Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Rock compressibility is an important formation rock properties. It influences various processes in reservoir and rock formations that encompass from sources of reservoir driving energy, changes in other reservoir properties, to land subsidence. "
620 SCI 37:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Raihan Zidan Imtiyaz
"Endut merupakan gunung yang terletak di Provinsi Banten. Di beberapa daerah, Gunung Endut memiliki fasies batugamping yang umumnya mengendap di lingkungan laut. Berdasarkan Peta Geologi Lembaran Leuwidamar, fasies batugamping di daerah penelitian termasuk dalam Formasi Bojongmanik dan Formasi Badui serta berada di Zona Fisiografi Bogor. Di Gunung Endut, batugamping yang ada muncul pada masa pra vulkanik, padahal pada umumnya hampir semua batugamping yang ada di Jawa ditemukan dalam bentuk singkapan di Zona Pegunungan Selatan yang terbentuk pada masa pasca vulkanik. Penelitian ini menitikberatkan pada identifikasi secara makroskopis dan mikroskopis batugamping dalam menentukan mikrofasi batugamping yang nantinya dapat lebih akurat menentukan sebaran fasies dan sejarah geologi batugamping di kawasan Gunung Endut. Fitur makroskopis dari setiap sampel batu kapur diklasifikasikan berdasarkan Klasifikasi Dunham yang dimodifikasi oleh Embry & Klovan, sedangkan fitur mikroskopis dari setiap sampel batu kapur diklasifikasikan menurut Standar Mikrofasies dan Model Sabuk Wajah yang dimodifikasi oleh Wilson. Hasil akhir analisis dapat menambah informasi terkait sebaran fasies dan sejarah geologi batugamping di daerah penelitian secara lebih detail dibandingkan penelitian sebelumnya.

Mount Endut is a mountain located in Banten Province. In some areas, Mount Endut has limestone facies which generally settle in the marine environment. Based on the Geological Map of the Leuwidamar Sheet, the limestone facies in the study area are included in the Bojongmanik Formation and the Badui Formation and are in the Bogor Physiographic Zone. At Mount Endut, existing limestones appeared in the pre-volcanic period, whereas in general almost all of the limestones in Java are found in the form of outcrops in the Southern Mountain Zone which were formed in the post-volcanic period. This research focuses on the macroscopic and microscopic identification of limestone in determining limestone microfation which later can more accurately determine the facies distribution and geological history of limestone in the Mount Endut area. The macroscopic features of each limestone sample were classified according to the Dunham Classification modified by Embry & Klovan, while the microscopic features of each limestone sample were classified according to the Microfacies Standard and Wilson-modified Face Belt Model. The final results of the analysis can add information related to the distribution of facies and the geological history of limestone in the study area in more detail than previous studies."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emir Rakhim
"Gunung Kapur merupakan bukit karbonat yang bersifat soliter berumur Miosen yang masuk ke dalam Anggota Batugamping Formasi Bojongmanik dengan litologi penyusun berupa batugamping. Gunung Kapur berlokasi di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Studi diagenesis dilakukan di lokasi ini dengan tujuan untuk mengetahui rezim diagenesis dan proses-proses diagenesis yang bekerja pada batuan beserta korelasinya terhadap porositas batuan. Hal yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah pemetaan geologi, pengambilan sampel batugamping, analisis megaskopis batuan, dan analisis petrografi. Pada hasil kegiatan lapangan didapatkan 10 sampel yang dianalisis lebih lanjut menggunakan metode petrografi. Proses-proses diagenesis di daerah penelitian yang menambah porositas adalah disolusi, alterasi biogenik, dan kompaksi sedangkan yang mengurangi nilai porositas adalah sementasi, kompaksi, dan neomorfisme. Tipe-tipe porositas yang terbentuk adalah burrow, intrapartikel, interpartikel, interkristalin, fracture, channel, vuggy, dan moldic. Adapun nilai porositas yang didapatkan dari sampel adalah 1,71% hingga 18,38% berdasarkan perhitungan point counting sehingga disimpulkan bahwa kualitas porositas di daerah penelitian yaitu negligible sampai good. Berdasarkan bukti proses diagenesis yang ditemukan, rezim diagenesis di daerah penelitian adalah rezim laut, rezim bawah permukaan, dan rezim meteorik freatik.

