Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Jauhari
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh additiv CaO dan SiO2 terhadap sifat magnet Ferit keras Barium-Strontium yang banyak digunakan untuk motor listrik DC yang berbentuk silinder dengan diameter 15 mm dan berat 5 gram. Kalsinasi dilakukan selama 3 jam pada temperatur 110° C lalu digiling selama 8 jam dengan rotasi 110 rpm. Sinterisasi dilakukan pada temperatur 1250° C selama 1 jam ,dan pemampatan yang diberikan adalah sebesar 2567 KgF/m2 pada satu arah.. Seluruh pembuatan dan karakterisasinya dilakukan di TELKOMA-LIPI Bandung ,sedangkan pengukuran SEM dilakukan di Puslitbang Geologi Bandung. Hasil percobaan menunjukan bahwa additiv berpengaruh pada sifat magnet Ferit keras Barium-Strontium. Komposisi additiv yang paling baik adalah CaO : SiO2 = 1,245 : 0,415 Wt %. Renlanensi yang dicapai sebesar Br = 0,96 KG ,koersiftas HcB = 0,89 Koe , kerapatan sebesar 4,92 gr/cm3 dan Bhmax = 0,2 MG.Oe.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deskha Ardianto
Abstrak :
Bentonit yang termodifikasi oleh oksida besi telah dilaporkan memiliki daya adsorpsi lebih tinggi dibandingkan monmorilllonit, oleh sebab itu dilakukan modifikasi bentonit dengan memvariasikan perbandingan mol oksida besi (Fe3O4) untuk mendapatkan sifat magnet yang berbeda dan daya serap yang lebih besar. Bentonit magnetik yang termodifikasi oksida besi dibuat menggunakan prekursor besi (III) dan besi (II) dengan menggunakan metode presipitasi. Bentonit magnetik dibuat Dengan memvariasikan mol Fe (III) dan Fe (II) 1:1 dan 1:2. Didapatkan bahwa BOB1211 (Bentonit Oksida Besi 1:2 dan mol Fe (III) dan Fe (II) 1:1) memiliki sifat magnet yang lebih tinggi dibandingkan BOB1212 yaitu sebesar 8,226 emu/g dan 6,383 emu/g. Pada BOB 1212 penambahan Fe (II) menurunkan sifat magnet. Sampel yang telah dibuat digunakan untuk aplikasi adsorpsi logam berat Cd2+ dan Co2+. Waktu optimum yang didapatkan untuk menyerap logam berat selama 60 menit. Adsorpsi logam Co2+ lebih besar dibandingkan adsorpsi logam Cd2+ dikarenakan pada BOB1211 terjadi pilarisasi magnetik pada interlayer monmorillonit. Didapatkan logam yang paling banyak teradsorp oleh bentonit oksida besi pada logam Co2+ dengan konsentrasi 1mM pada adsorben BOB 1211 sebanyak 92,72%. Logam Co2+ terjerap tidak hanya karena sifat keelektronegatifan yang dimiliki oleh monmorillonit tetapi juga karena sifat magnetik yang terdapat pada oksida besi yang berada pada interlayer monmorilonit. Logam Co2+ memiliki sifat paramagnetik yang memungkinkan lebih dapat ditarik oleh magnet. Sedangkan logam Cd2+ yang memiliki sifat diamagnetik tidak dapat ditarik seluruhnya oleh medan magnetik induksi yang dimiliki Bentonit Oksida Besi. Sehingga logam Co2+ lebih teradsorpsi oleh Bentonit oksida besi.
