Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arifin U
Abstrak :
ABSTRAK
Keberhasilan suatu kebijaksanaan yang telah di rumuskan dan ditetapkan cleh pemerintah sangat ditentu-kan oleh implementasinya. Suatu kebijaksanaan, walaupun bagaimana baiknya tidak akan mencapai sasaran sebagai-mana yang diinginkan bila tidak diimplementasikan atau dapat juga dikatakan bahwa suatu kebijaksanaan belum mempunyai arti apabila bslum di implementasikan.

Salah satu kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan oleh Pemerintah, yaitu kebijaksanaan perlindungan hutan bakau yang bertujuan untuk melindugi atau raencegah kerusakan hutan bakau dan hasilnya serta mempertahankan hak-hak negara atas hutan bakau, hal ini dimaksudkan agar hutan bakau tetap lestari.

Penelitian ini dilakukan di Kawasan Teluk Kolono Kecamatan Lainea (Kelurahan Kolono dan Desa Awunio) dan Kecamatan Koramo (Desa Moramo dan Desa Lalowaru) Kabu-paten Kendari Propinsi Sulawesi Tenggara dengan menggu-nakan analiais data secara kualitatif.

Penelitian ini berusaha untuk mengetahui : (1) Bagaimana implementasi kebijaksanaan perlindungan hutan bakau, (2) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi imple-mentasi kebijaksanaan perlindungan hutan bakau, dan (3) Masalah-masalah apa yang dihadapi dalaro implementasi kebijaksanaan perlindungan hutan bakau. Tahap pertama, dilakukan studi literatur terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang berkaitan dengan hutan bakau, teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian ini, yakni meliputi: teori kebijaksanaan, teori implamentasi dan teori pendekatan terhadap implementasi kebijaksanaan. Tahap keciuaf dilakukan studi kebijaksanaan sekaligus menganalisis kebijaksanaan (Bromley, 1989), yakni terhadap kebijaksanaan perlindungan hutan bakau mulai pada tingkat Policy level sampai pada Operational level, dan juga menganalisis pendekatan implementasi kebijaksanaan (George Edward III, 1980 dan Hoogerwerf, 1983), yakni terhadap impleeentasi kebijaksanaan perlindungan hutan bakau.

Tahap ketiga, mendiskripsikan data sekunder tentang implementasi kebijaksanaan perlindungan hutan bakau. Data ini diperoleh melalui studi kepustakaan. Tahap keempat, melakukan analisis implementasi kebijak-sanaan perlindungan hutan bakau, dengan menggunakan teori yang dikeinukakan oleh George Edward III, 1980 dan Hoogerwerf 1983) dengan menggunakan data primer dari hasil wawancara mendalam terhadap informan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa para implementor di Kabupaten Kendari belum dapat mengimp lamentasi-kan kebij aksanaan perlindungan hutan bakau sebagaimana mestinya. Karena dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain; ( 1) faktor isi kebijaksanaan (2) faktor komunikasi, (3) faktor sumber daya, dan (4) faktor disposisi atau sikap para pelaksana (implementor).

Dengan adanya faktor-faktor yang berpengaruh tersebut diatas, mengakibatkan masih tetap berlangsung-nys. pengslolaan kayu bakau secara liar dan adanya pembuatan tambak udang yang tidak memperhatikan kelestarian hutan bakau. Bahkan telah tarjadi kolusi antara pengelola kayu bakau dan pihak kehutanan, abrasi laut sekitar 20 meter, rusaknya tambak udang penduduk sekitar 400 meter karena terkikis oleh hantaman ombak dan kurangnya hasil tangkapan ikan bagi para nelayan.
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Permata
1989
S33400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Moesmariniwijati
Abstrak :
Hutan mangrove mempunyai manfaat ekologi dan sosial-ekonomi. Manfaat ekologis adalah bahwa hutan mangrove berfungsi dalam kemampuannya mendulcung eksistensi lingkungan fisik dan lingkungan biota. Manfaat sosial-ekonomi adalah bahwa hutan mangrove menjadi tumpuan bagi masyarakat sekitar untuk memenuhi keperluan akan bangunan, kayu bakar, dan mencari ikan. Pada kawasan hutan mangrove yang diusahakan untuk tambak, terbukti memberikan pengaruh positif bagi perluasan lapangan kerja. Oleh karena itu perlu dilestarikan melalui pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