Gunung Kapur is a solitary carbonate hill of Miocene age which included in the Anggota Batugamping Formasi Bojongmanik with the lithology consisting of limestone. Gunung Kapur located in Ciampea District, Bogor Regency. Diagenesis studies were carried out at this location to know the diagenesis regime and the diagenesis process's impact on rocks and their correlation to rock porosity. Research activities that will be used in this research are geological mapping, limestone sampling, rock megascopic analysis, and petrographic analysis. The results from field activities, 10 samples were obtained which were further analyzed using the petrographic method. Diagenesis processes in the research area that increase porosity are dissolution, biogenic alteration, and compaction, while those that reduce porosity are cementation, compaction, and neomorphism. The types of porosity formed are burrow, intraparticle, interparticle, intercrystalline, fracture, channel, vuggy, and moldic. The porosity values obtained from the samples are 1.71% to 18.38% based on point counting calculations so it can be concluded that the porosity quality in the research area is negligible to good. Based on diagenesis processes evidence, the diagenesis regime in study area are marine regime, burial regime, and meteoric phreatic regim"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Chiara Ayu
"Daerah penelitian terletak pada Formasi Klapanunggal, di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan umur Miosen Tengah hingga Miosen Akhir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kisaran umur litologi, karakteristik fasies, dan paleoekologi Formasi Klapanunggal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data lapangan, pengukuran penampang stratigrafi, analisis petrografi, dan analisis mikropaleontologi. Berdasarkan analisis makroskopis melalui data lapangan dan analisis mikroskopis melalui analisis petrografi, didapatkan lima klasifikasi fasies pada daerah penelitian, yaitu Larger Foraminifera Floatstone, Larger Foraminifera Rudstone, Coral Bindstone, Skeletal Floatstone, dan Skeletal Rudstone. Berdasarkan distribusi dan kelimpahan foraminifera bentonik yang ada pada daerah penelitian yaitu Alveolinella quoyi, Amphistegina lessonii, Amphistegina radiata, Archaias angulatus, Asterorotalia yabei, Borelis melo, Elphidium craticulatum, Operculina ammonoides, Operculina complanata, Pyrgo depressa, Sphaerogypsina globulus, dan Triloculina oblonga, mencerminkan intensitas cahaya pada zona mesophotic sampai oligophotic menempel pada substrat berbutir kasar maupun halus dengan kedalaman air laut hingga 50 meter di bawah permukaan laut dan memiliki salinitas normal hingga hypersaline. Hidup pada zona tropis yang memiliki kandungan nutrisi yang rendah, sehingga foraminifera bersimbiosis dengan alga yang berperan sebagai sumber makanan bagi organisme.