Bentonite which is modified by iron oxide precursor has been reported that has higher adsorption properties than montmorillonite. Therefore, in this study, bentonite will be modified by varying the mole ratio of iron oxide (Fe3O4) to obtain different magnetic properties and greater adsorption properties. Magnetic bentonite modified iron oxide was made using iron (III) and iron (II) by using precipitation method. Magnetic bentonite was made by varying the mole ratio of Fe(III) and Fe (II) is 1:1 and 1:2. As a result, BOB 1211 (Bentonite Iron Oxide 1:2 and The ratio mole of Fe(III) and Fe(II) 1:1) has a higher magnetic properties than BOB 1212 is 8,226 emu/g and 6,383 emu/g. BOB 1212 on the addition of Fe(II) decrease the magnetic properties. Samples which have been made are used for heavy metal adsorption applications Cd2+ and Co2+. The optimum time to absorb heavy metals was 60 minutes. Metal adsorption Co2+ was greater than Cd2+ because on BOB 1211 occurred magnetic pilaritation of interlayer montmorillonite. The most metal absorbed by Iron Oxide Bentonite in Co2+ with 1 mM concentration on the adsorbent BOB 1211 is much as 92.72%. Co2+ adsorbed not only because of the nature of electro negativity which is owned by monmorillonit but also because of the magnetic properties of iron oxide contained in the interlayer monmorillonit. Metal Co2+ has characteristic of paramagnetic that can be withdrawn by magnets. Whereas Cd2+ metal which has a characteristic of dimagnetic can not be withdrawn entirely by the induction owned by Iron Oxide Bentonite.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52694
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferina Nugrahitasari
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian geofisika dengan metoda magnetik di Sorolangun, Jambi, Sumatra. Penelitian ini bertujuan untuk mengindetifikasi zona mineralisasi emas sistem porfiri berdasarkan hasil pemodelan magnetik 3D. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan Proton Precession Magnetometer (PPM) dan Global Positioning System (GPS). Luas area 2000 meter x 2000 meter dengan spasi antar titik 5 meter. Pengolahan data mentah dilakukan dengan koreksi diurnal (koreksi variasi harian) dan IGRF (international geomagnetics Refrence Field) untuk mendapatkan medan anomali lokal. Kontinuasi keatas dilakukan pada ketinggian 50 meter. Turunan kedua vertikal (SVD) digunakan untuk menentukan jenis struktur pada wilayah penelitian agar mempermudah proses interpretasi. Penggunaan Reduksi ke kutub dilakukan untuk menyederhanakan proses interpretasi, namun karena wilayah penelitian berada di ekuator maka pengaplikasian RTP ini tidak maksimal, sebagai penggantinya digunakan Sinyal Analitik untuk mempermudah penentuan letak dari tubuh anomalinya. Interpretasi kualitatif dilakukan dengan menganalisis peta anomali medan magnetik total yang telah dikontinuasi dan diturunkan dua kali secara vertical. Hasil ini dikorelasikan dengan hasil pemodelan metoda magnetik 3D dan data IP. ......A geophysical studies have been conducted with the magnetic method in Sorolangun, Jambi, Sumatra. This study aims to identify the zones of gold mineralization porphyry system based on 3D magnetic modeling results. Data were collected by using a Proton Precession Magnetometer (PPM) and Global Positioning System (GPS). The area of 2000 meters x 2000 meters with a space between a point 5 meters. Raw data processing is done with diurnal correction (correction of daily variation) and IGRF (International Geomagnetics Refrence Field) to get a local anomaly field. Upward Continuation performed at a height of 50 meters. The second vertical derivative (SVD) is used to determine the type of structure in the study area in order to facilitate the process of interpretation. Reduction to the poles conducted to simplify the process of interpretation, however, because the study area is located at the equator then the application of RTP is not optimal, as the successor of Analytical Signal used to facilitate the determination of the location of the body anomalies. Qualitative interpretation is done by analyzing the total magnetic field anomaly maps that have been in continuation and lowered vertically twice. These results will be correlated with the results of the 3D magnetic modeling methods and data IP.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46364
