Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lukman Rosyidi, Author
"Karya akhir ini bertujuan membantu Prasimax Technology dalam mengembangkan bisnisnya. Perusahaan yang bergerak di bidang embedded system ini memiliki karakteristik target pasar berupa kalangan terdidik, technology minded dan familiar dengan internet. Namun sampai akhir tahun 2004, perusahaan ini masih belum dapat sepenuhnya memanfaatkan potensi pasar yang ada serta belum dapat menjalin hubungan yang erat dengan para pelanggannya. Perusahaan kemudian memutuskan untuk membangun jalur pemasaran dan layanan melalui media internet agar lebih tepat mengena ke target pasamya. Namun demikian perusahaan belum memiliki suatu perencanruux strategis sistem informasi untuk mendukungnya, padahal resiko yang dihadapi dalam memasuki dunia bisnis via internet cukup tinggi. Oleh karena itu penelitian karya akhir ini memberikan basil berupa rekomendasi rencana strategis sistem informasi untuk dapat diimplementasikan dalam rangka mendukung strategi bisnis perusahaan.
Penelitian dilakukan dengan studi literatur dan melakukan observasi ke perusahaan untuk mengamati langsung, mengambil data dan mendapatkan masukan sebanyakbanyaknya dari para pelaku usahanya untuk kemudian diolah dengan menggunakan metodologi-metodologi dalam ilmu manajemen. Metode yang dipakai dalam karya akhir ini adalah pemetaan strategi dengan strategy map dari Kaplan dan Norton, identifikasi internet business model dari Afuah, penentuan matriks portofolio bisnis internet dari Tjan's, perencanaan sistem informasi empat tahap dari Wetherbe, dan penentuan tolok ukur untuk evaluasi strategi berdasarkan strategy map Kaplan dan Norton.
Pemetaan strategi dilakukan dengan mendapatkan data strategi bisnis perusahaan untuk kemudian digambarkan secara menyeluruh dalam strategy map yang meliputi empat perspektif yaitu perspektif finansial, perspektif pelanggan, perspektif proses internal serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Dari strategy map terlihat bahwa target perusahaan untuk meningkatkan laba diharapkan tercapai melalui penambahan pelanggan baru lewat media internet dengan menonjolkan keunggulan perusahaan dalam hal layanan, ketersediaan barang dan jasa, serta reputasi yang baik. Hal di atas dicapai dengan cara memperkuat hubungan dengan supplier sehingga deliveri ke pelanggan lebih cepat, melakukan inovasi layanan-layanan melalui media internet, menjalin hubungan erat dengan pelanggan, serta berperan aktif membangun komunitas embedded system di Indonesia. Untuk itu diperlukan adanya budaya perusahaan yang berfokus pada kepentingan pelanggan, SDM yang memiliki keahlian untuk menjalankan bisnis online, serta yang sangat penting adalah adanya sistem informasi yang menyediakan aplikasiaplikasi bisnis online yang efektif untuk mempermudah pengadaan barang, pemasaran, penjualan dan manajemen pelanggan.
Penyelarasan sistem informasi kemudian dilakukan dengan mengidentifikasi infrastruktur dan aplikasi-aplikasi pendukung yang dibutuhkan. Aplikasi bisnis pendukung tersebut sangat tergantung pada internet business model yang diambil perusahaan. Dengan menganalisis kompetensi bisnis perusahaan selama ini, maka perusahaan memiliki lima altematif internet business model yaitu online shopping, e-markeplace, content agregator, online service provider dan content creator. Tidak semua internet business model cocok diambil dan diimplementasikan karena mungkin ada yang belum sesuai dengan kondisi perusahaan sekarang. Dengan menggunakan matriks portofolio bisnis internet Tjan's maka didapatkan bahwa online shopping dan content agregator dapat diambil sebagai internet business model perusahaan sekarang, sedangkan untuk internet business model content creator dan online service provider perlu dilakukan penyesuaian dengan cara melakukan edukasi pasar terlebih dahulu. "
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munzhier
"Proyek Ladia Galaska merupakan kelanjutan dari proyek "jaring laba-laba " yang pemah dicanangkan pada tahun 1991. Proyek ini merupakan proyek pembangunan jalan yang menghubungkan pesisir barat Kabupaten Aceh barat ke kota Peureulak Kabupaten Aceh Timur Propinsi NAD. Tujuan pelaksanaan proyek ini yaitu untuk membentuk koridor yang menghubungkan antar wilayah, mengurangi disparitas pertumbuhan regional antara kawasan barat, tengah dan timur, menstimulasi aktifitas perekonomian didaerah-daerah yang dilalui dan meningkatkan aksesibilitas sosial, ekonomi, pemerintahan serta pertahanan keamanan.