The research area is located in the Klapanunggal Formation, Klapanunggal District, Bogor Regency, West Java Province with an age of Middle Miocene to Late Miocene. The purpose of this study was to identify the age range of the lithology, facies characteristics, and paleoecological condition of the Klapanunggal Formation. The methods that used in this research were field data collection, stratigraphic cross-sectional measurement, petrographic analysis, and micropaleontological analysis. Based on macroscopic analysis trough field data and microscopic analysis through petrographical analysis, five facies classifications were obtained in the research area, namely Larger Foraminifera Floatstone, Larger Foraminifera Rudstone, Coral Bindstone, Skeletal Floatstone, and Skeletal Rudstone. Based on the distribution of benthic foraminifera in the area, namely Alveolinella quoyi, Amphistegina lessonii, Amphistegina radiata, Archaias angulatus, Asterorotalia yabei, Borelis melo, Elphidium craticulatum, Operculina ammonoides, Operculina complanata, Pyrgo depressa, Sphaerogypsina globulus, and Triloculina oblonga, reflecting light intensity in the mesophotic to oligophotic zone attached to coarse and fine grained substrates with sea water depths up to 50 meters under the sea level and having normal to hypersaline salinities. Living in tropical zone which have low nutrient content, so foraminifera are in symbiosis with algae which act as food sources for organisms."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Misbahul Hayat Fathul Husni
"Indonesia memiliki kekayaan sumber daya geologi yang sangat beragam mulai dari bahan galian radioaktif, bahan galian non logam, bahan galian logam, dan bahan tambang lainnya. Salah satu sumber daya geologi yang terdapat hampir di semua pulau Indonesia adalah batu gamping, potensi batu gamping di Indonesia sangat besar dan tersebar hampir merata di seluruh kepulauan Indonesia. Salah satu daerah yang memiliki potensi tersebut adalah Desa Padabeunghar, wilayah ini menjadi fokus penelitian karena memiliki banyak wilayah izin usaha untuk pertambangan gamping dengan komoditas bahan industri yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat potensi sebaran batu gamping dan karakteristik wilayah dari tingkatan potensi sebaran batu gamping. Penelitian ini menggunakan 4 variabel diantaranya adalah mineral karbonat, indeks kerapatan vegetasi, tutupan lahan, dan kelas litologi yang dilakukan pengolahan data menggunakan penginderaan jauh dan sisitem informasi geografis, hasil pengolahan tersebut dilakukan validasi lapangan dengan peninjauan karakteristik wilayah dari survey lapangan untuk mengetahui karakteristik wilayah di wilayah sebaran potensi tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa Desa Padabeunghar memiliki tingkat potensi sebaran yang sedang dengan batuan gamping ditemukan pada karakteristik tutupan lahan berupa semak belukar dan hutan.

Indonesia has a wealth of geological resources that are very diverse, ranging from radioactive minerals, non-metallic minerals, metallic minerals, and other mining materials. One of the geological resources found in almost all Indonesian islands is limestone, the potential for limestone in Indonesia is very large and is spread almost evenly throughout the Indonesian archipelago. One area that has this potential is Padabeunghar Village, this area is the focus of research because it has many business license areas for limestone mining with different industrial material commodities. This study aims to determine the level of potential distribution of limestone and regional characteristics of the level of potential distribution of limestone. This study uses 4 variables including carbonate minerals, vegetation density index, land cover, and lithology class. Data processing is carried out using remote sensing and geographic information systems. the potential distribution area. The results showed that Padabeunghar Village has a medium distribution potential level with limestone found in land cover characteristics in the form of shrubs and forests."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuar Budiman
"Pembangunan pada area pesisir di Indonesia dengan lapisan Limestone atau lapisan kapur atau Karst berupa fasilitas biasa hingga fasilitas vital negara seperti Terminal Bahan Bakar Minyak, Pengolahan Gas, Pembangkit listrik dan bangunan-bangunan penting lainnya menghadapi tantangan terutama pada desain dan kontruksi struktur dan peralatan dengan beban yang sangat berat. Desain dan kontruksi struktur dan pondasi di bidang-bidang tertentu seperti bangunan oil and gas diatur oleh code-code internasional yang mempunyai batasan teknis lebih ketat daripada peraturan-peraturan di bidang teknik sipil sendiri.
Penggunaan lahan dengan lapisan limestone mempunyai potensi bahaya terkait dengan beragamnya jenis struktur lapisan di kedalaman tertentu yang terkadang tidak bisa diprediksi. Lapisan limestone mempunyai bentuk yang sangat beragam dan unik sehingga dapat menyebabkan kegagalan pondasi dan struktur diatasnya yang sudah dianggap menggunakan desain dan data yang benar tanpa penyelidikan dan pemahaman lebih detail. Untuk mendapatkan perencanaan desain dan rencana pembangunan yang baik pada lapisan limestone membutuhkan pengambilan data spesifik untuk batuan yang membantu memahami kualitas lapisan batuan yang dihadapi untuk membantu dalam melakukan Analisa yang memadai.