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharpiyu
Abstrak :
Magnet berperekat ("bonded magnet? terdiri dart ctua bahan dasar yaitu serbuk bahan magnet dan bahan perekat. Bahan perekat/matriks ini berfungsi sebagai bahan pengikat serbuk menjadi satu kesatuan. Secara umum matnks yang dipakai dapat berupa karet alam yang memiliki kelenturan tinggi (?Elastomer Bonded Magnef9 atau resin termoset yang kaku (?Rigid Bonded Magnet?). Keunggulan dart magnet berperekat ini yaitu cocok untuk aplikasi komponen berbentuk rumit dan kecit Produk magnet yang dihasilkan berberat /enis rendah dan toleransi ukuran yang ketat. Kekuatan medan magnet yang dihasitkan relatif Iebih besar dibandtngkan magnet berpereket berbasis atnico atau ?ferrtte'i. Pada penetitian ini dttakukan proses pembuatan magnet berperekat berbasts Nd2Fe14B (MQP-0) dengan bahan pengikat potimer kaku berupa resin potiester: Pembuatan magnet berperekat dilakukan dengan cara mencampur serbuk MQP-0 dan bahan poltmer secara manual. Hastt campuran dicetak dengan metode "compression moulding" untuk mendapatkan bakatan berbentuk sitinder. Ruang lingkup penelitian meliputi vanasi beban tekan 2, 4, dan 6 ton (diameter Iubang eetakan sebesar 6 mm) serta fraksi volume serbuk MQP-0 sebesar 25%, 45%, 60% dan 80%. Yang diteltti adatah pengaruh dan' fraksi volume serbuk dan beban tekan terhadap kekuatan magnet. Pada penelitian ini telah diarnati bahwa meningkatnya fraksf volume serbuk hingga 80% menghasilkan kuat medan yang lebih tinggi Hal ini disebabkan adanya peningkatan jumlah momen magnet per satuan volume di datam komposit sedangkan beban tekan berhubungan dengan densttas bakalan yang diha-silkan. Dari serangkaian kondist penekanan didapat beban tekan terbatk adatah 4 ton, fraksi volume serbuk 80% dengan kuat medan magnet yang ditzasitkan sebesar -1249 Gauss. Telah diamati puta bahwa homogenttas campuran awat serbuk dan potimeg penentuan kondisi viskositas campuran yang tepat untuk peneetakan, dan penggunaan bahan petumas, memegang peranan yang penting pada proses pembuatan magnet berperekat resin po/tester.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S41567
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Waluyo Trijono
Abstrak :
Komposit magnet merupakan bahan magnet yang dicampur diikat dengan pengikat bahan bukan-magnetik. Salah Satu dari bahan ini adalah plastoferit, yaitu bahan magnet berupa serbuk heksaferit (Mo.6Fe2O3) yang diikat oleh karet. Keunggulan bahan ini adalah sifat mekaniknya yang lebih baik dibandingkan yang dimiliki oleh magnet biasa, khususnya magnet yang terbuat dari bahan heksoferit hasil casting atau sintering. Penelitian ini dititik beratkan pada pembuatan dan penyifatan plastoferit berbasis ferit SrFe12o19 (SrM) dengan perekat karet alam, serta membandingkannya dengan komposit berbasis ferit BaFe12O19 (Bam). Sifat-sifat komposit magnet yang diuji adalah sifat mekanik, termal, dan magnetik serta hubungannya dengan perubahan fraksi volume serbuk dalam kompositnya. Pembuatan komposit magnet dilakukan dengan cara mencampur karet dan serbuk magnet dalam Labo Plasiomill pada suhu operasi 100° C selama 7 menit, dan dengan kecepatan putar pengaduk 30 rpm. Komposit hasil pencampuran ditekan untuk mendapatkan benda uji berbentuk lembaran. Penekanan dilakukan dengan metode hot press pada suhu 100° C dan beban 150 kg/cm2, kemudian didinginkan dengan menggunakan metode cold press dalam media pendingin air. Berdasarkan hasil analisis struktur mikro, sebaran partikel dalam matriksnya berbeda-beda untuk tiap komposisi, dan umumnya sebaran partikel serbuk BaM lebih merata dibandingkan dengan