Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohamad Farid Aziz, supervisor
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor prediktor metastasis kelenjar getah bening (KGB) pada pasien dengan kanker serviks stadium IB dan IIA. Penelitian dilakukan dari bulan Mei 1996 sampai bulan Desember 2001. Ada 183 pasien kanker serviks dengan stadium menurut FIGO IB dan IIA menjalani operasi histerektomi radikal dan limfadenektomi. Dari pasien tersebut 158 pasien yang dapat dinilai, terdiri dari 43 pasien dengan metastasis KGB dan 115 tanpa metastasis KGB. Rancangan penelitian adalah kasus-kontrol. Kasus adalah pasien dengan metastasis KGB dan kontrol pasien tanpa metastasis KGB. Analisis multivariat dilakukan setelah analisis bivariat. Pada analisis bivariat umur < 39 tahun, diameter lesi >4 cm, stadium IIA > 4 cm, histopatologi dengan diferensiasi sedang dan buruk, invasi ke pembuluh darah dan limfa merupakan variabel yang independen terjadinya metastasis KGB dengan nilai p ≤ 0,05. Tetapi pada analisis multivariat yang muncul sebagai variabel independen adalah umur muda, paritas > 4, diameter lesi, histopatologi adenoskuamosa, dan invasi limfo-vaskular dengan nilai p ≤ 0,05. Kesimpulan: Usia muda, paritas > 4, stadium IIA > 4 cm, diameter lesi, histopatologi adenoskuamosa, invasi limfa-vaskular merupakan faktor risiko terjadinya metastasis dan dapat dipergunakan sebagai faktor prediktor metastasis KGB. (Med J Indones 2004; 13: 113-8)

The aim of this study was to identify possible predictor factors of lymph node metastases in patients with cervical cancer stage IB and IIA. Study was conducted between May 1996 and December 2001. There were 183 patients of cervical cancer with FIGO Stage IB and IIA who were underwent radical hysterectomy and lymphadenectomy. From those 158 patients could be evaluated, consisting 43 patients with node metastases 115 patients without metastases. Research design was case control study. Case was patients with node metastases and control was those without node metastases. Multivariate analysis was made after bivariate analysis. On bivariate analysis age < 39 years, diameter of lesion > 4 cm, stage IIA > 4 cm, histopathology moderate and poor differentiation, blood and lymphatic vessel invasion were independent variables for node metastases with p value ≤ 0.05. However, on multivariate analysis younger age, parity ≥ 4, diameter of lesion, histopathology adenosquamous, and lymph vascular invasion (+) as independent factors for node metastases with p value ≤ 0.05. Conclusion: Younger age, parity ≥ 4, stage IIA > 4 cm, diameter of lesion, histopathology adenosquamous, and lymph vascular invasion (+) were risk factors for node metastases and can be used as predictors. (Med J Indones 2004; 13: 113-8)"
Medical Journal of Indonesia, 2004
MJIN-13-2-AprilJune2004-113
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Astetin Eka Pranavita
"Latar Belakang: Transbronchial needle aspiration (TBNA) konvensional merupakan salah satu modalitas minimal invasif yang digunakan untuk diagnosis dan staging kanker paru serta tumor mediastinum terutama jika EBUS-TBNA tidak tersedia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kepositifan biopsi TBNA konvensional KGB paratrakeal kanan bawah (KGB 4R) dan subkarina (KGB 7) pada pasien kanker paru dan tumor mediastinum.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung pada pasien kanker paru atau tumor mediastinum yang menjalani TBNA konvensional pada KGB 4R dan/atau KGB 7 di RSUP Persahabatan Jakarta, Indonesia.
Hasil Penelitian: Total 33 pasien menjalani tindakan TBNA konvensional. Hasil TBNA positif sebanyak 20 (60,6%) yang terdiri dari 18 kasus keganasan dan dua kasus infeksi M. Tuberculosis. Pada kasus adenokarsinoma 58,3% pemeriksaan mutasi EGFR menggunakan sediaan sitologi TBNA. Jarum 21 G memberikan hasil TBNA positif lebih banyak dibandingkan jarum 19 G (masing-masing 68,2% dan 45,5%). Kelompok 1-2 set TBNA menunjukkan hasil TBNA positif 55,6% sedangkan kelompok 3-4 set TBNA menunjukkan hasil TBNA positif 66,7%. Kelompok jiggling 10-14 tusukan menunjukkan hasil TBNA positif 70% sedangkan kelompok jiggling 15-20 tusukan menunjukkan hasil TBNA positif 56,5%. Kelenjar getah bening subkarina memberikan hasil TBNA positif lebih banyak dibandingkan KGB paratrakeal kanan bawah (masing-masing 75% dan 47,1%). Ukuran KGB < 30 mm memberikan hasil TBNA positif lebih sedikit dibandingkan ukuran KGB ≥ 30 mm (36,4% berbanding 53,8%).
Kesimpulan: Jarum TBNA 21 G, pengambilan spesimen sitologi sebanyak 3-4 set TBNA, jumlah jiggling sebanyak 10-14 tusukan, KGB 7 dan KGB berukuran ≥ 30 mm memberikan hasil TBNA positif lebih banyak.

