Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alyamitha Nadiyah Syafitri Baud
"Milling and LFP synthesis section (node 400) is a mechanochemical process used to grind mainly feed from node 300 (from stream 303) and node 200 (from stream 203) into a fine powder. Subsequently, solid glucose is also added to the ball mill to carbon coated the surface of regenerated LFP crystals. The LFP crystals are made by mixing FePO4 and LiFePO4 solid mixture and LiOH and Li2CO3 solution mixture under argon atmosphere. Using electrical and thermal energy solids, the feed is being mixed for 4 h using ball milling to achieve a more uniform distribution of components within the materials. At 200o C decomposed glucose promotes the reduction conversion of Fe3+ to Fe2+. After heating, LiFePO4/C is synthesised under 200 ºC. Due to the involvement of organic matter glucose in the reaction, CO2 is inevitably generated in this process. In addition to carbon dioxide, the exhaust gas also contains water vapor and argon gas. They are all transferred to be treated in the next step instead of emitting. The output from this process is the crystals solids of the regenerated LFP that has been coated with carbon, this is where the final product of the whole process produced. The objective of the final process is to create a regenerated carbon coated LFP at a rate of 1001.59 tonnes/yr.
......Bagian penggilingan dan sintesis LFP (node 400) adalah proses mekanokimia yang digunakan untuk menggiling terutama umpan dari node 300 (dari aliran 303) dan node 200 (dari aliran 203) menjadi bubuk halus. Selanjutnya, glukosa padat juga ditambahkan ke ball mill untuk melapisi permukaan kristal LFP yang diregenerasi dengan karbon. Kristal LFP dibuat dengan mencampurkan campuran padat FePO4 dan LiFePO4 serta campuran larutan LiOH dan Li2CO3 di bawah atmosfer argon. Menggunakan energi listrik dan termal, umpan dicampur selama 4 jam menggunakan ball milling untuk mencapai distribusi komponen yang lebih seragam di dalam bahan. Pada suhu 200°C, glukosa yang terdekomposisi mendorong konversi reduksi Fe3+ menjadi Fe2+. Setelah pemanasan, LiFePO4/C disintesis di bawah suhu 200°C. Karena keterlibatan bahan organik glukosa dalam reaksi, CO2 tidak dapat dihindari dihasilkan dalam proses ini. Selain karbon dioksida, gas buang juga mengandung uap air dan gas argon. Semuanya dipindahkan untuk diproses pada langkah berikutnya daripada dilepaskan. Hasil dari proses ini adalah kristal padat dari LFP yang diregenerasi yang telah dilapisi dengan karbon, di sinilah produk akhir dari seluruh proses dihasilkan. Tujuan dari proses akhir ini adalah untuk menghasilkan LFP yang dilapisi karbon dengan laju 1001.59 ton/tahun."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jason Anfernee Kaloh
"Mengikuti studi literatur, ekstraksi mangan dan litium dari larutan asam dapat dicapai dengan menggunakan natrium karbonat, menghasilkan presipitat karbonat mangan dan litium. Setelah reaksi, padatan disaring menggunakan filter pelat dari larutan asam. Subsistem filter reaktor kedua kemudian dipasang sebagai sejumlah besar litium yang tidak bereaksi dan litium karbonat terlarut yang tersisa. Dengan cara ini, produk padat mangan dan litium karbonat diperoleh pada 99,5% berat. Aliran daur ulang awalnya direncanakan. Namun, setelah pertimbangan dan penyelidikan lebih dalam dalam neraca massa dan spesifikasi peralatan, hal itu dipertimbangkan. Dengan demikian, aliran daur ulang dapat dianggap dilewati. Area pabrik ini mahal, memiliki total biaya tetap berdasarkan lokasi US$164.864.820 di Jakarta, Indonesia. Artinya, rencana proses ini masih memerlukan optimasi dan pertimbangan ulang. Pabrik ini juga mengeluarkan emisi karbon sebesar 80.910,20 kg CO2 per tahun. Dengan optimasi peralatan lebih lanjut, hal ini dapat dikurangi. Analisis bahaya awal menunjukkan bahwa bahaya yang ditimbulkan dalam proses ini agak minimal dan terkait dengan aliran dan bahan peralatan. Tumpahan, korosi, dan erosi adalah bahaya utama yang dapat dicegah dan dikurangi dengan perawatan dan pemeriksaan rutin.