Departemen Kimpraswil merupakan salah satu main customer bagi PT. XYZ disamping beberapa customer lain seperti perusahaan property, dan swasta lainnya. Dalam usahanya untuk dapat berkompetisi PT. XYZ di tuntut untuk dapat menawarkan berbagai kemarnpuan dalarn rnelakukan pekerjaan yang akan ditanganinya serta bersaing melalui tahapan-tahapan proses sampai dengan penandatanganan kontrak proyek didapatkan. Tahapan perbaikan yang dilakukan oleh PT. XYZ adalah dengan berusaha rnernperbaiki setiap tahapan project management. Diharapkan nantinya PT. XYZ akan rnemiliki sistem project management yang efektiv sehingga dapat menjadikan salah satu competitive advantage dan pada akhirnya untuk meningkatkan kepercayaan customer kepada PT. XYZ. Selain itu usaha perbaikan ini merupakan salah satu langkah untuk rneningkatkan kepercayaan customer kepada PT. XYZ.
Efektivitas manajemen proyek yang baik merupakan hal yang sangat mendasar untuk dapat merealisasikan setiap proyek dengan tepat sasaran. Tahapan pengerjaan proyek dimulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan dan diakhiri dengan serah terima proyek, dimana setiap tahapan ini memiliki beberapa aktifitas yang harus memenuhi suatu tingkatan kinerja yang baik. Standar flow prosedur manajemen proyek PT. XYZ yang dirancang dalam rangka pencapaian seluruh aktifitas proyek berjalan dengan baik dan efektif, untuk itu diperlukan konsistensi dalam aktualisasi pekerjaan proyek, apakah tahapan demi tahapan telah dilakukan dengan benar. Selain itu faktor efektivitas pengerjaan proyek , merupakan salah satu syarat mutlak untuk dapat memenuhi penyelesaian proyek sesuai dengan sasaran yang diinginkan.
Pembahasan karya akhir ini merupakan rangkaian pengukuran tingkat efektivitas yang telah dicapai pada pelaksanaan Proyek Ladia Galaska dan analisa terhadap aktifitas dari proyek yang dinilai lemah. Terhadap hasil audit tersebut selanjutnya akan dijadikan suatu rekomendasi sebagai langkah perbaikan. Hasil pengukuran yang telah dilakukan untuk kasus Ladia Galaska menempatkan manajemen proyek PT. XYZ berada pada tingkat performansi Baik dengan perolehan total score sebesar 645. Performansi baik ini menggambarkan manajemen proyek PT. XYZ telah melakukan seluruh tahapan aktifitas pelaksanaan proyek dengan benar dan telah memiliki langkah pencapaian pelaksanaan aktifitasnya secara efektif, akan tetapi masih diperlukan peningkatan dan penyempurnaan dari beberapa aktifitasnya.
Secara keseluruhan penilaian tingkat efektivitas aktifitas manajemen proyek pada kasus pekerjaan pembangunan Proyek Ladia Galaska Paket Takengon - Ise-Ise menggambarkan beberapa kelemahan pada 7 aktifitas dari 14 aktifitas secara keseluruhan, diantaranya : aktifitas rencana mutu, aktifitas rekrnitment project team, aktifitas design dan pengembangan, aktifitas pembelian, aktifitas prasarana dan lingkungan, aktifitas prosedur proyek, aktifitas pengukuran kepuasan pengguna jasa.
