di Lebanon. Kesimpulan penelitian ini adalah negara Lebanon sangat menjungjung tinggi hak-hak individu dan sangat bersikap toleransi walaupun memiliki latar belakang agama dan suku yang berbeda-beda.

ABSTRACT
Lebanon is a sectarian country with many cultures and different religions. The background of the religious difference is a change of power that dominate the history of Lebanon as the Ottoman and French. Differences that occurred in Lebanon makes matters and civil war that gradually. Until finally forming a national pact confessional agreement in 1943 and the Taef agreement to ease the problem, but the road is actually cause a prolonged war. In this paper discusses about the ethnicity of the Lebanese state as a sectarian state and national pact agreement in 1943 that would make the state of the Lebanese state heats up. In the journal, the researchers use the method of literature study is to find the source of a book or journal that is considered valid then interpret the information into a single entity that is writing. The purpose of this study to determine the condition of the people of Lebanon as a state and the cessation of sectarian civil war that occurs gradually after the national pact of 1943. The results of this study was to determine the current condition of Lebanese society and the way in which to end the civil war in Lebanon. It is concluded that the Lebanese state is very high uphold individual rights and so be tolerant despite having religious and ethnic backgrounds are different. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Musa Shahabuddin
"Penelitian mengenai gerakan Hizbullah Libanon ditujukan untuk mengetahui bagaimana gerakan yang dilakukan oleh Hizbullah hingga menjadikan gerakan Hizbullah sebagai gerakan terkemuka di Timur Tenggah. Hizbullah merupakan suatu gerakan yang terarah dan meyeluruh dalam setiap aspeknya, baik aspek perjuangan bersenjata, sosial kemasyarakatan, dan politik. Hizbullah memandang Islam sebagai kesatuan yang tak terpisahkan dengan negara. Lahirnya gerakan ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain; invasi Israel yang mencapai puncaknya pada tahun 1982 (sebagai faktor utama), diskriminasi masyarakat Syiah, kekecewaan kaum Syiah terhadap gerakan AMAL, perpecahan kelompok Syiah, serta pengaruh Revolusi Iran dan keterlibatan Republik Iran. Berbagai gerakan yang dilakukan Hizbullah telah menyebabkan gerakan ini menjadi satu-satunya gerakan yang memenuhi berbagai unsur kekuasaan di Libanon. Gerakan bersenjata Hizbullah telah terbukti menjadi pelindung bagi kedaulatan Libanon. Gerakan sosial kemasyarakatan menyebabkan gerakan ini mendapat berbagai simpati dan dukungan dari masyarakat, khususnya masyarakat Syiah, selain itu gerakan politik yang bersih dan konsisten menjadikan gerakan Hizbullah mendapatkan berbagai dukungan dari beragai pihak. Keberadaan gerakan Hizbullah yang bertambah kuat serta penguasaan gerakan ini terhadap senjata menyebabkan gerakan ini mempunyai kemampuan dalam menentukan tujuanya. Kemampuan gerakan ini dalam menghadapi dan melumpuhkan agresi Israel pada bulan 12 Juli hingga 14 Agustus 2006 juga telah merubah mainframe mayoritas bangsa Arab yang menganggap Israel sebagai pihak yang tak dapat dikalahkan. Keberhasilan dalam menghadapi Israel telah merubah citra Hizbullah dari gerakan yang tidak diperhitungkan menjadi gerakan yang diperhitungkan negara-negara Arab yang mayoritas berpenduduk Suni. Gerakan ini telah menjadi satu-satunya gerakan terdepan di Libanon. Gerakan Hizbullah juga dapat menjadi contoh bagi gerakan bersenjata atau gerakan revivalis Islam, khususnya di Timur Tengah. Hal ini disebabkan beberapa gerakan yang memiliki tujuan serupa hanya terlibat dalam konfrontasi saja dan tidak memiliki gerakan sosial kemasyarakat dan visi politik yang baik. Konsistensi Hizbullah dalam menjalankan berbagai kegiatan bersenjata, sosial_kemasyarakatan, dan politik akan mengantarkan gerakan ini dalam mencapai tujuannya, yakni kekuasaan berdasarkan pengakuan masyarakat Libanon sendiri. Bila Hizbullah berhasil mencapai kekuasaan berdasarkan pengakuan masyarakat Libanon (hegemoni/kebudayaan), maka langkah-langkah untuk mewujudkan tujuannya akan menjadi keniscayaan, termasuk untuk membentuk negara Islam."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S13269
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winslow, Charles
London: Routledge, 1996
956.920 4 WIN l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmalasari Soepiter
"Tesis yang ditulis dengan deskriptif analitis ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis skenario pendudukan Israel terhadap Lebanon 12 juli 2006 serta mengulas kegagalan PBB dalam menyelesaikan konflik Israel dan Lebanon dalam hal ini Hezbollah. Menurut Israel, pemicu konflik Israel-Lebanon berawal dari penangkapan 2 militer Israel oleh Hezbollah dan membunuh 8 (delapan) orang lainnya pada tanggal 12-18 Juli 2006, itu yang membuat Israel menyerbu serta menduduki Lebanon dengan alasan tersebut.