Background: Minimally invasive conventional transbronchial needle aspiration (C-TBNA) is an alternative method for diagnosing and staging a lung cancer and mediastinal tumor when EBUS-TBNA is unavailable. This study was to determine the positivity level of C-TBNA biopsies in different techniques (repeated sets and jiggled) at the right lower paratracheal (station 4R) and subcarinal (station 7) lymph nodes in lung cancer and mediastinal tumor cases.
Methods: This cross-sectional study was carried out by direct observation of lung cancer and mediastinal tumor cases examined by using C-TBNA of the station 4R and/or 7 lymph nodes at Persahabatan Hospital Jakarta, Indonesia.
Results: A total of 33 patients underwent C-TBNA. Positive results were 20 (60.6%), of which 18 cases were malignancy and two cases were M. tuberculosis infection. In the case of adenocarcinoma, 58.3% showed EGFR mutations from cytological exam. The 21 G needle yielded more positive TBNA results than the 19 G needle (68.2% and 45.5%, respectively). Repeated 1-2 sets of TBNA showed 55.6% positive results while repeated 3-4 sets of TBNA showed 66.7% positive results. The 10-14 jiggled TBNA showed 70% positive results while the 15-20 jiggled TBNA showed 56,5% positive results. Station 7 lymph node TBNA received more positive TBNA results than station 4R lymph node (75% and 47.1%, respectively). Lymph nodes of size < 30 mm yielded less positive TBNA result than of size ≥ 30 mm (36.4% vs 53.8%).
Conclusion: Specimen collection using 21 G TBNA needle, by means of repeated 3-4 sets or 10-14 jiggled, done at station 7 lymph nodes, and at lymph nodes of size ≥ 30 mm were observed to yield more positive TBNA results.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gafit Hartadi Noerwendo, Author
"ABSTRAK
Penderita metastase kelenjar getah bening leher yang tumor primernya tidak diketahui, umumnya datang untuk pengobatan radiasi sudah berada dalam tingkat klinis yang lanjut.
Pengamatan terhadap respons radiasi pada kasus metastase kelenjar getah bening leher yang tumor primernya tidak diketahui ini membuktikan prognosa yang relatif baik. Dosis yang diberikan selai untuk eradikasi metastase pada kelenjar, juga untuk tumor primerya. Diperlukan pengamatan yang lebih lama dan pendataan ukuran kelenjar yang teliti pasca radiasi.
Penggolongan tingkat klinis dirasakan tidak memadai karena tidak mencantumkan ukuran dan jumlah kelenjar"
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henricus Suwandito Wahyu Purnomo
"ABSTRAK
Latar belakang Prevalen metastasis kelenjar getah bening KGB pada karsinoma tiroid papiler KTP dan angka rekurensi regional yang berkaitan dengannya cukup tinggi Masih terdapat pro dan kontra terhadap diseksi kompartemen sentral yang dipandang dapat mengatasi masalah tersebut Oleh sebab itu diperlukan seleksi pasien yang akan mendapatkan diseksi kompartemen sentral Pengetahuan mengenai faktor prediktor metastasis kompartemen sentral dipandang dapat membantu seleksi pasien tersebut Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor faktor prediktor klinikopatologis metastasis KGB kompartemen sentral pada pasien KTP cN0 di RSUPN dr Cipto Mangunkusumo RSCM Metode penelitian Studi retrospektif dilakukan pada 62 pasien KTP cN0 yang menjalani diseksi kompartemen sentral dalam kurun waktu Januari 2014 sampai Juli 2015 Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif Dilakukan analisis statistik menggunakan SPSS 20 0 untuk mencari hubungan antara faktor usia jenis kelamin ukuran tumor ekstensi ekstra tiroid metastasis jauh completeness of resection varian histopatologi dan invasi limfovaskular dengan metastasis KGB kompartemen sentral Kami menggunakan uji Chi square atau Fisher serta uji stratifikasi Signifikansi bila nilai p
ABSTRACT
Background Prevalence of lymph node metastases to central neck compartment in papillary thyroid carcinoma PTC and it rsquo s corelation with regional metastatic are high There are pros and cons on central neck dissection which is assumed can solve the problem Selection in which patient will undergo central neck dissection is necessary Predictive factors are useful for such selection This study aim is to identify the clinicipathologic predictive factors for metastases in central compartment in Cipto Mangunkusumo Hospital Method Data of 62 cN0 PTC patients who underwent central neck dissection were colected retrospectively and consecutively from medical record in Cipto Mangunkusumo Hospital The relationships between clinicopathology factors such as age gender tumor size extra thyroid extention distant metastasis completeness of resection histopathology variant lymphovascular invasion and central compartment metastases were analyzed using SPSS 20 0 Chi square Fischer exact and stratification test were used in our analsis Statistical significance was stated when p value "
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, Johan Ricardo
"Latar Belakang: Kanker ovarium epitelial merupakan jenis keganasan ovarium yang paling sering ditemukan dan bersifat agresif. Upaya melakukan deteksi dini dilakukan dengan pemeriksaan ginekologi, dikombinasi dengan pemeriksaan ultrasonografi, advanced imaging (CT-Scan, MRI) dan pemeriksaan kadar serum CA-125, namun untuk menentukan diagnosis pasti diperlukan pemeriksaan histopatologi. Tujuan: Membandingkan temuan metastasis kelenjar getah bening pada advanced imaging (CT-Scan, MRI) dengan histopatologi pada kasus kanker ovarium epitelial.dan menentukan rentang waktu antara dilakukkan advanced imaging dengan tindakan operasi. Metode: Penelitian ini bersifat kohort retrospektif. Sampel penelitian adalah pasien dengan riwayat kanker ovarium epitelial stadium awal yang sudah dilakukan limfadenektomi di RSCM pada tahun 2017-2022 dengan teknik consecutive sampling. Pengumpulan data melalui data sekunder. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji Mc Nemar atau Kappa. Hasil: Dari karakteristik didapatkan usia rata-rata 48 tahun, paling banyak dengan jenis clear cell carcinoma (36.7%), dan ditemukan paling banyak pada ovarium kanan (43.3%). Hasil advanced imaging tidak memiliki nilai kesepakatan yang berarti dengan hasil histopatologi (Kappa value -0.01, p >0.05). Hasil paling banyak ditemukan metastasis di pelvis kiri. Rentang waktu dilakukannya operasi setelah pemeriksaan advanced imaging, paling banyak dalam waktu kurang dari 3 bulan (50.0%). Kesimpulan: Semakin cepat waktu dilakukan tindakan operasi semakin tinggi survival rate. Tidak ada hubungan yang signifikan antara ditemukannya limfadenopati pada advanced imaging dan histopatologi.

