Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
T. M. Marini
"Tujuan : Mengetahui korelasi antara kadar vitamin E dengan jumlah limfosit CD4 penderita HIV/ AIDS
Tempat : Klinik Kelompok Studi Khusus AIDS Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Metodologi : Penelitian potong lintang pada 52 penderita HIV/ AIDS , berusia 20-40 tahun. Data yang diambil meliputi data demografi, infeksi oportunistik, asupan energi asupan lemak dengan metode food recall 1x24 jam, asupan vitamin E dengan food frequency questionnaire (F Q) semikuantitatif, kadar vitamin E plasma dan hitung limfosit CD4. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Pearson.
Hasil : Subyek terdiri dari 44 orang laki-laki dan 8 orang perempuan, median usia 26 tahun, 75% berpendidikan sedang, 63,5% berpenghasilan di bawah UMP, 59,6% tidak merokok, 80,77% golongan IDU, 82,7% AIDS, 80,8% dengan IO. Rerata IMT 19,53 kg/m2 dan 53,8% termasuk normal , rerata asupan energi 1574,1 ± 198,48 kkal, rerata asupan lemak 31,17 ± 7,26%, median asupan vitamin E 10,00 ± 1,82 mg/ hari, dan 84,6% memiliki asupan vitamin E kurang. Nilai median kadar vitamin E plasma 22,59 (11,08-70,24) µmol/L dan 90,4% subyek memiliki kadar vitamin E normal. Didapatkan korelasi positif bermakna antara asupan lemak dengan kadar vitamin E plasma(r=0.307, p-0.027*) dan antara asupan vitamin E dengan jumlah CD4 (r=0.363, p=0.008*). Tidak ada korelasi antara IMT dengan limfosit CD4 (r-0.210, p=0.135), asupan vitamin E dengan kadar vitamin E plasma (r-0.222, p=0.114), kadar vitamin E plasma dengan jumlah limfosit CD4(r= 0.028, p'.843).
Kesimpulan : Tidak terdapat korelasi antara kadar vitamin E plasma dengan jumlah CD4 penderita HIV/ AIDS.

Objective : To investigate the correlation between plasma vitamin E concentration and the number of CD4 lymphocytes count in HIV/ AIDS patients
Method : This was a cross-sectional study involving 52 HIVIAIDS patients, aged 20-40 years in University of Indonesia AIDS Working Group (POKDIKSUS) Clinic at Dr Ciptomangunkusumo General Hospital Jakarta. Data were collected including demographic characteristic, energy and fat intake by the 24-hour dietary recall method, vitamin E intake using FFQ semi quantitative method, vitamin E plasma concentration and CD4 lymphocytes count. Statistical analysis was carried out using Pearson's correlation test to investigate the correlation between vitamin E plasma concentration and the number of CD4 lymphocytes count in HIVIAIDS patients.
Result : The subjects were comprised 44 men and 8 women with median of age 26 years. 75% of the subjects were in middle education level; 63.5% were earned under Jakarta's minimum wages; 59.6% were non-smoker; 80.77% were IDU; 82.7% were infected by AIDS; and 80.8% with opportunistic infection. The BMI mean was 19.53kg/m2 of which 518% were normal. The mean of daily energy intake was 1574.11 ± 198.48 kcal, the mean of fat intake was 31.17 ± 7.27%, the median of vitamin E intake 10.00 (7.67- 15.38) mgld and 84.6% had a low vitamin E intake. The median value of vitamin E plasma level was 22.59 (11.08-70.24) µmol/L and 90.4% of subjects had normal vitamin E plasma concentration. There was a significant correlation of fat intake with vitamin E plasma concentration (r=0.307, p=0.427*), also of vitamin E intake with CD4 lymphocytes count (r 0.363, p-0.008*). But, there was no correlation of BMI with CD4 lymphocytes count (r0.210, p=0.135), of vitamin E intake with vitamin E plasma concentration (r=0.222, p=0.114), also the concentration of vitamin E plasma with CD4 lymphocytes count (r= 0.028, p=0.843).
Conclusion: No correlation was found between plasma vitamin E concentration and CD4 lymphocytes count in HIV/ AIDS patients..
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21222
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maylin Krey
"Malnutrisi seringkali didapatkan pada pasien dengan penyakit akut dan kronis. Penyebab malnutrisi pada pasien sakit kritis bersifat multifaktorial, salah satu penyebabnya adalah inflamasi yang tinggi. Inflamasi merupakan penyebab malnutrisi yang dapat menyebabkan anoreksia, berkurangnya asupan makan, katabolisme otot, dan resistensi insulin yang akan merangsang keadaan katabolik. Respon inflamasi terhadap pembedahan, trauma, atau kondisi medis parah lainnya menyebabkan gangguan metabolisme (misalnya katabolisme protein) pada pasien yang dirawat di ICU. Rasio neutrofil limfosit (RNL) adalah indikator yang sangat sensitif terhadap infeksi, peradangan dan sepsis, yang telah divalidasi dalam banyak penelitian. Selain inflamasi, malnutrisi pada pasien sakit kritis disebabkan oleh kesulitan mencapai target nutrisi yang optimal dan membuat pasien menghadapi risiko malnutrisi atau memperburuk kondisi malnutrisi yang sudah ada sebelumnya. Oleh karena itu penting untuk melakukan penilaian status gizi dalam rangka mengidentifikasi malnutrisi dan mengevaluasi hasil terapi gizi yang diberikan. Beberapa pengukuran komposisi tubuh untuk melihat massa otot dapat menggunakan beberapa pemeriksaan tervalidasi seperti magnetic resonance imaging (MRI), CT scan, DXA dan bioelectrical impedance analysis (BIA). Beberapa pemeriksaan antropometri untuk memprediksi massa otot dapat dilakukan, diantaranya lingkar lengan atas dan lingkar betis dapat dilakukan sebagai pemeriksaan pengganti karena sederhana, murah, tidak invasif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kadar RNL dengan perubahan lingkar betis pada pasien ICU.

Malnutrition is common in patients with acute and chronic illnesses. The causes of malnutrition in critically ill patients are multifactorial, one of which is high inflammation. Inflammation is a cause of malnutrition that can lead to anorexia, reduced food intake, muscle catabolism, and insulin resistance that will stimulate a catabolic state. The inflammatory response to surgery, trauma or other severe medical conditions leads to metabolic disturbances (e.g. protein catabolism) in patients admitted to the ICU. The ratio of neutrophil lymphocytes (NLR) is a highly sensitive indicator of infection, inflammation and sepsis, which has been validated in many studies. In addition to inflammation, malnutrition in critically ill patients is caused by difficulty achieving optimal nutritional targets and puts patients at risk of malnutrition or worsens pre-existing malnutrition conditions. Therefore, it is important to assess nutritional status in order to identify malnutrition and evaluate the results of nutritional therapy. Several validated body composition measurements such as magnetic resonance imaging (MRI), CT scan, DXA and bioelectrical impedance analysis (BIA) can be used to assess muscle mass. Some anthropometric examinations to predict muscle mass can be done, including upper arm circumference and calf circumference can be done as a substitute examination because it is simple, cheap, non-invasive. This study aims to determine the correlation between RNL levels and changes in calf circumference in patients in the ICU."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library