Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yanuar Budiman
"Pembangunan pada area pesisir di Indonesia dengan lapisan Limestone atau lapisan kapur atau Karst berupa fasilitas biasa hingga fasilitas vital negara seperti Terminal Bahan Bakar Minyak, Pengolahan Gas, Pembangkit listrik dan bangunan-bangunan penting lainnya menghadapi tantangan terutama pada desain dan kontruksi struktur dan peralatan dengan beban yang sangat berat. Desain dan kontruksi struktur dan pondasi di bidang-bidang tertentu seperti bangunan oil and gas diatur oleh code-code internasional yang mempunyai batasan teknis lebih ketat daripada peraturan-peraturan di bidang teknik sipil sendiri.
Penggunaan lahan dengan lapisan limestone mempunyai potensi bahaya terkait dengan beragamnya jenis struktur lapisan di kedalaman tertentu yang terkadang tidak bisa diprediksi. Lapisan limestone mempunyai bentuk yang sangat beragam dan unik sehingga dapat menyebabkan kegagalan pondasi dan struktur diatasnya yang sudah dianggap menggunakan desain dan data yang benar tanpa penyelidikan dan pemahaman lebih detail. Untuk mendapatkan perencanaan desain dan rencana pembangunan yang baik pada lapisan limestone membutuhkan pengambilan data spesifik untuk batuan yang membantu memahami kualitas lapisan batuan yang dihadapi untuk membantu dalam melakukan Analisa yang memadai.
Jenis data Limestone yang digunakan pada penelitian ini yaitu limestone dengan tipe Very Low Strenght. Salah satu karakteristik lapisan limestone yang menjadi pembahasan adalah Cavities. Cavities adalah lubang atau void dari hasil peremukan/peruntuhan dari batuan (dalam penelitian ini) kapur atau limestone yang akan menjadi masalah apabila lapisan diatas cavities tersebut tidak mempunyai strength yang cukup untuk menopang pondasi yang bertumpu di permukaan lapisan tersebutPembangunan pada area pesisir di Indonesia dengan lapisan Limestone atau lapisan kapur atau Karst berupa fasilitas biasa hingga fasilitas vital negara seperti Terminal Bahan Bakar Minyak, Pengolahan Gas, Pembangkit listrik dan bangunan-bangunan penting lainnya menghadapi tantangan terutama pada desain dan kontruksi struktur dan peralatan dengan beban yang sangat berat. Desain dan kontruksi struktur dan pondasi di bidang-bidang tertentu seperti bangunan oil and gas diatur oleh code-code internasional yang mempunyai batasan teknis lebih ketat daripada peraturan-peraturan di bidang teknik sipil sendiri.
......Developments in coastal areas in Indonesia with Limestone layers or Karst in the form of ordinary facilities to vital state facilities such as Oil Fuel Terminals, Gas Processing, Power Plants and other important buildings face challenges, especially in design and construction for structure and equipment with heavy load and or very heavy load. The design and construction of structure and foundation in certain fields such as oil and gas buildings is regulated by international codes which have more stringent technical limitations than regulations in the field of civil engineering itself.
Land use with limestone layers has potential hazards related to the various types of layer structures at certain depths which are sometimes unpredictable. Limestone layers have a very diverse and unique shape that can cause failure of the foundation and the structure above it which has been assumed using the correct design and data without further investigation and understanding. To get a good design and contruction planning on limestone layers requires taking specific data for rocks that help understand the quality of the rock layers encountered to assist in carrying out an adequate analysis.
The type of Limestone parameter used in this study is limestone with the Very Low Strength type. One of the characteristics of the limestone layer that is being discussed is Cavities. Cavities are holes or voids resulting from the crushing of rocks (in this study) limestone or limestone which will be a problem if the layer above the cavities does not have sufficient strength to support the foundation that rests on the surface of the layer."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raihan Zidan Imtiyaz
"Endut merupakan gunung yang terletak di Provinsi Banten. Di beberapa daerah, Gunung Endut memiliki fasies batugamping yang umumnya mengendap di lingkungan laut. Berdasarkan Peta Geologi Lembaran Leuwidamar, fasies batugamping di daerah penelitian termasuk dalam Formasi Bojongmanik dan Formasi Badui serta berada di Zona Fisiografi Bogor. Di Gunung Endut, batugamping yang ada muncul pada masa pra vulkanik, padahal pada umumnya hampir semua batugamping yang ada di Jawa ditemukan dalam bentuk singkapan di Zona Pegunungan Selatan yang terbentuk pada masa pasca vulkanik. Penelitian ini menitikberatkan pada identifikasi secara makroskopis dan mikroskopis batugamping dalam menentukan mikrofasi batugamping yang nantinya dapat lebih akurat menentukan sebaran fasies dan sejarah geologi batugamping di kawasan Gunung Endut. Fitur makroskopis dari setiap sampel batu kapur diklasifikasikan berdasarkan Klasifikasi Dunham yang dimodifikasi oleh Embry & Klovan, sedangkan fitur mikroskopis dari setiap sampel batu kapur diklasifikasikan menurut Standar Mikrofasies dan Model Sabuk Wajah yang dimodifikasi oleh Wilson. Hasil akhir analisis dapat menambah informasi terkait sebaran fasies dan sejarah geologi batugamping di daerah penelitian secara lebih detail dibandingkan penelitian sebelumnya.