Audit analisis yang dilakukan untuk ketujuh aktifitas manajemen proyek yang dianggap memiliki kelemahan, memberikan gambaran secara detail aktifitas apa saja yang telah dilakukan dan mengidentifikasi faktor kelemahan dari setiap aktifitas tersebut. Audit analisis juga memaparkan rekomendasi dari setiap aktifitas sehingga dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi pelaksanaan proyek sejenis di masa yang akan datang, selain itu nantinya diharapkan PT. XYZ dapat memenuhi ekspektasi dari customer."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15852
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Ekawati, Author
"ABSTRAK
Kegiatan Pelatihan dan Pendampingan merupakan salah satu unsur penting dari Program Kredit Usaha Kecil Yayasan Pengembangan Wiraswasta Indonesia (YPWI) yang diberikan kepada para peternak lele di Desa Cihowey, Parung, Boger. Kegiatan pelatihan dan pendampingan ini dimaksutkan untuk mengatasi salah satu permasalahan dari pengembangan usaha kecil pada umumya yaitu minimnya pengetahuan manajerial dari para pelaku usaha kecil. Dalam melaksanakan Program Kredit Usaha Kecil tersebut, YPWI melakukan kerjasama dengan MMUI. Dimana bentuk dari kerja sama tersebut adalah melibatkan mahasiswa MMUI untuk bertindak sebagai fasilitator dalam kegiatan pelatihan dan pendampingan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab problematika permasalahan yang ada yaitu untuk mengetahui profil latar belakang para peternak lele di Desa Cihowey Parung Boger yang merupakan peserta pelatihan, kondisi dan persepsi mereka terhadap pelatihan yang ada, mengetahui efektifitas pelatihan di berbagai tahap evaluasi yaitu reaksi, pembelajaran, perubahan
perilaku, dan hasil, dan apakah ada hubungan antara profil Jatar belakang peserta pelatihan dengan tahap-tahap evaluasi dan antar variahel-variabel tahap-tahap evaluasi tersebut.
Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, penelaahan dokumen. Sementara metode analisis datanya adalah dengan menggunakan distribusi frekuensi, pemberian skor, dan analisis korelasi.
Dari hasil penelitian profil peserta pelatihan diketahui bahwa dalam hal usia sebagian besar usia mereka adalah 51 -55 tahun, dalam hal tingkat pendidikan sebagian besar dari mereka adalah SD dan SLTP, sebagian besar memiliki usaha lain di luar budidaya Iele, dan sebagian besar peternak melibatkan keluarga dalam kegiatan budidaya lelenya.
Hasil evaluasi tingkat efektifitas pelatihan secara total pada masing-masing tahap pelatihan yaitu tahap reaksi secara total cukup, tahap pembelajaran cukup, tahap perilaku cukup, dan tahap hasil cukup.
Hasil evaluasi pelatihan pada tahap reaksi dirinci ke dalam berbagai variabel yaitu kehadiran yang dikategorikan cukup, keaktifan dikategorikan cukup, materi pelatihan dinilai telah sesuai, frekuensi pelatihan dinilai cukup sesuai, waktu pelatihan dinilai cukup sesuai, jumlah fasilitator dinilai cukup sesuai, sikap fasilitator dinilai cukup baik, tempat pelatihan dinilai kurang sesuai, fasilitas prasarana mengajar juga dinilai masih kurang.
Pada tahap perubahan perilaku evaluasi dirinci ke dalam berbagai variabel yaitu frekuensi bekerja di lahan dikategorikan biasa, cara budidaya dikategorikan cukup baik, cara membelanjakan modal kerja dikategorikan biasa saja, dan pencatatan pembukuan dikategorikan cukup.
Pada tahab hasil evaluasi terdiri dirinci ke dalam dua variabel yaitu variabel hasil panen yang dapat dikategorikan masih kurang dan kelanjutan program dimana sebagian besar peserta rnernutuskan melanjutkan program.
Sementara ada berbagai hubungan yang signifikan antar variabel-variabel tersebut yaitu hubungan yang kuat dan positif antara dukungan keluarga dan keputusan rnelanjutkan program, hubungan yang kuat dan positif antara kehadiran dan pemahaman dalam pembelajaran, hubungan yang kuat dan positif antara cara belanja dan hasil panen, dan terdapat hubungan yang kuat dan positif antara kegiatan lain dan keputusan rnelanjutkan program.
Dari hasil evaluasi pelatihan dan pendampingan di atas rnaka masih ada beberapa hal yang perlu Uhtuk dilakukan atau ditingkatkan agar pelatihan lebih efektif. Berbagai penyesuaian perlu dilaktikan terutama pada variabel atau hal-hal yang rnasih dikategorikan kurang yaitu tempat pelatihan dan fasilitas prasarana pelatihan untuk efektifitas tahap reaksi. Usaha-usaha penyesuaian perlu dititikberatkan pula pada variabel-variabel yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan variabel tahap-tahap efektifitas pelatihan yaitu dukungan keluarga, kehadiran, cara belanja, dan kegiatan usaha lain.
"
2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwit Tarziah
"Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan kinerja dari suatu organisisi. Jika motivasi seseorang tinggi maka kinerja yang dihasilkan pun akan semakin baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi adalah gaya kepemimpinan. Tesis ini membahas tentang pengaruh gaya kepemimpinan (partisipatif, suportif dan direktif) terhadap motivasi (expectancy, instrumentality dan valence)dan kinerja dalam bisnis multilevel marketing di PT CNI.