Background: Epithelial ovarian cancer is the most common and aggressive type of ovarian malignancy. Efforts aimed at early detection are gynecological examination, combined with ultrasound examination, advanced imaging (CT-Scan, MRI) and CA-125 levels, but to determine a definite diagnosis a histopathological examination is needed. Objective: To compare the findings of lymph node metastases on advanced imaging (CT-Scan, MRI) with histopathology in cases of epithelial ovarian cancer. And to determine the time interval between advanced imaging and surgery. Methods: This study used a retrospective cohort. The sample of the study was patients with a history of early-stage epithelial ovarian cancer who had undergone lymphadenectomy at RSCM in 2017-2022 by consecutive sampling technique. Data collection through secondary data. Data were analyzed univariately and bivariately with the Mc Nemar or Kappa test. Results: The features revealed that the average age was 48 years, that clear cell carcinoma was the most prevalent form (36.7%), and that it was most frequently discovered in the right ovary (43.3%). According to the study's findings, there was no significant correlation between the outcomes of advanced imaging and those of histopathology (Kappa value: -0.01, p >0.05). The results showed that most metastases were found in the left pelvis. This study evaluated the length of surgery following enhanced imaging test revealed that 50% of patients underwent surgery in less than three months on average. Conclusion: The difference between preoperative and intraoperative findings will be minimized if surgery is conducted early. There was no significant correlation between lymphadenopathy findings on advanced imaging and histopathology."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Rizky Putri
"Latar belakang: Tipe histologi kanker tiroid yang paling banyak ditemukan adalah karsinoma tiroid papiler (KTP) yang memiliki prognosis lebih baik dibandingkan dengan jenis tipe histologi lainnya. Meskipun demikian, 10% dari KTP mengalami rekurensi atau metastasis jauh setelah operasi. Berdasarkan penelitian sebelumnya, CD133 adalah penanda sel punca kanker yang dapat digunakan untuk memprediksi kesintasan. CD133 dapat muncul sebagai alat diagnostik prabedah penting untuk mengidentifikasi pasien yang mendapat manfaat dari diseksi leher yang lebih luas. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk melihat hubungan ekspresi CD133 dengan metastasis kelenjar getah bening (KGB) leher dan agresivitas varian KTP. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain studi potong lintang. Sampel diambil dengan cara consecutive sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah pasien KTP yang sudah dioperasi definitive dan terdapat blok paraffin yang layak diproses. Data klinikopatologis seperti usia, jenis kelamin, varian subtipe, T pada TNM, keterlibatan KGB leher, dan stadium kanker diperoleh dari rekam medis. Dilakukan pewarnaan imunohistokimia pada jaringan tiroid yang tersimpan dan tingkat ekspresi CD133 disajikan dalam bentuk H-score. Analisis statistik dilakukan menggunakan program SPSS 25.0. Hasil: Didapatkan 40 sampel dengan 20 subjek KTP dengan metastasis KGB dan 20 subjek KTP tidak dengan metastasis KGB. Dari analisis data, didapatkan perbedaan rerata H-score yang signifikan antara kelompok varian subtipe agresif dan non-agresif (p = 0,006) dan terdapat hubungan yang signifikan antara ekspresi CD133 dan varian subtipe agresif (p = 0,005) dengan OR 7,917 (IK95% 1,711-36,633). Terdapat perbedaan rerata H-score yang signifikan antara kelompok stadium 1, 2 dan 3 (p = 0,010) dan hubungan yang signifikan secara statistik antara ekspresi CD133 dan stadium (p = 0,009). Kesimpulan: Peningkatan ekspresi CD133 tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian metastasis KGB leher pada pasien KTP tetapi memiliki hubungan yang signifikan dengan agresivitas subtipe KTP.