......Mount Endut is a mountain located in Banten Province. In some areas, Mount Endut has limestone facies which generally settle in the marine environment. Based on the Geological Map of the Leuwidamar Sheet, the limestone facies in the study area are included in the Bojongmanik Formation and the Badui Formation and are in the Bogor Physiographic Zone. At Mount Endut, existing limestones appeared in the pre-volcanic period, whereas in general almost all of the limestones in Java are found in the form of outcrops in the Southern Mountain Zone which were formed in the post-volcanic period. This research focuses on the macroscopic and microscopic identification of limestone in determining limestone microfation which later can more accurately determine the facies distribution and geological history of limestone in the Mount Endut area. The macroscopic features of each limestone sample were classified according to the Dunham Classification modified by Embry & Klovan, while the microscopic features of each limestone sample were classified according to the Microfacies Standard and Wilson-modified Face Belt Model. The final results of the analysis can add information related to the distribution of facies and the geological history of limestone in the study area in more detail than previous studies."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emir Rakhim
"Gunung Kapur merupakan bukit karbonat yang bersifat soliter berumur Miosen yang masuk ke dalam Anggota Batugamping Formasi Bojongmanik dengan litologi penyusun berupa batugamping. Gunung Kapur berlokasi di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Studi diagenesis dilakukan di lokasi ini dengan tujuan untuk mengetahui rezim diagenesis dan proses-proses diagenesis yang bekerja pada batuan beserta korelasinya terhadap porositas batuan. Hal yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah pemetaan geologi, pengambilan sampel batugamping, analisis megaskopis batuan, dan analisis petrografi. Pada hasil kegiatan lapangan didapatkan 10 sampel yang dianalisis lebih lanjut menggunakan metode petrografi. Proses-proses diagenesis di daerah penelitian yang menambah porositas adalah disolusi, alterasi biogenik, dan kompaksi sedangkan yang mengurangi nilai porositas adalah sementasi, kompaksi, dan neomorfisme. Tipe-tipe porositas yang terbentuk adalah burrow, intrapartikel, interpartikel, interkristalin, fracture, channel, vuggy, dan moldic. Adapun nilai porositas yang didapatkan dari sampel adalah 1,71% hingga 18,38% berdasarkan perhitungan point counting sehingga disimpulkan bahwa kualitas porositas di daerah penelitian yaitu negligible sampai good. Berdasarkan bukti proses diagenesis yang ditemukan, rezim diagenesis di daerah penelitian adalah rezim laut, rezim bawah permukaan, dan rezim meteorik freatik.