Keberhasilan pembangunan berwawasan lingkungan (hutan mangrove) tergantung pada efektivitas perangkat hukum yang ada yaitu Undang-Undang nomor 4 tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang selannjutnya disingkat UULH. Efektivitas implementasi ketentuan pasal-pasal dalam UULH dalam pengelolaan hutan mangrove tidak hanya ditentukan oleh kualitas perangkat hukum itu sendiri, tetapi oleh akumulasi berbagai faktor. Salah satu faktor penting keberhasilan pengelolaan hutan mangrove adalah peranserta masyarakat sekitar kawasan hutan mangrove tersebut. Peranserta tersebut tidak hanya meliputi peranserta individu yang terkena berbagai peraturan atau keputusan administratif, tetapi meliputi pula peranserta kelompok dan organisasi masyarakat. Slamet (1988) mengemukakan bahwa peranserta masyarakat sangat mutlak demi berhasilnya pembangunan. Tanpa peranserta masyarakat, suatu pembangunan harus dinilai tidak berhasil.

Dengan semakin pesatnya pembangunan dan pertumbuhan penduduk, maka kebutuhan lahan akan semakin meningkat, baik untuk kepentingan tempat tinggal maupun lokasi industri. Mangrove yang luasnya relalif kecil (3% dari luas hutan Indonesia), bahkan akan semakin kompleks apabila masyarakat di sekitar kawasan tersebut mempunyai tingkat sosial ekonomi rendah. Oleh karena itu, permasalahan utama dalam penelitian ini adalah sejauh mana hak dan kewajiban berperanserta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hutan mangrove.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hak dan kewajiban berperanserta dalam pengelolaan lingkungan hidup (ekosistem hutan mangrove). Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah untuk melakukan pengujian apakah terdapat perbedaan nyata di antara peran Serta masyarakat dan identifikasi faktor-faktor yang mempengamhi tiokat peranserta masyarakat dalam pengelolaan linglcungan hidup (hutan mangrove).

Hipotesis penelitian adalah diduga bahwa hak dan kewajiban berperanserta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup (hutan mangrove) pada lima propinsi di Indonesia belum optimal, serta diduga dipengaruhi oleh nilai-nilai tradisional masyarakat setempat.

Penelitian ini akan bermanfaat bagi pinak pemerintah sebagai bahan informasi dan evaluasi implementasi UULH dan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup lainnya, khususnya dalam upaya mendorong peranserta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup (ekosistem hutan mangrove) dan sebagai umpan balik dalam penetapan kebijaksanaan di masa yang akan datang.

Sifat penelitian ini adalah explorative research. Pada penelitian jenis ini akan menghasilkan deskripsi atau gambaran ciri-ciri dari suatu obyek yang diteliti untuk mendapatkan penjelasan suatu keterkaitan. Pelaksanaan pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan melalui dua tahapan, yaitu: (1) tahapan pengamatan (observasi), dan (2) tahapan survai. Metode untuk mendapatkan data primer dilakukan dengan cara wawancara secara langsung pada responden dengan menggunakan daftar kuesioner yang telah dipersapkan sebelumnya. Data primer diambil dari sampel. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan adanya keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya, disebabkan jumlah populasi yang besar dan jarak lokasi satu dengan lainnya cukup jauh, jumlah sampel ditetapkan sebanyak 120 orang yang didistribusikan secara merata pada enam lokasi.

Metode dalam mendapatkan sampel adalah non-random sampling, di mana tidak setiap individu mendapatkan kesempatan atau probabilitas yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Untuk itu terpilih orang-orang yang langsung dapat dijumpainya, tetapi orang tersebut mempunyai keterkaitan dengan pemanfaatan dan pengelolaan hutan mangrove. Oleh karena itu metode ini disebut juga purposive sampling.