Agresi Israel ke Lebanon disikapi oleh Masyarakat Intemasional sebagai bentuk dari pendudukan atau penjajahan terhadap Lebanon apalagi ketidakbedayaan PBB dalam merespon Agresi Israel ke Beirut, menjadi bahan kajian pertimbangan dalam penulisan tesis ini.
Sebenarnya serangan Israel ke Lebanon sudah jauh hari tersusun dan terencana bahkan sebelum Hezbollah menyandera tentara Israel, pertengahan July 2006, dan Keterlibatan AS dalam skenario rancangan serangan militer terhadap kelompok Hezbollah di Lebanon sangat dalam. Fakta laporan tersebut tentu saja mengukuhkan adanya suatu konspirasi tingkat tinggi dan yang paling jelas bisa menggugurkan alasan Israel yang sering diberitakan bahwa mereka menggempur Lebanon dikarenakan dua tentaranya yang disandera oleh Hezbollah. Keterlibatan AS terendus semakin kuat dengan dukungan penuh Gedung Putih pada Israel untuk mendukung serangan bom Israel, dengan agenda tersembunyi dari pihak AS jika ada opsi serangan militer terhadap Iran, serangan itu sekaligus akan dapat menghentikan pasokan senjata untuk Hezbollah yang selama ini digunakan untuk melawan Israel.
Keterlambatan inisiatif yang diambil oleh PBB dalam menghentikan serangan Israel terhadap Lebanon yang banyak rnenimbulkan banyak korban jiwa dari rakyat sipil yang tidak berdosa merupakan salah satu bukti impotensi atau ketidakberdayaan PBB dalam menyelesaikan konflik antara Israel dan Hezbollah. Makin mernbuat masyarakat Internasional semakin skeptis pada PBB terutama dalam menyelesaikan konflik Israel-Lebanon."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22523
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harik, Judith Palmer
London: IB. Tauris, 2004
324.569 2 HAR h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Riza Widyarsa
"Disertasi ini membahas peran zuama dalam Perang Saudara di Lebanon pada tahun 1975-1990. Studi ini memperlihatkan struktur politik yang tidak stabil, keragaman budaya baik agama maupun tradisi, menjadi factor yang menyebabkan perang saudara di Lebanon. Fokus kajian ini adalah mengenai peran zuama untuk mengakhiri perang dalam dinamika pola konflik yang terjadi. Penelitian ini juga mengungkapkan nilai-nilai yang secara ideologis dapat menyatukan perbedaan kepentingan zuama, sehingga tercapai kesepakatan untuk mengakhiri perang saudara. Penelitian menggunakan metode sejarah dan konsep ilmu politik yaitu politik identitas dan patron-client, dan dilakukan secara kualitatif, dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Data Primer berupa koran sejaman dan dokumen yang terkait dengan penelitian. Data sekunder yang digunakan adalah penelitian sebelumnya berupa buku dan jurnal, yang terkait. Temuan dari penelitian ini adalah terjadi pola konflik selama Perang Saudara 1975-1990. Pola pertama terbentuk antara 1975-1982 karena warga Maronite bersatu melalui politik identitas. Sedangkan warga non-Kristen memperjuangkan Pan-Arabisme dan pembagian porsi yang lebih banyak dipemerintahan. Pola ini membentuk aliansi antara warga non-Kristen dengan gerilyawan Palestina atas dasar Pan-Arabisme, untuk melawan milisi Maronite. Pola kedua adalah pada 1983- 1989, yaitu terjadi pergeseran di antara warga non-Kristen akan pandangan mereka terhadap Suriah, saat invasi Israel ke Lebanon tahun 1982. Pada periode 1983-1989, fokus dari konflik tidak kepada isu Pan-Arabisme, namun kepermasalahan pembagian kekuasaan, seperti yang terjadi pada perundingan di Genewa di tahun 1983, Lausanne di tahun 1984, dan