Jenis data Limestone yang digunakan pada penelitian ini yaitu limestone dengan tipe Very Low Strenght. Salah satu karakteristik lapisan limestone yang menjadi pembahasan adalah Cavities. Cavities adalah lubang atau void dari hasil peremukan/peruntuhan dari batuan (dalam penelitian ini) kapur atau limestone yang akan menjadi masalah apabila lapisan diatas cavities tersebut tidak mempunyai strength yang cukup untuk menopang pondasi yang bertumpu di permukaan lapisan tersebutPembangunan pada area pesisir di Indonesia dengan lapisan Limestone atau lapisan kapur atau Karst berupa fasilitas biasa hingga fasilitas vital negara seperti Terminal Bahan Bakar Minyak, Pengolahan Gas, Pembangkit listrik dan bangunan-bangunan penting lainnya menghadapi tantangan terutama pada desain dan kontruksi struktur dan peralatan dengan beban yang sangat berat. Desain dan kontruksi struktur dan pondasi di bidang-bidang tertentu seperti bangunan oil and gas diatur oleh code-code internasional yang mempunyai batasan teknis lebih ketat daripada peraturan-peraturan di bidang teknik sipil sendiri.

Developments in coastal areas in Indonesia with Limestone layers or Karst in the form of ordinary facilities to vital state facilities such as Oil Fuel Terminals, Gas Processing, Power Plants and other important buildings face challenges, especially in design and construction for structure and equipment with heavy load and or very heavy load. The design and construction of structure and foundation in certain fields such as oil and gas buildings is regulated by international codes which have more stringent technical limitations than regulations in the field of civil engineering itself.
Land use with limestone layers has potential hazards related to the various types of layer structures at certain depths which are sometimes unpredictable. Limestone layers have a very diverse and unique shape that can cause failure of the foundation and the structure above it which has been assumed using the correct design and data without further investigation and understanding. To get a good design and contruction planning on limestone layers requires taking specific data for rocks that help understand the quality of the rock layers encountered to assist in carrying out an adequate analysis.
The type of Limestone parameter used in this study is limestone with the Very Low Strength type. One of the characteristics of the limestone layer that is being discussed is Cavities. Cavities are holes or voids resulting from the crushing of rocks (in this study) limestone or limestone which will be a problem if the layer above the cavities does not have sufficient strength to support the foundation that rests on the surface of the layer.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri Saputra
"[ABSTRAK
Potensi cadangan bijih mangan di Indonesia cukup besar, namun terdapat
di berbagai lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Komoditi ini menjadi bahan
baku yang tidak tergantikan di industri baja dunia. Ferromangan (FeMn)
merupakan logam paduan dengan komposisi 75% Mangan (Mn) dan 25% besi (Fe)
yang umumnya digunakan pada proses peleburan besi/baja guna memperbaiki
sifak-sifat mekanik dari produk yang dihasilkan.
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh proses pencanpuran
bijih Mn kadar rendah (LG) yang berasal dari Kab. Tanggamus, Lampung (16,3
%Mn-19,2 %Fe-20,2 %Si) dengan bijih Mn kadar menengah (MG) yang berasal
dari Jember, Jawa Timur (27,7 %Mn-4,4 %Fe-14,7%Si) sebagai bahan baku untuk
pembuatan logam FeMn dengan kandungan minimal sebesar 50 %Mn. Penelitian
ini dilakukan sebanyak 5 kali percobaan dengan variasi pada campuran bijih Mn
yaitu [1] 25 %LG+75 %MG, [2] 50 %LG+50 %MG, [3] 75 %LG+25 %MG, [4]
100 %LG, dan [5] 100 %MG. Bijih mangan diproses menggunakan Submerged Arc
Furnace (SAF) dengan input berupa bijih Mn sebagai bahan baku utama, kokas
sebagai reduktor, dan kapur sebagai aditif. Ketiga bahan baku tersebut dilebur
hingga mencapai temperatur 1500 oC. Untuk mengetahui kualitas bahan baku dan
produk FeMn yang dihasilkan, dilakukan analisa seperti XRF (X-Ray
Fluoroscence), XRD (X-Ray Diffraction), AAS (Atomic Absorbtion Spectrometry),
dan Proksimat.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa untuk percobaan [1] diperoleh
logam FeMn sebanyak 5,2 Kg dengan kadar 54,05 %Mn, percobaan [2] diperoleh
logam FeMn sebanyak 4,75 Kg dengan kadar 50,03 %Mn, percobaan [3] diperoleh
logam FeMn sebanyak 4,6 Kg dengan kadar 36,44 %Mn, percobaan [4] diperoleh
logam FeMn sebanyak 4,3 Kg dengan kadar 31,13 %Mn, dan percobaan [5]
diperoleh logam FeMn sebanyak 12,8 Kg dengan kadar 75,19 %Mn. Pengaruh dari
proses pencampuran (Mn-blend) dalam pembuatan ferromangan ini adalah
semakin banyak komposisi bijih Mn kadar menengah (MG) yang digunakan,
menyebabkan (a) semakin banyaknya kokas dan semakin berkurangnya kapur yang
dibutuhkan, (b) meningkatnya yield, jumlah produk, serta kandungan persentase
Mn dari FeMn yang dihasilkan, dan (c) semakin rendahnya konsumsi energi yang
dibutuhkan.