komposit serbuk SrM. Hasil analisis Sifat mekanik menunjukkan bahwa kekuatan tarik komposit SrM (fraksi volume serbuk 30-70%) berkisar antara 1,57-2,22MPa, perpanjangan 0-520%, dan kekerasan 42-95SHA, sedangkan kekuatan tarik komposit BaM (fraksi volume serbuk 30-50%) adalah 2,27-3,84MPa, perpanjangan 370-560% dan kekerasan 27-52SHA. Sifat termal komposit pada pemanasan hingga suhu 600ºC menunjukkan bahwa suhu dekomposisi komposit untuk masing-masing komposisi berfluktuasi, namun umunmya berkisar pada suhu dekornposisi karet alam yakni sekitar 400ºC. Sifat-sifat magnetik komposit SrM (fraksi volume 30-70%) adalah Jhc berkisar 136-150 kA/m, gHc 45-66 kA/m, B, 73-130 mt dan (BH) maks. sekitar 0,80-2,26 kJ m3, sedangkan komposit BaM (fraksi volume 30-50%) antara lain berkisar 121-123 kA/m, bHc 46-55 ka/m, Br 71-95 mT dan (BH)maks, 0,83-1,35 kl/m3.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S41620
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priyono
Abstrak :
ABSTRAK Magnet permanen berperekat mulai memegang peran yang sangat vital dalam perkembangan Industri modern sejak ditemukannya material magnet Alloy magnet logam tanah jarang berbasis fasa Nd2Fe14B. Material magnet ini memiliki produk energi maksimum yang sangat tinggi sehingga memungkinkan untuk dibuat magnet berperekat dengan energi yang dapat divariasi menurut kebutuhan. Dari hasil fabrikasi magnet permanen hibrida berperekat Nd-Fe-B dan BaO.6(Fe203) dengan teknik cetakan kompresi menunjukkan penurunan port hingga <10% dengan bertambahnya fraksi perekat. Dari hasil evaluasi terhadap sifat-sifat magnetik untuk material magnet berperekat menunjukkan bahwa remanen magnetik adalah mendekati hasil teori dengan koersivitas ?300kA.m 1 dengan produk energi maksimum 12.3 -27.5 kJ.m-3. Hasil lebih rendah 47.9% - 59.4% terhadap nilai teori.
ABSTRACT Bonded permanent magnets play a vital role in modem Industries since the discovery and development of Rare earth based alloys that have magnetic phase of Nd2Fe14B. The alloy has very high maximum energy product, (BH)max that could derive bonded magnets of various energy product. In this research, fabrication of bonded remanent magnets based on hybrid materials between Nd-Fe-B and Ferrite BaO.6(Fe203) has been made by compression molding. It was observed that fraction of porosity in magnets was reduced to a value of < 10% (in volume) as bonded material was increased. Evaluation of magnetic properties for the bonded magnet shown that permanence magnetization is almost equal to the theoretical value with coercivities -300kA.m'1 and corresponding maximum energy product in the range 12.3 - 27.5 kJ.m'3. However, these result is less to 47.9% - 59.4% from the theory.
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Mabe
Abstrak :
Telah dilakukan preparasi, kajian dan pengatnatan struktur mikro sampel magnet hibrid SmCO5 - Nd12Fe82B6 setelah melalui proses preparasi teknik metalurgi serbuk. Material hibrid yang dibuat berturut-turut memiliki komposisi stoikiometri yaitu paduan serbuk (Sm,Pr)Co5 (at.%) dan paduan ingot Nd12Fe82B6 (at.%). Unsur Dy disubsitusi kedalam Nd-Fe-B sehingga terbentuk paduan fasa Nd12-xDyx, Fe82B6 (at.%) dengan x = 0, 1, 2, 3, 6 dan 9. Selanjutnya, paduan ingot tersebut diproses mil sehingga dihasilkan serbuk halus (Nd,Dy)-Fe-B dengan ukuran partikel 20-40 pm. Kedua serbuk (Sm-Co dan Nd-Fe-B) dicampur dengan perbandingan berat (80+y);(20-y) (wt%} dengan y = 0, 5, 10 dan 15 dan sebagian campuran tersebut dimil dengan waktu yang bervariasi. Serbuk material tersebut dipadatkan melalui pemadaian satu arab dalam cetakan berbentuk silinder sehingga menghasilkan padatan muda. Sampel yang sangat padat dihasilkan setelah menjalani siklus perlakuan panas. Telah dihasilkan struktur mikro material hibrid yang terdiri dari fasa hibrid (Pr,Nd,Sm,Dy)2(Fe,Co)14B, (Pr,Nd,Sm,Dy)Co5 setelah tahapan sinter pada temperatur 1150 °C dan anil pada temperatur 850 °C selama 5½ jam dan diikuti pendinginan cepat kedalam air. Juga telah diamati bahwa ?fasa bingkai? mempunyai tipe 1-5 dan 2-14-1 disamping fasa utama 2-14-1 dan 1-5 dalam material hibrid seperti ditunjukkan oleh SEM-EDS, XRF dan XRD. Struktur mikro tersebut sepertinya berpenampilan ?unik? karena berbeda dengan struktur mikro material magnet konvensional yang berbasiskan Nd-Fe-B atau Sm-Co. Studi dengan SQUID juga dilakukan untuk mengevaluasi sifat magnetik meskipun histerisis loop yang dihasilkan hanya terdapat pada kwadran pertama. