Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Wahyuni
"Program Terapi rumatan metadon (PTRM) merupakan upaya untuk mengendalikan infeksi HIV. Salah satu permasalahan dalam PTRM adalah 75 % drop out sebelum 5 bulan menjalani program (Depkes,2007). Penelitian ini mempelajari pengaruh frekuensi konseling terhadap kejadian drop out pada klien PTRM di Puskesmas kecamatan Tebet tahun 2013. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah kejadian drop out, variabel independen utama adalah frekuensi konseling, variabel independen lain adalah jenis kelamin, umur, pekerjaan, akses ke tempat layanan, riwayat depresi, dukungan keluarga, hidup dengan seseorang yang mempunyai masalah penyalahgunaan Napza, riwayat penggunaan napza, riwayat konflik dan riwayat kriminal.
Disain penelitian kohort retrospektif dengan sampel sebanyak 58 orang klien baru PTRM Puskesmas kecamatan Tebet yang terdaftar pada tahun 2010 ? 2013. Hasil penelitian adalah klien yang mendapatkan konseling < 2 kali/bulan 1,97 kali lebih cepat drop out dibandingkan klien yang mendapatkan konseling ≥ 2 kali/bulan. Frekuensi konseling < 2 kali/bulan merupakan faktor risiko kejadian drop out pada klien PTRM di Puskesmas kecamatan Tebet tahun 2013. Konseling awal merupakan kunci keberhasilan program PTRM disarankan agar intervensi konseling awal diberikan sesuai dengan latar belakang klien minimal 2 kali per bulan.
......
Methadone maintenance therapy program (PTRM) is an effort to control HIV infection. One of the problems in PTRM is 75% drop out before 5 months of the program (MOH, 2007). The aims was to study the effect of counselling frequency on the incidence of drop out on clients PTRM in Tebet subdistrict health center in 2013. Dependent variable in this study was the incidence of drop outs, the main independent variable was the frequency of counseling, and other independent variables were gender, age, occupation , access to the service, history of depression, family support, living with someone who has a drug abuse problem, a history of drug use, a history of conflict and criminal history.
Retrospective cohort study with 58 sample a new client PTRM Tebet subdistrict health center which was registered in 2010 - 2013. Counseling < 2 times / month is a risk factor for the incidence of drop outs on the client PTRM in Tebet subdistrict health center in 2013. Providing initial counseling is key to the success of the program PTRM suggested that early intervention counseling provided in accordance with the client's background at least 2 times per month."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41636
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Hafsari
"Jumlah kasus HIV/AIDS setiap tahunnya mengalami peningkatan, dan salah satu faktor yang menyebkan peningkatan kasus HIV adalah dengan adanya peningkatan jumlah penularan di kalangan pengguna NAPZA suntik. Masalah tersebut mendorong dilakukannya penelitian ini untuk melihat faktor-faktor faktor-faktor yang berhubungan dengan status HIV pada pengguna NAPZA suntik di Klinik PTRM Rumah Sakit Ketergantungan Obat Cibubur Tahun 2014. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan sampel 46 pasien NAPZA suntik di Klinik PTRM. Hasil penelitian menunjukkan status HIV (+) sebesar 63%, diketahui 87% penasun adalah laki-laki, 58.7% berusia ≥34 tahun, 71,7% memiliki tingkat pendidikan ≤SMA, 58.7% menikah, 69.6% memiliki tingkat pengetahuan HIV yang baik, 63% penasun telah menyuntik ≥9 tahun, 50% penasun pertama kali menyuntik di usia <19 tahun, 69.6% penasun menyuntik ≥3 kali sehari, 87% penasun berbagi jarum suntik, 43.5% penasun melakukan sterilisasi dengan air bersih, 60.9% penasun melakukan seks berisiko rendah, 80.4% penasun memanfaatkan LJSS, 52.2% telah mengikuti terapi metadon ≥4 tahun, 58.7% penasun mendapatkan NAPZA dari ≥2 sumber yang berbeda. Hasil uji Chi Square menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara usia pertama kali menyuntik (PR 1.8; P Value = 0.02), berbagi jarum suntik (PR 4.2; P Value = 0.02), dan sterilisasi jarum menggunakan air bersih (PR 5.5; P Value = 0.006) dengan status HIV. Oleh karena itu perlu dikembangkan lagi akses terhadap jarum suntik steril bagi penasun.
......Number of HIV/AIDS cases has increased every year, and one of factor that cause this rapid increases is the rise prevalence among injecting drug user. That problem encourage this study to observe the factors associated HIV status among Injecting Drug Users at Methadone Maintenance Treatment Program RSKO Jakarta in 2014. This study using cross sectional study with 46 sample of IDUs in methadone maintenance treatment program. The results shows that proportion of HIV (+) is 63%, most respondents (87%) are male, 58.7% aged ≥34 year, 71.7% have less or secondary high school, 58.7% married, 69.6% have good knowledge about HIV, 63% had injecting for ≥9 years, 50% first injecting drugs in <19 years old, 69.6% injected drugs ≥3 times a day, 87% sharing needles, 43.5% rinsed needles with clean water, 60.9% having low risk sexual activity, 80.4% had utilize Needle and Syringe Program (NSP), 52.2% had join methadone maintenance treatment program for ≥4 year. The results of Chi-square test stated there are significant relationsip between age of first injecting drugs (PR 1.8; P Value = 0.02), sharing needles (PR 4.2; P Value = 0.02) and rinsed needle with clean water (PR 5.5; P Value = 0.006) with HIV status. The results suggest that access of needle exchange programs should be developed."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55896
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library