Taif pada tahun 1989. Pola ini membentuk Perjanjian Taif di tahun 1989. Pola ketiga terbentuk pada 1990, yang disebabkan karena masih adanya pasukan Suriah dan Israel di Lebanon, sehingga fokus kepada permasalahan nasionalisme, di saat warga Maronite ingin agar pasukan Suriah keluar dari Lebanon dan warga non-Kristen ingin agar pasukan Israel keluar dari Lebanon Selatan. Pola ini membentuk kesepakatan di antara warga Maronite dan non-Kristen, bahwa mereka bekerja sama untuk mengusir Suriah dan Israel dari Lebanon. Meskipun ada perbedaan di antara para zuama, namun mereka menemukan titik temu antara ideologi yang dicetuskan oleh Amin Gemayel dan keluarga Jumblatt, tentang nasionalisme dan Pan-Arabisme. Baik Amin Gemayel dan keluarga Jumblatt setuju agar Lebanon menjadi negara yang berdaulat yang mementingkan kepentingan nasional, namun tidak melepaskan identitas ke Araban mereka.

This dissertation discusses the role of zuama in the Civil War in Lebanon in 1975-1990. This study shows that the political structure is unstable, the diversity of cultures, both religions and traditions, are the factors that cause the civil war in Lebanon. The focus of this study is on the role of zuama in ending war in the dynamics of conflict patterns that occur. This research also reveals values that can ideologically unite the different interests of the zuama, so that an agreement is reached to end the civil war. The research was conducted using using historical methodology and concepts from political science, which are identity politic and patron-client, and using qualitative method, by collecting primary and secondary data. Primary data is in the form of newspapers and documents related to research. Secondary data used is previous research in the form of books and journals, which are related. The findings of this study are that there is a pattern of conflict during the 1975-1990 Civil War. The first pattern was formed between 1975-1982 because Maronite citizens united through identity politics. Meanwhile, non-Christians struggled for Pan-Arabism and a greater share of the government. This pattern formed an alliance between non-Christians and Palestinian guerrillas on the basis of Pan-Arabism, to fight against the Maronite militias. The second pattern is in 1983-1989, namely there was a shift among non-Christians in their views on Syria, during the Israeli invasion of Lebanon in 1982. In the 1983-1989 period, the focus of the conflict was not on the issue of Pan-Arabism, but on the issue of division. power, as happened in the negotiations in Geneva in 1983, Lausanne in 1984, and Taif in 1989. This pattern formed the Taif Agreement in 1989. The third pattern was formed in 1990, due to the presence of Syrian and Israeli troops in Lebanon, so the focus is on the issue of nationalism, at a time when Maronites want Syrian troops to leave Lebanon and non-Christians want Israeli troops out of South Lebanon. This pattern established an agreement between Maronites and non-Christians that they would work together to expel Syria and Israel from Lebanon. Although there are differences between the zuama, they find common ground between the ideology coined by Amin Gemayel and the Jumblatt family, of nationalism and Pan-Arabism. Both Amin Gemayel and the Jumblatt family agree that Lebanon becomes a sovereign state that prioritizes national interests, but does not give up their Arab identity"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library