......Following a literature study, the extraction of manganese and lithium from an acidic solution can be achieved using sodium carbonate, producing carbonate precipitates of manganese and lithium. Following reaction, solids are filtered out using a plate filter from the acidic solution. A second reactor-filter subsystem is then set in place as a sizeable amount of unreacted lithium and dissolved lithium carbonate remain. In this way, a solid product of manganese and lithium carbonates are obtained at 99.5% by weight. A recycle stream was initially planned. However, after deeper consideration and investigation in mass balances and equipment specifications, it was considered. Thus, the recycle stream can be considered by-passed. This plant area is costly, having a locationfactored total fixed cost US$164,864,820 in Jakarta, Indonesia. This means that this process plan still requires optimisation and reconsiderations. This plant also gives off a carbon emission of 80,910.20 kg CO2 annually. With further equipment optimisation, this can be reduced. Preliminary hazard analysis shows that the hazards posed in this process are rather minimal and are related with flowrates and equipment materials. Spillage, corrosion, and erosion are the major hazards which can be prevented and mitigated by routine maintenance and check-up."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Rahma Tifani
"Konsumsi baterai litium-ion di seluruh dunia meningkat secara drastis dari tahun 2010 hingga tahun 2015 yaitu dari 4,6 milyar hingga 7 milyar. Tentunya, peningkatan ini disertai dengan peningkatan jumlah limbahnya. Dalam setiap unit baterai li-ion bekas terkandung beberapa bahan beracun elektrolit yang mudah terbakar yang berbahaya bagi lingkungan. Dalam limbah tersebut juga terkandung logam kobalt yang mencapai 5–20%, sebagai komposisi logam terbesar dalam baterai litium ion bekas. Daur ulang baterai litium ion bekas diperlukan untuk pengurangan penipisan sumber daya logam sekaligus mengurangi dampak kontaminasi lingkungan. Proses daur ulang yang sering digunakan adalah proses hidrometalurgi leaching. Pelarut yang digunakan biasanya berupa asam kuat, seperti asam sulfat dan agen pereduksi digunakan untuk mengurangi jumlah leaching agent yang digunakan. Untuk meningkatkan kemurnian logam kobalt, proses dilanjutkan dengan proses ekstraksi. Dalam penelitian ini, digunakan 2 M H2SO4, 0,25 M C6H8O6 pada kondisi operasi 80OC selama 100 menit, menghasilkan logam Co ter-leaching sebesar 96,22%. Larutan hasil leaching yang didapat kemudian dilakukan proses ekstraksi cair-cair menggunakan Cyanex 272 dan TBP sebagai ekstraktan. Hasil dari proses ekstraksi cair-cair dengan kondisi operasi konsentrasi ekstraktan Cyanex 272 sebesar 0,5 M + TBP 5% v/v, pH fasa akuatik sebesar 4,5 selama 30 menit ekstraksi, menghasilkan logam Co terekstraksi sebesar 95,93%.
......The consumption of lithium-ion batteries worldwide increased in 2015, from 4.6 billion to 7 billion. Of course, this increase is accompanied by an increase in the amount of waste. In each used li-ion battery unit contains several toxic electrolytes that are flammable which are harmful to the environment. The waste also contains cobalt metal which reaches 5–20%, as the largest metal composition in used lithium-ion batteries. The recycling of used lithium-ion batteries is necessary to reduce the depletion of metal resources while reducing the impact of environmental contamination. The recycling process that is often used is the hydrometallurgical leaching process. The solvent used is usually a strong acid, such as sulfuric acid and the reducing agent used is ascorbic acid. To increase the purity of cobalt metal, the process is followed by an extraction process. This research is using 2 M of H2SO4 and 0,25 M of C6H8O6, with the operating condition 80oC in 100 minutes leaching process resulting 96,22 % Co extracted. The solvent extraction is using Cyanex 272 and TBP as the extractant. The result from solvent extraction with 0,5 M of Cyanex 272 + 5% v/v TBP, pH aquatic phase 4,5 in 30 minutes extraction process is 95,93% Co being extracted."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library