Introduction: Ten percent of papillary thyroid carcinoma (PTC) cases experience recurrence or distant metastasis after surgery. Based on previous research, CD133 is a cancer stem cell marker that can be used to predict survival. CD133 can emerge as an important preoperative diagnostic tool to identify patients who would benefit from neck dissection. Objective: To evaluate the association between CD133 expression and neck lymph node metastasis and aggressive variants of PTC. Methods: This research is an analytical study with a cross-sectional design. Samples were taken through consecutive sampling according to inclusion and exclusion criteria. Inclusion criteria were PTC patients who undergone definitive surgery with eligible paraffin block. Clinicopathological data were obtained from medical records. Immunohistochemistry staining was performed, and CD133 expression levels were presented as H-score. Statistical analysis was conducted using SPSS 25.0 software. Results: A total of 40 samples were obtained. From the data analysis, a significant difference in mean H-score was found between aggressive and non-aggressive subtype variant groups (p = 0,006), and there was a significant association between CD133 expression and aggressive subtype variant (p = 0,005) with an odds ratio of 7,917 (95% CI 1,711-36,633). There was a significant difference in mean H-score between stage groups (p = 0,010) and a statistically significant association between CD133 expression and stage (p = 0,009). Conclusion: Increased CD133 expression is not significantly associated with the occurrence of neck lymph node metastasis in PTC patients but is significantly associated with the aggressiveness of PTC variants."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arqam Athallah Al Hinduan
"Latar Belakang: Karsinoma tiroid papiler (KPT) adalah salah satu bentuk paling umum dari keganasan pada tiroid di dunia. Di Indonesia, ditemukan bahwa dari semua keganasan tiroid, KPT menyumbang 83% dari semua kasus, serta menyumbang 61% dari semua kasus nodul tiroid. Namun secara luas, etiologi sebagian besar kasus masih belum diketahui dan tidak memiliki etiologi spesifik. Varian ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu varian agresif dan non-agresif. Metastasis kelenjar getah bening juga dapat terjadi pada beberapa kasus KPT, dengan penelitian menunjukkan bahwa 50-60% kasus metastasis kelenjar getah bening terjadi. Pasien dengan KPT dan metastasis kelenjar getah bening (KGB) juga terbukti memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan pasien tanpa metastasis KGB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil klinikopatologi KPT dan hubungannya dengan metastasis KGB. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan metode retrospektif dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis dan arsip pasien dari Departemen Patologi Anatomi FKUI-RSCM yang telah didiagnosa KPT dari periode Januari 2014 hingga Desember 2018. Hasil: Penelitian ini menemukan bahwa terdapat perbedaan antara varian agresif dan non-agresif dalam kejadian metastasis KGB (p = 0,001). Selain itu, jenis kelamin pasien menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik untuk kejadian metastasis KGB di KPT (p = 0,001). Selain itu, ukuran tumor menunjukkan perbedaan kejadian metastasis KGB yang signifikan secara statistik di PTC (p=0,026). Selanjutnya, invasi jaringan lunak menunjukkan kejadian metastasis KGB yang signifikan secara statistik di KPT (p = 0,001). Penelitian ini juga menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara usia, ukuran tumor, atau invasi limfovaskular pada kejadian metastasis KGB pada kasus KPT. Kesimpulan: Studi menunjukkan bahwa jenis kelamin, varian, ukuran tumor, dan invasi jaringan lunak pada pasien KPT menyebabkan peningkatan risiko terjadinya metastasis KGB. Penelitian di masa depan dapat menggunakan studi longitudinal prospektif untuk melacak data penting dari pasien dengan lebih baik.