......Gunung Kapur is a solitary carbonate hill of Miocene age which included in the Anggota Batugamping Formasi Bojongmanik with the lithology consisting of limestone. Gunung Kapur located in Ciampea District, Bogor Regency. Diagenesis studies were carried out at this location to know the diagenesis regime and the diagenesis process's impact on rocks and their correlation to rock porosity. Research activities that will be used in this research are geological mapping, limestone sampling, rock megascopic analysis, and petrographic analysis. The results from field activities, 10 samples were obtained which were further analyzed using the petrographic method. Diagenesis processes in the research area that increase porosity are dissolution, biogenic alteration, and compaction, while those that reduce porosity are cementation, compaction, and neomorphism. The types of porosity formed are burrow, intraparticle, interparticle, intercrystalline, fracture, channel, vuggy, and moldic. The porosity values obtained from the samples are 1.71% to 18.38% based on point counting calculations so it can be concluded that the porosity quality in the research area is negligible to good. Based on diagenesis processes evidence, the diagenesis regime in study area are marine regime, burial regime, and meteoric phreatic regim"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Christanto
"ABSTRAK
Data gravitasi pada daerah Slawi, Jawa Tengah telah digunakan untuk menentukan kedalaman tiap-tiap horizon dari batas muka densitas. Metode Energy Spectral Analysis ndash; Multi Window Test ESA-MWT berbasis transfomasi fourier merupakan metode yang diterapkan dalam memperoleh nilai kedalaman tersebut. Kedalaman horizon diperoleh melalui hasil analisis energi spektrum berdasarkan transformasi fourier yang telah dilakukan pada data gravitasi yang sudah di-grid. Diawali dengan proses multi window test pada nilai Complete Bouguer Anomaly yang memiliki densitas 2.34 gr/cc yang sudah dalam bentuk grid untuk masing-masing test point dengan tujuan sebagai pemisah dan pembatas dalam melakukan estimasi kedalamannya. Besaran window yang digunakan untuk setiap titik uji dimulai dengan kelipatan 500m 500m, begitu seterunya sampai window ke-15. Jarak antar titik uji adalah sebesar 1000m pada masing-masing lintasan melalui pengukuran gravitasi pada daerah penelitian. Didapatkan kedalaman dari hasil interpretasi analisa energi spektrum untuk tiap-tiap window yang dikorelasikan dengan titik uji dalam satu lintasan. Metode Multi-Scale Horizontal Derivative of The Vertical Derivative MS-HDVD telah diterapkan untuk menentukan dan memetakan stuktur patahan. Dikarenakan daerah penelitian tidak termasuk dalam daerah dengan patahan yang kompleks, maka struktur patahan diasumsikan sebagai border intrusi yang muncul pada Miosen Akhir. Puncak atau top intrusi berada pada kedalaman 620m mdash;755m dibawah permukaan bumi berdasarkan metode ESA-MWT.

ABSTRACT<>br>
The gravity data obtained in Slawi, Central java has been used to determine the depth of each horizon from the density boundary. The Fourier Transformation based Energy Spectral Analysis Multi Window Test ESA MWT is the applied method in obtaining the depth value. The depth of horizon is obtained through the spectrum energy analysis based on the Fourier Transformation that have been performed on the grid gravity data. It began with multi window test process on the value of Complete Bouguer Anomaly which has density 2.340 gr cc, already in the form of grid for each test point, and it serves as separator and limiter in estimating the depth. The size of the window used for each test point began with multiplication of 500m 500m until it gets to the 15th window. The distance between the test point is 1000m on each passage through the gravity measurement in Slawi, Central Java. The depth is obtained from the interpretation results of spectrum energy analysis for each window which is correlated with the test point in a single path. The Multi Scale Horizontal Derivative of the Vertical Derivative MS HDVD methods have been applied to determine and to map the fault structures. Since the area of study is not in the area of complex fractures, the fracture structure is assumed to be the border of intrusion that appeared in the Late Miocene. The peak or top of the intrusion is at 620m 755m depth below the earth rsquo s surface based on the ESA MWT method."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edward Shandy Pratama
"Cadangan minyak dan gas bumi saat ini kian menipis sehingga diperlukan metode yang tepat dalam ekplorasi untuk mencari zona prospek yang baru guna menjaga kestabilan produksi cadangan. Analisis petrofisika merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengkarakterisasi batuan reservoir dengan tujuan mengidentifikasi zona prospek dan jenis hidrokarbon yang terkandung. Reservoir karbonat merupakan salah satu reservoir produsen hidrokarbon terbesar di Indonesia karena batuan karbonat memiliki nilai porositas dan permeabilitas yang baik. Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi batuan gamping sebagai reservoir pada Formasi Baturaja yang berlokasi di Cekungan Jawa Barat Utara. Data yang digunakan berupa 2 data sumur beserta data core. Data Log Well-1 yang terdiri dari data kedalaman, Caliper, Gamma Ray, SP, Resistivitas, DT, NPHI, RHOB, DRHO, PEF. Data log well-1 yang digunakan terdiri dari 19.577 titik data pada kedalaman 347 – 3330 meter. Data Log Well-2 yang terdiri dari data kedalaman, Caliper, Gamma Ray, SP, ILD, ILM, MSFL, DT, NPHI, RHOB. Data well-2 tersebut terdiri dari 11.829 titik data pada kedalaman 1173 – 2976 meter. Metodologi yang dilakukan antara lain: koreksi lingkungan, zonasi, korelasi antar sumur, analisis volume clay, perhitungan nilai resistivitas air formasi, interpretasi porositas dan saturasi air, perhitungan permeabilitas, penentuan nilai penggal/cutoff, dan perhitungan saturasi hidrokarbon. Didapatkan informasi berupa log parameter petrofisika yaitu: porositas, permeabilitas, kandungan lempung, saturasi air, saturasi hidrokarbon. Berdasarkan metode yang digunakan didapati bahwa zona potensi reservoir dan zona potensi lapisan produktif pada Well-1 berada pada kedalaman 2374.2-2394.7 dan 2488.2-2507.2 meter. Pada Well-2 didapatkan zona potensi dengan kedalaman 2345.8-2363.8 meter, 2373.8-2434.3 meter, dan 2447.8-2465.3. Zona potensi ini divalidasi dengan analisis data core menggunakan metode Petrophysical Rock Type (PRT) melalui pendekatan Hydraulic Flow Unit (HFU) untuk mengklasifikasikan tipe batuan dan mendeskripsikan karakteristik petrofisika dari reservoir.
