Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nagaparama Suryakara Husodo
"Angkutan umum di Jakarta telah ada sejak masa kolonial Belanda, namun kebijakan pembangunan yang berpusat pada mobil pada tahun 1950an di bawah Presiden Sukarno menyebabkan peningkatan kepemilikan mobil secara signifikan dan minimnya perkembangan angkutan umum. Peningkatan kepemilikan mobil tersebut mengakibatkan kemacetan lalu lintas yang berkepanjangan. Meskipun pemerintah telah berupaya untuk memitigasi hal ini dengan meluncurkan MRT Jakarta pada tahun 2019, kemacetan lalu lintas masih menjadi masalah utama dikarenakan pertumbuhan kendaraan pribadi yang terus berlanjut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi frekuensi pengunaan MRT Jakarta, dari sudut pandang operator PT MRT Jakarta. Terdapat dua variabel dependen yang akan digunakan: frekuensi penguaan MRT untuk kegiatan utama dan frekuensi penguaan MRT untuk kegiatan rekreasi, terhadap 11 variabel independen: kepemilikan mobil; ketersediaan parkir; jarak berjalan kaki ke stasiun MRT terdekat; penghasilan bulanan; pendidikan; pekerjaan; kelancaran perpindahan antara KRL dan MRT; kelancaran perpindahan KRL dan Transjakarta; koefisien interaksi antara kepemilikan mobil dan ketersediaan tempat parkir; variabel kontrol domisili; dan variabel kontrol untuk gender. Dengan menggunakan model regresi Poisson, penelitian ini menemukan bahwa penghasilan bulanan dan interaksi antara kepemilikan mobil dan ketersediaan tempat parkir berpengaruh signifikan terhadap frekuensi penggunaan MRT Jakarta pada kegiatan utama, sedangkan hanya kepemilikan mobil berpengaruh signifikan terhadap pengunaan MRT untuk kegiatan rekreasi. Penelitian ini merekomendasikan peningkatan fasilitas park-and-ride agar mendorong pemilik mobil untuk menggunakan angkutan umum, sehingga meningkatkan jumlah penumpang MRT Jakarta dan mengurangi kemacetan. Keterbatasan dari penelitian ini adalah pengecualian pemeriksaan tarif tiket, yang disarankan untuk diperiksa di penelitian selanjutnya.

Public transit in Jakarta has existed since the Dutch colonial era, but car-centric development policies in the 1950s under President Soekarno led to minimal public transit development and a significant increase in car ownership. This surge in car ownership has resulted in persistent traffic congestion. Despite the government’s efforts to mitigate this by launching MRT Jakarta in 2019, traffic congestion remains a major issue due to continuous private vehicle growth. This study investigates the factors influencing MRT Jakarta ridership frequency from the perspective of the operator PT MRT Jakarta. Two dependent variables will be used: frequency of primary activity and leisure, against 11 dependent variables: car ownership; parking availability; walking distance to nearest MRT station; monthly income; education; employment; smoothness of transfer between KRL and MRT; smoothness of transfer between KRL and Transjakarta; an interaction term between car ownership and parking availability; control variable for domicile; and a control variable for gender. Using Poisson regression models, the study finds that income and the interaction between car ownership and parking availability significantly influence ridership for primary activities, while car ownership alone is significant for leisure activities. The study recommends enhancing park-and-ride facilities to encourage car owners to use public transit, thereby increasing ridership and reducing congestion. A noted limitation is the exclusion of fare price examination, which is suggested for future research."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fuad Adrian Iskandar
"ABSTRAK
Transportasi merupakan kebutuhan warga kawasan perkotaan dari tempat tinggal menuju tempat aktivitas mereka atau sebaliknya. Pemerintah Republik Indonesia sedang membangun sistem transit berupa Light Rail Transit LRT dalam rangka memfasilitasi kebutuhan tersebut bagi warga kawasan DKI Jakarta dan sekitarnya. Transit-oriented Development TOD merupakan instrumen kebijakan penatagunaan lahan yang diyakini mampu menunjang keberlangsungan sistem transit. Penelitian ini mencoba memecahkan persoalan pengambilan keputusan untuk menentukan desain pengembangan mixed-use TOD melalui pendekatan optimasi menggunakan program linier untuk mencapai ridership maksimal untuk sistem LRT Jabodebek. Pembangunan model dilakukan melalui studi literatur dan benchmarking. Model optimasi ini kemudian digunakan untuk mengevaluasi desain TOD di lima stasiun sepanjang koridor LRT Jabodebek. Terdapat lima jenis pengembangan tipikal pada sebuah TOD, yaitu residensial, perkantoran, ritel komersial, hotel, dan peruntukan lainnya, terangkum dalam konsep live-work-play-stay-others. Jenis pengembangan yang berpotensi menghasilkan bangkitan penumpang untuk transit kereta terbesar adalah perkantoran dan hotel, sementara residensial menghasilkan bangkitan terendah. Hasil akhir penelitian ini menunjukkan bahwa desain TOD hasil optimasi dapat mendongkrak estimasi ridership transit LRT Jabodebek hingga mencapai 55 .