ABSTRACT
The potential reserve of manganese ore in Indonesia is very large, but it
was located in different locations spread throughout Indonesia. Manganese ore is
one of raw material in producing ferromanganese that is not replaceable in the
world steel industry. Ferromanganese (FeMn) is an alloying metal that contained
of 75% Manganese (Mn) and 25% Iron (Fe) which is generally used in the process
of iron/steel making to improve its mechanical properties.
In this experiment, ferromanganese production was conducted by blending
two kinds of manganese ore, that was low grade Mn ore (LG) which derived from
Tanggamus, Lampung (16,3 %Mn-19,2 %Fe-20,2 %Si) and medium grade Mn ore
(MG) which derived from Jember, East Java (27,7 %Mn-4,4 %Fe-14,7 %Si), to
obtain ferromanganese with a minimum content of 50 %Mn. The composition of
Mn-blend in this experiment was [1] 25 %LG+75 %MG, [2] 50 %LG+50 %MG,
[3] 75 %LG+25 %MG, [4] 100 %LG, and [5] 100 %MG. This mixed manganese
ore was processed by using Submerged Arc Furnace (SAF). Cokes and limestone
was added into the furnace as reductant and flux agent, respectively. Those raw
materials are smelted until 1500 °C. To determine the composition of raw materials
and the product of FeMn, analysis such as XRF (X-Ray Fluorescence), XRD (XRay
Diffraction), AAS (Atomic Absorption Spectrometry), and proximate have to be
done.
From each composition of Mn-blend above in this experiment, it was
obtained that [1] 5,2 Kg of FeMn with 54,05 %Mn, [2] 4,75 Kg of FeMn with 50,03
%Mn, [3] 4,6 Kg of FeMn with 36,44 %Mn, [4] 4,3 Kg of FeMn with 31,13 %Mn,
and [5] 12,8 Kg of FeMn with 75,19 %Mn. The effect of Mn-blend in this
ferromanganese production was by the increasing composition of the medium
grade manganese ore (MG) that will cause: (a) the increasing number of cokes and
the decreasing of limestone required, (b) the increasing of yield, the number of
products, and also the percentage of manganese content FeMn, and (c) the
decreasing of energy consumption required., The potential reserve of manganese ore in Indonesia is very large, but it
was located in different locations spread throughout Indonesia. Manganese ore is
one of raw material in producing ferromanganese that is not replaceable in the
world steel industry. Ferromanganese (FeMn) is an alloying metal that contained
of 75% Manganese (Mn) and 25% Iron (Fe) which is generally used in the process
of iron/steel making to improve its mechanical properties.