......Oil and gas reserves are currently depleting, so proper methods are required in exploration to discover new prospect zones to maintain the stability of reserve production. One of the methods for identifying the prospect zone and type of hydrocarbons contained in reservoir rocks is petrophysical analysis. Because carbonate rocks have a high porosity and permeability value, they are one of Indonesia's largest hydrocarbon producing reservoirs. The characterization of limestone as a reservoir in the Baturaja formation in the North West Java Basin was studied in this research. T The data was obtained in the form of two wells and core data. Depth data, Caliper, Gamma Ray, SP, resistivity, DT, NPHI, RHOB, DRHO, and PEF are all included in the Well-1 Log Data. There are 19,577 data points in the well-1 log data, which was collected at a depth of 347–3330 meters. Well-2 Log Data consisting of depth data, Caliper, Gamma Ray, SP, ILD, ILM, MSFL, DT, NPHI, RHOB. The well-2 data consists of 11,829 data points at a depth of 1173 - 2976 meters. Methodologies include: environmental correction, zoning, correlation between wells, clay volume analysis, calculation of water resistance values formation, interpretation of porosity and saturation of water, calculation of permeability, determination of cutoff values, and calculation of hydrocarbon saturation. Information obtained in the form of logs of petrophysical parameters, namely: porosity, permeability, clay content, water saturation, hydrocarbon saturation so that it is known. Based on the method used it is found that the reservoir potential zone and productive layer potential zone in Well-1 are at depths of 2374.2-2394.7 and 2488.2-2507.2 meters. In Well-2 obtained potential zones with a depth of 2345.8-2363.8 meters, 2373.8-2434.3 meters, and 2447.8-2465.3. Core data analysis using the petrophysical rock type (PRT) method through the Hydraulic Flow Unit (HFU) approach to classify rock type and describe petrophysical characteristics of reservoir validates this potential zone."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baso Ochta Erlangga
"Penelitian dilakukan pada Batugamping Formasi Cibodas yang memiliki potensi sumber daya geologi, akan tetapi belum ada penelitian terkait karakteristik litologinya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui mikrofasies, lingkungan pengendapan, proses diagenesis, tahapan diagenesis, lingkungan diagenesis, dan hubungan proses diagenesis terhadap evolusi porositas batugamping Formasi Cibodas. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan makroskopis melalui observasi lapangan dan mikroskopis melalui analisis petrografi. Pada daerah penelitian terdapat tiga fasies, yaitu fasies barnacle rudstone, skeletal rudstone, dan skeletal grainstone. Dari tiga fasies tersebut dikelompokkan menjadi dua tipe standar mikrofasies (SMF), yaitu SMF 12-Shell dan SMF 18-Foraminifera. Berdasarkan karakteristik tipe SMF, analisis tekstur, komponen penyusun, dan karakteristik secara makroskopisnya, lingkungan pengendapan batugamping tersebut adalah Open Marine-Interior Platform (FZ-7). Proses diagenesis yang terjadi pada batugamping tersebut terdiri dari mikritisasi, sementasi, pelarutan, kompaksi, dan neomorfisme. Berdasarkan fitur diagenesis yang ditemukan, diketahui bahwa batugamping ini melalui tiga tahapan, yaitu eogenesis, mesogenesis, dan telogenesis. Lingkungan diagenesis dari batugamping ini secara berurutan terdiri dari marine phreatic zone, burial zone, meteoric phreatic zone, dan meteoric vadose zone. Proses diagenesis juga dapat mempengaruhi evolusi porositas. Proses sementasi, kompaksi, dan mikritisasi dapat menurunkan porositas, sedangkan proses pelarutan dan neomorfisme dapat meningkatkan porositas.