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa hibridisasi dua fasa magnetik permanen yang berbeda telah memberikan informasi baru yaitu telah dihasilkannya struktur mikro yang ?unik? walaupun fasa-fasa magnetik 1-5 dan 2-14-1 masih tetap dipertahankan sebagai fasa-fasa utama dalam material material hibrid.
The preparation, investigation and observation of microstructure of the SmCo5 - Nd12Fe82B6 hybride magnetics sample which after preparation processing by powder metallurgy technique have been done. Hybride materials were made of stoichiometry (Sm,Pr)Co5 (at%) and Nd12Fe82B6 (at.%) compositions respectively in form of powders and lumps. The element of Dy was substituted into Nd-Fe-B to produces Nd12-x Dyx, Fe82B6 (at%) alloys with x = 0, 1, 2, 3, 6 and 9. The alloys were further ball milled to produce fine powders of (Nd,Dy)-Fe-B in the size range of 20-40 μm. Both kinds of powders (Sm-Co and Nd-Fe-B base) were then mixed with ratio (80+y):(20-y) in weight for y = 0, 5, 10 and 15 and successively milled with various milling times. The powder materials were compacted in a silindrieal die and pressed in one direction leads to green compacts. Fully dense compacting samples were obtained after the application of designed heat treatments. It was found that microstructure for hybrid materials consisted of (Pr,Nd,Sm;Dy)2(Fe,Co)14B, (Pr,Nd,Sm,Dy)Co5 obtained after a sintering step at temperature 1150 °C and annealed ata temperature of 850 °C for 5½ hours and followed by quenching into water. It was also observed that a ?frame phase? of 1-5 and 2-14-1 types in addition to the main phase of 2-14-1 and l-5 in hybride materials as shown by SEM-EDS, XRF and XRD. This kind of microstructure is assumed unique because different with conventional microstructure of sintered Nd-Fe-B or Sm-Co based materials. The study also employed SQUID to evaluate the magnetic properties despite only first quadrant of the hysteresis loop which available. The conclusion of the current study is that hybridization of two different hard magnetic phases have given new information in that it has produced ?unique? microstructures while the magnetic phases of 1-5 and 2-14-1 still remain as tl1e main phases in hybride materials.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
D1225
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadeta Wuri Harini
Abstrak :
PMSM adalah motor listrik yang bekerja dengan putaran sinkron antara rotor dan medan putar stator, dengan rotor terbuat dari magnet permanen. Rotor terkunci dengan medan putar dan harus terus beroperasi pada putaran sinkron untuk semua keadaan beban. Penambahan beban dapat mengakibatkan hilangnya kekuatan torka dan motor tersebut kehilangan sinkronisasi. Jika beban mekanis pada motor dinaikkan ke titik dimana rotor ditarik keluar dari sinkronisasi, maka motor akan berhenti. Salah satu masalah apabila rotor dan stator tidak sinkron adalah ketika PMSM digunakan sebagai penggerak dalam sistem kendali. Beban yang besar dapat menyebabkan motor menjadi kehilangan sinkronisasi. Pada metode pengendalian tanpa sensor putaran, kondisi ketidaksinkronan ini dapat menimbulkan kesalahan dalam mengestimasi putaran sehingga putaran motor tidak sesuai dengan yang diinginkan. Pada penelitian ini difokuskan untuk mengatasi kesalahan estimasi yang disebabkan oleh kehilangan sinkronisasi akibat motor dikenai beban yang melebihi beban maksimal yang diijinkan. Metode yang digunakan untuk mengatasi terjadinya ketidaksinkronan antara stator dan rotor akibat fenomena