Untuk menguji pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi dan kinerja dari seorang distributor dilakukan analisis regresi. Akan tetapi sebelumya dilakukan analisa faktor untuk mengetahui indikator penelitian mana saja yang tepat digunakan untuk mengukur variabel gaya kepemimpinan dan motivasi.
Berdasarkan hasil analisa regresi dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan partisipatif dan direktif mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap motivasi seorang distributor. Sedangkan gaya kepemimpinan suportif temyata tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi seorang distributor. Dari hasil analisa regresi juga dapat disimpulkan bahwa motivasi mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja yang dihasilkan oleh seorang distributor.

Motivation is one of the factor which can be used to determine performance of the organization. If motivation is higher then performance of the organization will be better. One of the factor which influence motivation is leadership style. This research contains about the influence of leadership style (participate, supportive and directive) to motivation (expectancy, instrumentality and valence) and performance on multilevel marketing PT Citranusa Insancemerlang.
Factor analysis is used to reduce the research indicator into factors which used to determine the construct of leadership style and motivation. Regression analysis then used to examine the influence of leadership style to motivation and performance.
The results shows that participative and directive leadership style have positif influence to motivation while supportive leadership style has no influence to motivation. The last, motivation has positive influence to distributor performance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Lenggogeni
"Suatu segmen baru yang dikenal dengan istilah metroseksual muncul dikota-kota yang ada di seluruh dunia saat ini, termasuk di Jakarta. Mereka adalah kelompok pria yang memiliki sifat narsistis dan gaya hidup hedonis dan kerap melakukan perawatan penampilannya ke salon, menjaga bentuk badan melaluifitness centre, fashion-oriented dan suka bersosialisasi melalui cafe, club. Salon sebagai bentuk jasa pelayanan yang mendukung gaya hidup metroseksual merupakan salah satu kebutuhan utama bagi pria metroseksual ini untuk mendukung penampilan mereka. Selain memperbaiki penampilannya ke salon pria metroseksual juga menginginkan adanya kepuasan emosional pada saat melakukan perawatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku pria metroseksual ini secara umum dalam memilih salon dan melakukan perawatan di salon mengetahui atribut atribut apa saja yang dipentingkan oleh mereka sehingga bisnis salon yang akan membidik target pasar metroseksual ini dapat memetakan implikasi pemasaran yang tepat.
Studi akhir ini menggunakan dua pendekatan yaitu penelitian ekploratori dan penelitian deskriptif. Populasi target adalah pria metroseksual yang berada di Jakarta dan metode convinience judgmental sampling.
Indepth interview yang dilakukan menghasilkan 11 atribut yang mempengaruhi pria metroseksual dalam memilih salon, dan 15 fasilitas salon yang sering digunakan. Secara demografis, mayoritas pria metroseksual berusia 20-29 tahun, belum menikah, berpendidikan Sl, mahasiswalpelajar dan karyawan swasta. Sedangkan secara psikografis, pria metroseksual terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu happy active man, conventional dan trend follower, dimana yang terbanyak adalah happy active man. Dalam mengenali kebutuhannya, alasan utama pria metroseksual adalah ingin memperoleh penampilan yang lebih baik, terutama dengan memotong rambut dan creamhath. Selain karena keinginannya sendiri, pria metroseksual pergi kesalon juga karena pengaruh dari orang lain, misalnya ternan dan pacar, serta karena adanya trend yang berkembang di lingkungan sekitarnya, juga informasi di majalah. Informasi mengenai salon biasanya diperoleh pria metroseksual melalui ternan (word of mouth), selanjutnya sebelum memutuskan untuk memilih salon, pria metroseksual juga mengevaluasi pelayanan yang disediakan di salon tersebut. Bagi pria metroseksual, keputusan untuk memilih salon kebanyakan berasal dari diri sendiri, dan anggaran yang dikeluarkan untuk sekali ke salon rata-rata Rp 50.000-Rp 250.000. Aktivitas yang paling banyak dilakukan adalah potong rambut, creamhath dan cuci blow. Selain melakukan berbagai aktivitas terse but, pria metroseksual juga menyukai salon yang memutar musik terutama jazz, pop dan instrument Top 40. Sebagian besar dari pria metroseksual juga menyukai desain ruangan salon yang modern minimalis.
