Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Lontar asal Bali ini berjudul Jrum Kundangdya. Teks dimulai dengan perkawinan Nini Jrum dengan Liman Tamb dengan suatu upacara besar, meriah, dan mewah. Tidak begitu lama mereka memadu cinta kasih sebagaimana layaknya sepasang suami istri, tiba-tiba Liman Tarub secara mendadak harus meninggalkan istrinya pergi untuk tugas penting. Mereka masing-masing merasa sedih untuk berpisah walau hanya beberapa hari. Namun karena tugas penting yang harus dilaksanakan Liman Tarub, akhimya pergilah dia dengan segala berat hati meninggalkan istrinya. Istrinya pun berat hati melepas kepergian suaminya. Dalam suatu kesempatan, Kundangdya mulai mendekati Nini Jrum. Nini Jrum pun tidak menolak maksud kehadiran Kundangdya. Terjadilah paduan kasih dengan segala kemesraan tanpa mengenal batas. Saat datang Liman Tarub dari bepergian. Terjadi perselisihan antara Liman Tarub dengan Kundangdya. Kundangdya dapat dibunuh Liman Tarub dengan keris saktinya. Begitu juga Nini Jrum mengalami nasib yang sama karena ulahnya sendiri. Liman Tarub mengutuk Nini Jrum, jika menjelma nanti supaya tidak bertemu dengan dia, dan menjadi makhluk yang lebih rendah. Setelah Kundangdya dan Nini Jrum meninggal dan dikutuk, akhimya Liman Tarub pergi ke gunung untuk meruwat dirinya. Ia berbusana serba putih, berbunga kuning, pakai keris, bersumpang cempaka putih. Ia disambut oleh para dukuh yang berasrama di sekitar bebukitan. Cerita selanjutnya adalah atma Nini Jrum dan Kundangdya bertemu di Surga seperti saat masih hidup di Mercapada dengan segala kemesraan. Teks dilanjutkan dengan lukisan keindahan dan kebesaran Surga dengan segala isinya; pertemuan' Nini Jrum dan Kundangdya dengan keluarganya masing-masing di Surga dengan segala kebahagiann dan kesenangan. Teks berakhir dengan penobatan Kundangdya dan Nini Jrum sebagai raja yang disegani oleh rakyat. Kerajaan sangat tentram dan makmur, segalanya serba murah dan selamat. Pada h.63a terdapat keterangan yang menyebutkan bahwa naskah selesai ditulis pada hari Minggu Umanis Klawu, titi, tanggal ping 3. sasih Desta, rah 2, tenggek 8, Isaka 1832 (1910). Nama penulis teks maupun penyalin naskah tidak disebutkan. Untuk teks-teks lain dengan judul yang sama lihat LOr 9490 dan Kirtya 845. Naskah ini termasuk salah satu Kidung Buta Yadnya yang biasa dipakai mengundang Buta Kala untuk diberi imbalan (labaari) agar tidak mengganggu ketentraman penduduk. Dengan kata lain bertujuan untuk menetralisir alam semesta beserta isinya."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.40-LT 202
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Lontar asal Bali yang berjudul Gita Sancaya ini, berawal dengan keinginan pengarang (tanpa nama) untuk belajar serta mengarang sebuah tembang seperti tembang Jawa, yang berisikan ajaran-ajaran kebajikan yakni berpikir yang baik, berkata yang benar, serta bertindak yang baik dan hati-hati. Dilanjutkan dengan ajaran kerohanian terutama kepercayaan dan berbakti kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa yang dilandasi dengan tingkah laku yang baik dan benar, serta ajaran tentang pengabdian terhadap sang Raja tanpa mementingkan pamrih semata. Disebutkan juga bahwa tembang Bali dan Jawa ada suatu perbedaan baik mengenai jenis pupuh maupun iramanya. Diakhiri dengan kehalusan tembang dhandhanggendis, yang bagaikan tabuh angklung Sidan (gamelan tradisional yang terdapat di Desa Sidan, Bali). Pengenalan tembang Jawa lewat tembang demungnya serta pelukisan rasa rendah hati pengarang atas sajian karangannya. Untuk teks-teks lain dengan judul Gita Sancaya, lihat Pigeaud 1968: 933. Teks terdiri atas 15 pupuh, sebagai berikut: (1) sinom; (2) pangkur; (3) durma; (4) asmarandana; (5) dhandhanggula; (6) mijil; (7) kinanthi; (8) pucung; (9) megatruh; (10) maskumambang; (11) girisa; (12) gambuh; (13) pucung; (14) dhandhanggula; (15) demung. Pada h.7b disebutkan daweg puput anggane pahing tolu, panglongnya ping tluwlas, sasih kanem manemoning, i sakane sanga bangsit dwang dasa lima. Berdasarkan data ini dapat ditunjukkan bahwa naskah selesai ditulis pada hari Selasa Pahing, wuku Tolu,panglong ke-13, bulan ke-6, tahun 1825 Saka (1903)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.45-LT 204
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Lontar asal Bali ini berjudul Kidung Tantri, menceritakan kemegahan kerajaan Negara Patali di bawah pemerintahan Raja Eswaryadala didampingi oleh seorang patih bernama Bande Swarya. Beliau sangat terkenal, berwibawa, serta ditakuti oleh raja-raja sekitarnya. Beliau senantiasa menyuruh patihnya untuk menghaturkan gadis-gadis setiap hari untuk dikawini. Lama-kelamaan habislah gadis yang dilacak oleh Patih Bande Swarya, kecuali putrinya sendiri yakni Ni Dyah Tantri. Patih Bande Swarya sangat sedih memikirkan hal itu. Berita ini didengar oleh Dyah Tantri. Untuk menghilangkan rasa duka ayahnya, Dyah Tantri bersedia dihaturkan kepada raja dan berjanji akan mampu menundukkan keserakahan raja. Secara pelan Dyah Tantri dapat menundukkan raja dengan bercerita setiap malam secara berangkai mulai dengan cerita Begawan Darma Swami melibatkan tokoh lembu,. singa dan semada, yang intinya hanya menyindir raja dengan ajaran dan prinsip utama yang harus dipegang raja dalam memerintah rakyatnya. Kisah dilanjutkan dengan cerita-cerita lain yang berisi ajaran-ajaran yang mampu mengubah sikap raja. Akhirnya raja menyadari perbuatannya sehingga Dyah Tantri selamat dan Patih Bande Swaryadala pun merasa lega. Menurut keterangan di h.90b, naskah selesai disalin pada hari Rabu Keliwon Dungulan bulan Kasa (pertama), dan merupakan milik I Gusti Putu Jlantik sebagai Bupati Singaraja, diperoleh di Puri Singaraja pada hari Kamis Pon Kurantil tahun 1828 Saka oleh Anak Agung Ngurah (di Tabanan). Naskah ini tidak jelas siapa penyalinnya, namun berdasarkan informasi di h.90b tampaknya naskah disalin oleh I Gusti Putu Jlantik atau Anak Agung Ngirisah (Tabanan) pada tahun 1828 Saka (1906) di Singaraja Bali. Hal ini ditunjang dengan catatan tambahan dengan tulisan Bali dan Latin yakni kidung tantri 1-90,1.G. Jlantik (t.t), punggawa kulini, 1906. (h.1a)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.63-LT 230
Naskah  Universitas Indonesia Library