kehilangan sinkronisasi meliputi metode untuk mendeteksi kehilangan sinkronisasi akibat beban dari luar yang besar dan metode kompensasi kehilangan sinkronisasi tersebut. Metode ini berbasis konsep bank observer, yaitu menggunakan lebih dari satu observer. Observer yang digunakan adalah observer MRAS ditambah satu observer yang berisi metode hitung putaran yang baru. Penambahan observer ini dikarenakan observer MRAS tidak dapat mendeteksi terjadinya kehilangan sinkronisasi. Oleh karena itu, untuk mendeteksi adanya kehilangan sinkronisasi, penulis mengusulkan metode deteksi kehilangan sinkronisasi ini yang terdiri dari observer untuk estimasi putaran yang lain yang dihitung dari arus stator dan tegangan serta algoritma untuk mengambil keputusan terjadinya kehilangan sinkronisasi. Perbedaan antara putaran estimasi kedua observer digunakan untuk menentukan terjadinya kehilangan sinkronisasi. Apabila terdeteksi terjadinya kehilangan sinkronisasi, maka kehilangan sinkronisasi ini dikompensasi dengan me- reset semua variabel observer MRAS sehingga motor kembali berputar apabila beban dihilangkan. Dengan dihasilkan metode deteksi kehilangan sinkronisasi berbasis bank observer pada sistem kendali motor sinkron permanen magnet tanpa sensor putaran ini diharapkan kinerja pengendalian PMSM tanpa sensor putaran/posisi dapat meningkat. ......PMSM is an electric motor that works in synchronous rotation between the rotor and the stator rotating field, with the rotor made of permanent magnets. The rotor is locked with a rotating field and must continue to operate in synchronous rotation for all load states. Increasing the load can result in a loss of torque strength and the motor loses synchronization. If the mechanical load on the motor is increased to the point where the rotor is pulled out of sync, the motor will stop. One of the problems if the rotor and stator are out of sync is when PMSM is used as a driver in the control system. Large loads can cause the motor to lose synchronization. In the control method without a speed sensor, this asynchronous condition can cause errors in estimating speed so that the motor speed is not as desired. This research focuses on solving the estimation error caused by loss of synchronization due to the motor being subjected to a load that exceeds the maximum allowable load. The methods used to overcome the inconsistency between the stator and the rotor due to the loss of synchronization phenomenon include methods for detecting synchronization losses due to large external loads and the method of compensating for the loss of synchronization. This method is based on the bank observer concept, which uses more than one observer. The observers used were the MRAS observer and an observer containing the new speed calculation method. The addition of this observer is because the MRAS observer cannot detect the loss of synchronization. Therefore, to detect the loss of synchronization, the authors propose a method for detecting loss of synchronization which consists of an observer for other estimated speed calculation from the stator current and voltage and an algorithm for making decisions of synchronization loss. The difference between the estimation speed of the two observers is used to determine the occurrence of synchronization loss. If a loss of synchronization is detected, this loss of synchronization is compensated by resetting all MRAS observer variables so that the motor operates again when the load is removed. By producing a synchronization loss detection method based on bank observer on the permanent magnet synchronous motor control system without speed sensor, it is expected that the PMSM sensorless control performance can be improved.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herald Setiadi
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
S28496
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Rodemto
Depok: Universitas Indonesia, 2000
S28584
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>