Introduction: Papillary thyroid carcinoma (PTC) is one of the most common forms of malignant thyroid in the world. In Indonesia, it is found that out of all thyroid malignancies, PTC accounts for 83% of all the cases as well as accounting 61% of all thyroid nodule cases. Broadly though, the etiology of most cases remains unknown and does not have a specific etiology. The clinicopathological characteristics of PTC consists of age, sex, tumor size, lymphovascular invasion, soft tissue invasion, and variant of the PTC. Lymph node metastasis (LNM) may also occur in some cases of PTC, with research showing that 50-60% of LNM cases occurring. Patients with PTC and LNM have also shown to have a worse prognosis compared to their counterparts without LNM. This study aims to find the clinicopathological profile of PTC and its association with the LNM. Methods: This research is a descriptive analytical research using a retrospective method using secondary data from medical records and patient archives from the Department of Anatomical Pathology FKUI-RSCM that had been diagnosed with PTC from a period of January 2014 to December 2018. Results: This study found that there are differences between aggressive and non-aggressive variants in the occurrence of LNM (p =0.001). In addition, the sex of the patient and tumor size showed statistically significant differences for LNM occurrences in PTC (p = 0.001 and p=0.026, respectively). Furthermore, soft tissue invasions showed statistically significant differences of LNM occurrences in PTC (p = 0.001). This study also found that there were no significant differences of age or lymphovascular invasion in the occurrence of LNM in cases of PTC. Conclusion: The study shows that the sex, variant, tumor size, and presence soft tissue invasion in patients with PTC are associated with the increased risk of LNM occurrence. Future research may use prospective longitudinal studies to better keep track of essential data from patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ella Putri Saptari
"Menilai tingkat akurasi Node-RADS dalam mendiagnosis metastasis kelenjar getah bening regio leher pada pasien dengan karsinoma sel skuamosa di kepala dan leher.