ABSTRACT
Transportation becomes necessity for urban citizens to do their commuting activity. The Government of Indonesia are establishing an LRT system to facilitate them in greater Jakarta region. Transit oriented Development TOD is a land use policy tool believed to be a solution to achieve sustainable transit service. This research attempts to solve the best utilization of a land parcel in a transit station with TOD principles fulfilment to maximize rail transit ridership. Optimization approach using linear programming is used to resolve the problem. The optimization model is established by using literature and benchmark study. The result will be optimum solution alternatives to be applied in five case studies of LRT Jabodebek station areas. There are four common types of land use based on the benchmark study result, i.e. residential, office, hotel, retail commercial, and other, abbreviated in live work play stay others concept. Office and hotel generates the highest value of daily rail ridership estimation while residential contributes the lowest. The result shows that the optimized TOD design can increase LRT daily ridership at 55 ."
2018
T50717
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina
"Transit-Oriented Development (TOD) merupakan salah satu konsep perencanaan kota yang berfokus pada keberlanjutan. Terdapat dua kepentingan bisnis di TOD, yakni bisnis operator transit yang berfokus pada peningkatan jumlah penumpang dan bisnis properti yang berfokus pada peningkatan land value dari properti yang dibangun di sekitar stasiun. Penelitian ini bertujuan untuk membuat model optimasi ridership dan nilai lahan menggunakan metode pemrograman linier dan sistem dinamik pada TOD yang berdiri di lahan terbangun yang berbasis MRT. Pada penelitian ini diketahui komposisi lahan yang optimal untuk menghasilkan ridership maksimal yaitu residensial sebesar 27%, komersial 28%, perkantoran 10%, pemerintahan 10%, hotel 5% dan jenis pengembangan lahan lainnya sebesar 19%. Hasil potensi peningkatan ridership dengan komposisi lahan tersebut dapat meningkat hingga 11% dari rata-rata harian ridership eksisting MRT Jakarta saat ini. Sedangkan untuk menghasilkan land value maksimal pada kawasan TOD, diketahui bahwa rentang terbaik untuk mendapatkan nilai lahan maksimal dari properti residensial berada pada radius 100-200 meter yang dapat meningkatkan nilai lahan sebesar 86%, sedangkan untuk properti komersial dan perkantoran berada pada radius 200-300 meter dan dapat meningkatkan nilai lahan sebesar 11,6%. Berdasarkan simulasi pada penelitian diketahui untuk mendapatkan ridership dan nilai lahan yang optimal untuk properti residensial dapat dibuat dengan komposisi 27% pada jarak 100-200 dan 800-900 meter. Sedangkan untuk properti komersial dan perkantoran secara berurut dengan komposisi 28%, dan 10% pada jarak 100-300 meter.

Transit-Oriented Development (TOD) is one of the urban planning concepts that focuses on sustainability. There are two business interests in TOD, namely the transit operator business that focuses on increasing the number of passengers, and the property business that focuses on increasing the land value of properties built around the station. This study aims to create an optimization model for ridership and land value using linear programming and dynamic systems methods in TOD located in built-up land based on the MRT. The research reveals the optimal land composition to achieve maximum ridership, which consists of 27% residential, 28% commercial, 10% office, 10% government, 5% hotel, and 19% other types of land development. The potential increase in ridership with this land composition can reach up to 11% of the current average daily ridership of the existing Jakarta MRT. Meanwhile, to achieve maximum land value in the TOD area, it is found that the best range to obtain maximum land value from residential properties is within a radius of 100-200 meters, which can increase the land value by 86%. For commercial and office properties, the optimal radius is between 200-300 meters, resulting in an 11.6% increase in land value. Based on the simulation in this study, it is determined that to achieve optimal ridership and land value for residential properties, a composition of 27% within a range of 100-200 and 800-900 meters can be implemented. As for commercial and office properties, the respective compositions are 28% and 10% within a range of 100-300 meters."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina
"Pembangunan angkutan umum massal di Indonesia tepatnya di DKI Jakarta sedang berlangsung secara masif, hal ini dilakukan untuk menekan permasalahan kemacetan yang terjadi di DKI Jakarta yang terus terjadi selama bertahun - tahun. Namun, pembangunan angkutan umum masal ini tidak serta-merta menyelesaikan kemacetan pada rute yang dilayani. Untuk memaksimalkan fungsi dari angkutan umum massal itu maka dibuat pembangunan berkonsep Transit-Oriented Development (TOD) pada stasiun ataupun simpul – simpul transitnya. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis potensi peningkatan ridership MRT Jakarta yang terjadi akibat adanya pengembangan kawasan TOD di stasiun Lebak Bulus dan Fatmawati. Penelitian ini menggunakan dua metode perhitungan bangkitan perjalanan yaitu Trip per Luasan (TPL) dan Trip Rata – Rata (TPR) serta dua nilai modal split untuk mendapatkan besaran potensi peningkatan ridership MRT Jakarta. Nilai modal split yang digunakan yaitu modal split benchmark dan modal split eksisting Jakarta. Pada penelitian ini diketahui hasil potensi peningkatan ridership pada kawasan TOD Lebak Bulus dan Fatmawati meningkat lebih dari 50% dari rata – rata harian ridership eksisting MRT Jakarta Tahun 2019
The construction of mass public transportation in Indonesia, specifically in DKI Jakarta, is underway on a massive scale, this is done to suppress congestion problems that occur in DKI Jakarta which have continued for years. However, the construction of this mass public transportation does not immediately solve the congestion on the routes served. To maximize the function of mass public transportation, a Transit-Oriented Development (TOD) concept was developed at the station or its transit nodes. The purpose of this study is to analyze the potential increase in the MRT Jakarta ridership that occurs due to the development of the TOD area at the Lebak Bulus and Fatmawati stations. This study will use two methods of calculating trip generation, namely Trips per Area (TPL) and Average Trips (TPR) as well as two modal split values to get the amount of potential increase in MRT Jakarta ridership. The modal split value used is the modal split benchmark and the existing modal split in Jakarta. In this study, it is known that the results of the potential increase in ridership in the Lebak Bulus and Fatmawati TOD areas increased by more than 50% of the daily average ridership of the existing MRT Jakarta in 2019."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan
"