In this experiment, ferromanganese production was conducted by blending
two kinds of manganese ore, that was low grade Mn ore (LG) which derived from
Tanggamus, Lampung (16,3 %Mn-19,2 %Fe-20,2 %Si) and medium grade Mn ore
(MG) which derived from Jember, East Java (27,7 %Mn-4,4 %Fe-14,7 %Si), to
obtain ferromanganese with a minimum content of 50 %Mn. The composition of
Mn-blend in this experiment was [1] 25 %LG+75 %MG, [2] 50 %LG+50 %MG,
[3] 75 %LG+25 %MG, [4] 100 %LG, and [5] 100 %MG. This mixed manganese
ore was processed by using Submerged Arc Furnace (SAF). Cokes and limestone
was added into the furnace as reductant and flux agent, respectively. Those raw
materials are smelted until 1500 °C. To determine the composition of raw materials
and the product of FeMn, analysis such as XRF (X-Ray Fluorescence), XRD (XRay
Diffraction), AAS (Atomic Absorption Spectrometry), and proximate have to be
done.
From each composition of Mn-blend above in this experiment, it was
obtained that [1] 5,2 Kg of FeMn with 54,05 %Mn, [2] 4,75 Kg of FeMn with 50,03
%Mn, [3] 4,6 Kg of FeMn with 36,44 %Mn, [4] 4,3 Kg of FeMn with 31,13 %Mn,
and [5] 12,8 Kg of FeMn with 75,19 %Mn. The effect of Mn-blend in this
ferromanganese production was by the increasing composition of the medium
grade manganese ore (MG) that will cause: (a) the increasing number of cokes and
the decreasing of limestone required, (b) the increasing of yield, the number of
products, and also the percentage of manganese content FeMn, and (c) the
decreasing of energy consumption required.]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S62747
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dibuat alat pengukur daya hantar buatan/bahan yang mengutamakan komponen lokal yang mudah di dapat di pasaran. Metode pengukuran yang digunakan adalah metode ''steady state''. Bahan padat dibuat sampel dengan berbentuk silinder berdiameter 10 cm dan variasi tebal 1 cm, 1,5 cm, dan 2 cm. Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan aluminium yang memiliki nilai konduktivitas standard k (tebal referensi Holman, 1963) sebesar (137-210) watt/m C. Sedangkan konduktivitas panas k aluminium hasil percobaan sebesar (145-197) watt/m C. Dengan demikian hasil uji kalibrasi menunjukkan bahwa alat dapat bekerja dengan baik dan memberikan hasil yang akurat. Uji pengukuran terhadap sampel batu Gamping dari Wanagama, Wonosari memberikan nilai konduktivitas panas k sebesar 30,25 watt/m C (standard (2-3,4) watt/m C), dan pengukuran terhadap terhadap sampel batu pasir dari daerah Godean memberikan nilai konduktivitas panas k sebesar 16 watt/m C (standard (1,5-4,2) watt/m C). Hal ini menunjukkan jenis dan komposisi atau campuran batuan tersebut berbeda terhadap sampel referensi. "
JURFIN 2:8 (1998)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Asti Diar Safitri
"ABSTRAK
This project has an objective to reduce the use of cement for paste by replacing partial part of the concrete with limestone. This experiment focuses on the effect of the shear thickening behaviour to the behaviour of the paste and hence concrete. The idea of such a replacement is generated in order to reduce the effect of carbon footprint. In addition, the cost of cement paste production can be minimised as well since the percentage of cement in paste is reduced and replaced. Several pastes with various percentage of replacement were tested. Limestone as replacement has been proven to reduce the effect of shear thickening. The reduced effect of shear thickening is considered to be beneficial in construction industry.

ABSTRAK
Riset ini mempunyai tujuan untuk mengurangi penggunaan semen dalam pasta dengan mengganti beberapa bagian dari pasta dengan batu kapur. Eksperimen ini terfokus pada efek dari prilaku penebalan geser dengan prilaku pasta begitu juga beton. Ide pengganti tersebut dihasilkan dalam rangka mengurangu efek jejak karbon. Selain itu, biaya produksi pasta semen dapat diminimalkan karena persentase semen dalam pasta berkurang dan diganti. Beberapa pasta dengan persentase pengganti yang berbeda telah dites. Batu kapur sebagai material pengganti telah terbukti mengurangi efek dari penebalan geser. Berkurangnya penebalan gesel dinilai menguntungkan di dunia kontruksi."
[Depok, ]: Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, 2017
S68044
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dordrecht : Springer, 2011
551.447 KAR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>