Metode: Sebanyak 221 sampel kelenjar getah bening dari 40 pasien yang memenuhi kriteria penelitian studi potong lintang yang menjalankan pemeriksaan CT scan leher dengan kontras, dilakukan operasi diseksi leher, dan memiliki hasil pemeriksaan histopatologi dari tahun 2020 hingga 2023. Dilakukan analisis bivariat antara Node-RADS dan histopatologi menggunakan Mc Nemar test dan Kappa Cohen R.

Hasil: Sistem skoring Node-RADS memiliki nilai diagnostik yang tidak terlalu berbeda dengan histopatologi dengan p = 0,76. Sistem skoring Node-RADS memiliki nilai Kappa Cohen 0,725, masuk kedalam substansial agreement. Hasil rasio konkordans pada skoring Node-RADS yang tinggi sebesar 88,2%, Sensitivitas 87,3%, Spesifisitas 88,6%, Nilai Duga Positif 75,3%, Nilai Duga Negatif 94,5%, LR+ 7,2, LR- 14%.

Kesimpulan: Node-RADS memiliki nilai akurasi yang cukup tinggi dan dapat dipertimbangkan sebagai metode diagnostik metastasis kelenjar getah bening regio leher pada pasien dengan karsinoma sel skuamosa di kepala dan leher.


Squamous cell carcinoma is generally associated with metastases to the lymph nodes of the cervical region. Ricently,there have been attemts to standardize radiology reporting in oncology cases with the adoption of the Reporting and Data Systems (RADS). Node-RADS 1.0 aims to improve reporting of regional and distant lymph nodes in cancer patients by providing imaging criteria for size and configuration, facilitating a standardization system in reporting lymph nodes. However, there have been no reports regarding the suitability of Node-RADS in head and neck squamous cell carcinoma patients.

Objective: Assessing the accuracy of Node-RADS in diagnosing lymph node metastases in the neck region in patients with squamous cell carcinoma of the head and neck.

Method: A total of 221 lymph node from 40 patients who met the criteria for a cross-sectional research study, underwent a CT scan of the neck with contrast, neck dissection surgery, and had histopathological examination results from 2020 to 2023. Bivariate analysis was carried out between Node-RADS and histopathology using the McNemar test and Cohen's Kappa (κ).