Dari keseluruhan dimensi (citra salon, pegawai, fasilitas, lokasi dan ruangan, kenyamanan, harga) atribut yang paling dipentingkan metroseksual secara garis besar terletak pada beberapa faktor yaitu skill dari hairdresser dan capster, kenyamanan saat melakukan perawatan, pelayanan yang baik dari para pegawai salon dimana mereka ingin diperlakukan secara personal dan one to one.
Dari hasil analisa crosstah kelas sosial, umur dan kebutuhannya terhadap salon, kelompok metroseksual yang paling banyak membutuhkan jenis perawatan di salon yaitu pria metroseksual dari kelompok usia 30 - 39 tahun yang berasal dari kelas sosial AI. Jenis perawatan rambut yang paling dibutuhkan paling banyak adalah potong rambut.
Maka berdasarkan hasil penelitian ini saran yang diberikan untuk pengusaha salon yang akan membidik segmen metroseksual sebaiknya adalah pria metroseksual dengan usia 30- 39 tahun dari kelas sosial AI dengan produk utama adalah potong rambut, creambath, refleksi, facial dan cuci blow, dengan tarif harga berkisar dari Rp I 00.000- Rp. 500.000 dan program diskon berdasarkan waktu dan paket perawatan, desain interior ruangan modern minima/is, jenis musik jazz dan instrumen, pendekatan promosi mc!alui word of mouth melalui peningkatan pelayanan dan mutu yang yang diperoleh dari pengembangan pelatihan pada hairdresser dan capster serta peningkatan product knowledge melalui keiikutsertaan hairdresser pada acara, seminar dan roadshow serta kompetisi dibidang tata rambut yang sering diadakan oleh produsen produk rambut. Untuk kelancaran produktivitas di salon dapat dilakukan sistem booking agar menghindari antrian pelanggan pada hari libur atau weekend. Record sytem juga dapat dilakukan untuk mengingatkan kembali pelanggan datang terutama pada pelanggan yang melakukan perawatan khusus.
Keterbatasan penelitian ini adalah periode pelaksanaan penelitian ini hanya dilakukan Juni sampai September sehingga hanya memperoleh perilaku konsumen selama kurun waktu tersebut sedangkan perilaku konsumen dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Dan pertanyaan pada screening harusnya dibuat lebih sempeit terutama yang menyangkut frekuensi aktivitas responden agar dapat mengurangi bias untuk mengkategorikan responden sebagai pria metroseksual. Saran untuk penelitian lebih lanjut adalah menggali pertanyaan lebih dalam pada setiap aspek sehingga dapat mengetahui perilaku pria metroseksual dalam memilih salon lebih spesifik, melakukan penelitian yang membahas lebih dalam bagaimana pendekatan peinasaran secara psikografis pada pria metroseksual."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15952
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellise Irine Yosefi, Author
"ABSTRAK
PT. Nadja Sukses Utama yang didirikan pada tahun 1995 merupakan perusahaan yang mengelola bisnisnya dengan sistem Multi Level Marketing (MLM) dengan brand Sophie Martin (selanjutnya disebut sebagai Sophie Mariin). Sophie Martin sendiri merupakan nama istri Mr. Bruno Hasson yang merupakan pendiri Sophie Martin. Sejak awal strategi pemasaran yang digunakan adalah dengan menjual secara langsung (direct selling), tidak pemah masuk ke toko-toko karena mereka beranggapan bahwa direct selling akan lebih baik dilakukan karena Indonesia merupakan negara yang luas, dan untuk membuka toko membutuhkan dana yang cukup besar.
Sistem Multi Level Marketing merupakan salah satu altematif bisnis dengan modal yang rendah. Menurut data yang didapat dari APLI, pada tahun 2001 terdapat 80 perusahaan Direct Selling yang tergabung didalamnya, dari jumlah tersebut ada± 4.000.000 orang Sales Person. Pada tahun 2003 terdapat ± 200 perusahaan yang bergerak di bidang Multi Level Marketing, dengan jumlah Sales Person 4,28 juta orang dengan omzet US$343 juta. Ini membuktikan bahwa pertumbuhan perusahaan yang bergerak di bidang MLM makin pesat dan potensi pasar MLM di Indonesia masih sangat besar.