......The object of the research is limestone of the Cibodas Formation which has potential geological resources but there has been no research related to its lithological characteristics. The purpose of the research is to determine the microfacies, depositional environment, diagenesis process, stages of diagenesis, diagenesis environment, and the relationship of diagenesis processes to the evolution of limestone porosity of the Cibodas Formation. The research is using macroscopic and microscopic methods, through the field trip observations and petrographic analysis. In the study area, there are three facies, namely the barnacle rudstone, skeletal rudstone, and skeletal grainstone facies. They are grouped into two standard microfacies types (SMF), namely SMF 12-Shell and SMF 18-Foraminifera. The depositional environment of this limestone is on Facies Zone (FZ-7) or on open marine-Interior platform. Diagenesis processes that occur in the limestone consist of micritization, cementation, dissolution, compaction, and neomorphism. The limestone through three stages diagenesis, namely eogenesis, mesogenesis, and telogenesis. Sequentially, the diagenesis environment of the limestone consists of marine phreatic, burial, meteoric phreatic, and meteoric vadose zone. The diagenesis processes can influence the evolution porosity. The cementation, compaction, and micritization process can reduce the porosity, meanwhile the dissolution and neomorphism process can increase the porosity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dibuat alat pengukur daya hantar buatan/bahan yang mengutamakan komponen lokal yang mudah di dapat di pasaran. Metode pengukuran yang digunakan adalah metode ''steady state''. Bahan padat dibuat sampel dengan berbentuk silinder berdiameter 10 cm dan variasi tebal 1 cm, 1,5 cm, dan 2 cm. Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan aluminium yang memiliki nilai konduktivitas standard k (tebal referensi Holman, 1963) sebesar (137-210) watt/m C. Sedangkan konduktivitas panas k aluminium hasil percobaan sebesar (145-197) watt/m C. Dengan demikian hasil uji kalibrasi menunjukkan bahwa alat dapat bekerja dengan baik dan memberikan hasil yang akurat. Uji pengukuran terhadap sampel batu Gamping dari Wanagama, Wonosari memberikan nilai konduktivitas panas k sebesar 30,25 watt/m C (standard (2-3,4) watt/m C), dan pengukuran terhadap terhadap sampel batu pasir dari daerah Godean memberikan nilai konduktivitas panas k sebesar 16 watt/m C (standard (1,5-4,2) watt/m C). Hal ini menunjukkan jenis dan komposisi atau campuran batuan tersebut berbeda terhadap sampel referensi. "
JURFIN 2:8 (1998)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurrahman Fajri
"ABSTRACT
Ulmus lanceifolia merupakan tumbuhan dari famili yang menjadi andalan masyarakat etnis Karo sebagai bahan bangunan rumah adat etnis Karo. Ulmus lanceifolia memiliki ciri ekologi seperti habitat khusus tumbuh dan hidup diatas batu gamping (limestone). Desa Lau Buluh merupakan salah satu desa yang memiliki sumber daya alam yaitu batu gamping yang cukup melimpah di Kabupaten Karo. Kekayaan batu gamping di Desa Lau Buluh menjadi daya tarik bagi industri semen. Hal tersebut dapat menjadi ancaman bagi tumbuhan yang berada di hutan Desa Lau Buluh khususnya U. lanceifolia. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan, jumlah dan pola persebaran dari tumbuhan U. lanceifolia serta menjadi data dasar keberadaan U. lanceifolia. Ulmus lanceifolia yang ditemukan berjumlah 97 individu dengan nilai indeks morisita 0,508, dan nilai INP tertinggi pada tingkat Semai 40% dan Pohon 36% yang membentuk pola grafik J terbalik pada hasil tiap tingkat life form. Hasil tersebut menunjukkan bahwa U. lanceifolia memiliki regenerasi yang cukup baik dan memiliki pola sebar mengelompok.

ABSTRACT
Ulmus lanceifolia is a plant from the Ulmaceae family that is a mainstay of the Karo ethnic community as a building material for Karo ethnic traditional houses. Ulmus lanceifolia has ecological features such as special habitats that grow and live on limestone. Lau Buluh village is one of the villages that has natural resources, namely limestone which is quite abundant in Karo Regency. The wealth of limestone in Lau Buluh Village is an attraction for the cement industry. This can be a threat to plants in the forests of Lau Buluh Village, especially U. lanceifolia. Therefore, this study aims to determine the existence, number and distribution patterns of U. lanceifolia plants and become the basic data for the existence of U. lanceifolia. Ulmus lanceifolia which was found was 97 individuals with a morisita index value of 0.508, and the highest INP value at Semai level was 40% and a 36% tree formed an inverted J chart pattern on the results of each level of life. These results indicate that U. lanceifolia has good regeneration and has a clustered scattered pattern."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library