Results: Node-RADS scoring system had a diagnostic value that was not significantly different from histopathology, with p = 0.76. The Node-RADS scoring system has a Cohen's Kappa value of 0.725, indicating substantial agreement. The concordance ratio results for Node-RADS scoring were high, with 88.2% concordance, a sensitivity of 87.3%, specificity of 88.6%, positive predictive value of 75.3%, negative predictive value of 94.5%, LR+ of 7.2, and LR- of 14%.

Conclusion: Node-RADS has a high accuracy value and can be considered as a diagnostic method for lymph node metastases in the neck region in patients with squamous cell carcinoma of the head and neck."

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Frozen section library : lymph nodes highlights the usefulness of techniques such as touch preparation cytology and fine needle aspiration (FNA) cytology, as well as FNA biopsy. This fascicle also suggests proper handling for subsequent ancillary studies, including flow cytometric, cytogenetic, and molecular studies. Special emphasis is given to the limitations of frozen section diagnosis in lymph node pathology. All chapters are written by experts in their fields and include the most up to date scientific information. This book serves as a very useful resource for physicians in the frozen section room and in intra-operative consultation situations dealing with, and interested in, this very complex field of diagnostic pathology. Frozen Section Library: Lymph Nodes is of great value to pathologists, residents, and fellows who diagnose pathologic processes involving lymph nodes."
New York: Springer, 2012
e20426432
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Romi Beginta
"ABSTRAK
Latar belakang: Penentuan faktor risiko metastasis kelenjar getah bening dan prognosis pasien Karsinoma Sel Skuamosa (KSS) penis tidak sebanyak KSS pada organ lain. Penggunaan parameter patologik, ekpresi p53 dan Ki67 dapat digunakan sebagai variabel penentu prognosis maupun terapi KSS penis namun masih diperlukan data yang lebih banyak. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara ekspresi p53 dan Ki67 terhadap parameter histopatologik yang mempengaruhi risiko metastasis.
Bahan dan Cara: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan melakukan pulasan imunohistokimia p53 (Novocastra DO-7) dan Ki67 (Biocare CRM 325) pada 25 sampel KSS penis.
Hasil: Ekspresi p53 positif ditemukan pada 48% KSS penis dan ekspresi Ki67 tinggi ditemukan pada 52% kasus. Tidak temukan hubungan yang bermakna antara ekspresi p53 dan parameter-parameter histopatologik. Didapatkan hubungan bermakna antara ekspresi Ki67 terhadap derajat diferensiasi tumor dan adanya invasi uretra.
Kesimpulan: Ekspresi p53 tidak dapat digunakan sebagai faktor prediktif risiko metastasis KSS penis. Ekspresi Ki67 secara sebagian berhubungan dengan faktor risiko metastasis KSS penis.

ABSTRACT
Background: Determination of lymph node metastasis risk factors and prognosis of patients with Squamous Cell Carcinoma(SCC) of the penis is not as much as SCC in other organs. Pathological parameters, expression of p53 and Ki67 could be used as a determinants of prognosis and therapy in SCC of the penis but more data is still needed. This study aims to clarify the relationship between the expression of p53 and Ki67 to histopathological parameters that affect the risk of metastasis.
Methode: This study was a cross-sectional study by using immunohistochemical staining of p53 (Novocastra DO-7) and Ki67 (Biocare CRM 325) in 25 samples of SCC of the penis
Result: Expression of p53positive was found in 48% of SCC of the penis and higher expression of Ki67f was found in 52% of cases. No significant association between p53 expression and histopathologic parameters. Obtained significant correlation between the expression of Ki67 on the degree of tumor differentiation and invasion urethra.
Conclusion: P53 expression can not be used as a predictive factor of risk metastatic in SCC of the penis. Ki67 expression is partially associated with risk factors for metastatic SCC of the penis."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>