Persaingan yang dihadapi Sophie Martin cukup berat semng dengan semakin banyaknya perusahaan yang bermain dengan sistem MLM, baik yang menjual produk yang sama maupun menjual produk yang berbeda. Persaingan yang teijadi bukan hanya sebanyak apa produk dapat teijual namun juga meliputi seberapa banyak anggota yang direkrut dan aktif untuk menj alankan bisnis tersebut. Untuk memenangkan persaingan maka Sophie Martin harus mulai melakukan perbaikan dari dalam tubuh Sophie Martin sendiri, dalam arti pihak manajemen harus mengetahui faktor penyebab tidak aktifnya sebagian anggota Sophie Martin.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi seseorang bergabung MLM Sophie Martin. Dengan mengetahui motivasi utama para anggota maka Sophie Martin akan dapat merencanakan suatu strategi yang semakin mendorong motivasi para anggota, atau bahkan membangkitkan kembali motivasi yang sebelumnya telah meredup. Tujuan kedua adalah mengetahui apakah para anggota Sophie Martin menguasai product knowledge-nya dengan baik. Sophie Martin merupakan perusahaan MLM yang bergerak dibidang fashion yang selalu up to date dengan perkembangan trend, karena itu model produknya selalu berganti di setiap katalognya, para anggotanya harus selalu menyesuaikan diri dengan trend dan mengetahui ciri khas dari produk Sophie Martin. Tujuan ketiga adalah mengetahui apakah anggota Sophie Martin menguasai benar sistem Multi Level Marketing di Sophie Martin. Karena sistem merupakan kunci utama dalam menjalankan bisnis MLM, dengan pengetahuan sistem yang baik maka para anggota akan dapat mencari peluang untuk mendapatkan penghasilan lebih. Penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan rekomendasi kepada PT. Nadja Sukses Utama mengenai langkah yang dapat dilakukan untuk mengaktifkan kembali anggota yang tidak aktif sehingga MLM Sophie Martin akan dapat bertahan bahkan memenangkan persaingan dalam industri bisnis MLM ini.
Penelitian mengenai faktor penyebab tidak aktifnya sebagian anggota Sophie Martin ini dilakukan di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Responden yang diteliti adalah responden yang telah menjadi anggota Sophie Martin minimal 1 (satu) tahun baik itu anggota tersebut aktif atau tidak aktif di sophie Martin.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis maka didapatkan beberapa temuan
yaitu:
1. Motivasi seseorang masuk menjadi anggota MLM Sophie Martin adalah untuk mendapatkan penghasilan lebih. Untuk menjadi aktif di Sophie Martin maka tidak dipengaruhi apakah ia menjadi anggota satu perusahaan saja atau menjadi anggota di lebih dari satu perusahaan MLM.
2. Pengetahuan tentang produk tidak mempengaruhi seorang anggota menjadi aktif atau tidak.
3. Pengetahuan tentang sisteih sangat mempengaruhi seorang anggota menjadi aktif atau tidak aktif. Temyata masih ada anggota yang aktif masih memiliki pengetahuan sistemnya jelek. Sedangkan anggota yang tidak aktif yang memiliki pengetahuan sistem yang bagus hanya sebagian kecil saja yaitu sebesar sebesar 24%.
4. Faktor edukasi kepada para anggota sangat penting baik itu edukasi kualitas maupun edukasi sistem. Dan perlu adanya perbaikan dari Sophie Martin untuk sistem antrian dan pengambilan barang.
Dengan adanya penelitian ini maka saran yang diberikan kepada PT. Nadja Sukses Utama adalah sebagai berikut: (1) Perlu dilakukan pengembangan dalam PR (Public Relation) Internal Sophie Martin agar dapat memberikan cara komunikasi yang j elas dan tepat sehingga tidak terjadi keragu-raguan dalam benak para anggota mengenai kepastian program promosinya, (2) Untuk menjaga Image yang positif dari Sophie Martin maka perlu adanya standart atau keseragaman antara dekorasi toko I showroom antara kantor pusat dengan para Bussiness Center-nya diseluruh daerah. Selain itu dilakukan standarisasi pelayanan customer service, kasir dan front office lainnya melalui pelatihan yang berkesinambungan dari kantor pusat, dan dilakukan pengecekan secara berkala.
Dengan penelitian ini maka diharapkan Sophie Martin akan dapat melakukan perbaikan untuk pengembangan kearah yang lebih baik; dimasa yang akan datang. Dan perlu diadakannya riset berskala nasional dengan sample yang jauh lebih besar, serta kajian yang lebih mendalam sehingga rr.endapatkan temuan-temuan yang lebih mendalam lagi.
"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library