Pengembangan wilayah dengan pendekatan transit oriented development (TOD) sangat berpotensi meningkatkan kelayakan proyek infrastruktur transit, sehingga dapat menarik minat para investor. Dalam konsep TOD terdapat minimal dua tujuan yang harus dipenuhi yang mungkin berkonflik satu sama lain, yakni memberikan pendapatan (revenue) maksimal dari sudut pandang pengembang properti, dan di saat yang sama memberikan ridership maksimal pula bagi sistem transit. Penelitian ini merupakan upaya untuk menghasilkan model TOD yang dapat mengoptimalkan kelayakan dua tujuan tersebut diatas. Sehingga kita tidak hanya mendapatkan TOD dengan jumlah penumpang (ridership) transit yang maksimal, namun juga memberikan nilai pendapatan properti yang maksimal, yang akhirnya dapat memberikan sumber alternatif pendanaan bagi investasi pembangunan, operasional dan pemeliharaan proyek infrastruktur transportasi.Penelitian menggunakan kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif melalui analisa fungsi, linier programing, big data, Hedonic Price Modeling, Focus Group Discussion dan life cycle costing. Dengan studi kasus yang digunakan adalah proyek pengembangan TOD di jalur LRT Jabodebek. Hasil penelitian menunjukan bahwa peningkatan kepadatan melalui koefisien lantai bangunan (KLB) dan koefisien dasar banguna (KDB) mampu meningkatkan nilai kelayakan bisnis property di TOD sampai dua kali lipat (200%). Optimasi proporsi luas lantai jenis pembangunan (apartement, perkantoran, hotel dan ritel komersial) dapat meningkatkan jumlah penumpang 10% dari kondisi ideal. Model optimasi ridership dan land value mampu meningkatkan kelayakan proyek TOD secara keseluruhan (bisnis property dan operator transit) sampai 3 kali dari kondisi existing.

 


Urban development with transit-oriented development (TOD) approach has the potential to increase the feasibility of transit infrastructure projects to attract investors. In the concept of TOD, there are at least two objectives that must be achieved, namely providing maximum revenue from the perspective of property developers and providing maximum ridership for the transit system at the same time.  However, as conflicts between these two objectives may likely occur, this research attempts to produce a TOD model that can optimize the feasibility of the two above objectives. Therefore, we don’t only get the TOD area that provides the maximum number of transit ridership, but also maximum property income value, which can offer a potential alternative source of funding for the investment of the development, operation, and maintenance of transportation infrastructure projects. The study uses a combination of quantitative and qualitative approaches through function analysis, linear programming, big data, Hedonic Price Modeling, Focus Group Discussion, and life cycle costing. The case study used is the TOD development project in the Jabodebek LRT line. The results showed that the increase of density in terms of the building’s gross floor area (GFA) and floor area ratio (KLB) could increase the value of the feasibility of the property business in TOD up to two times (200%). The optimization of floor area proportion of the development types such as apartments, offices, hotels, and commercial retail can increase the number of passengers about 10% higher than ideal conditions. The ridership and land value optimization model can increase the feasibility of the overall TOD project development up to 3 times from the existing conditions.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library