Metode analisis data dilakukan dnegan dua pendekatan. Pendekatan pertaman adalah dengan melakukan uji statistik dengan cara chi-square (X2). Pendekatan kedua memberikan apa yang dilihat dan didengar dari responden dan observasi di responden. Untuk memberikan data hasil wawncara terhadap responden, maka salah satu metode yang dipakai adalah analisis tabel, dengan menggunakan persentase.

Dalam penelitian ini juga digunakan data sekunder terutama dari BAKORSURNATAL, Biro Pusat Statistik dan referensi terkait lainnya yang sangat mendukung data primer.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: bahwa hak dan kewajiban berperanserta penduduk di sekitar kawasan mangrove belum berkembang secara optimal. Belum optimalnya peranserta masyarakat berkaitan erat dengan rendahnya tingkat pendidikan, sedikitnya arus informasi yang diperolehnya, rendahnya tingkat penghasilan per kapita, serta masih banaknya pencurian, penebangan liar dan pelanggaran-pelanggaran lainnya yang dapat menyebabkan rusak atau menurunnya kualitas dan kuantitas hutan mangrove. Disamping itu juga belum adanya penyuluhan, pengarahan dan pembinaan secara langsung pada masyarakat yang memadai oleh aparat pemerintah.

Pola pengembangan peranserta masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove pada dasarnya dapat dilakukan pada empat hal, yakni: a) Mengembangkan kualitas sumberdaya manusia b) Meningkatkan tingkat sosial ekonomi masyarakat dengan pola silvofishery c) Pengembangan kelembagaan d) Pentaatan pelaksanaan peraturan perundang-undangan.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofya Umi Labiba
Abstrak :
[ABSTRAK Malaria merupakan penyakit tular vektor yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Pengendalian malaria yang dilakukan lebih berfokus pada diagnosis dan pengobatan ACT serta upaya pencegahan gigitan nyamuk lainnya sehingga diperlukan upaya berbasis lingkungan salah satunya dengan konservasi hutan mangrove mengingat tantangan resistensi parasit dan vektor malaria dan perubahan iklim yang terjadi saat ini. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan antara konservasi hutan mangrove, dengan kejadian malaria. Disain penelitian yang digunakan adalah ekologi korelasi yang berbasis populasi. Didapatkan 18 kabupaten/kota dari total 28 sampel yang berada di pantai utara Pulau Jawa. Data yang digunakan adalah Riskesdas tahun 2013 dan RTK-RHL DAS Mangrove dan Sempadan Pantai tahun 2010. Hasil menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengelolaan hutan mangrove dengan kejadian malaria (r =-0,675) dengan (p = 0,002). Konservasi hutan mangrove dapat menjadi upaya pengendalian malaria berbasis lingkungan karena memiliki hubungan kuat yang negatif dengan kejadian malaria sehingga semakin besar pengelolaan hutan mangrove maka semakin kecil kejadian malaria pada suatu wilayah. Konservasi hutan mangrove didukung dengan adanya pemberdayaan masyarakat sekitar hutan mangrove.
ABSTRACT , Malaria is a vector-borne disease that still remains as a health problem in Indonesia. Malaria control focus more on the diagnosis and treatment of ACT and other mosquito bite prevention efforts so the environmental-based efforts are necessary, one of them is mangrove forests conservation in view of the resistance challenges of parasite and vector of malaria and climate change that is happening now. This study aim to examine the relationship between the conservation of mangrove forests with the prevalence of malaria. The design study is a population-based ecological correlations. 18 districts / cities were obtained of a total of 28 samples that were on the north coast of Java Island. The data used are Riskesdas in 2013 and RTK-RHL DAS Mangrove dan Sempadan Pantai Ministry of Forestry in 2010. The results showed significant relationship between the management of mangrove forests and malaria incidence (r = -0,675) with (p = 0,002). Mangrove forests conservation can be an environmental-based malaria control effort because it has a strong negative correlation with the incidence of malaria, so the larger the mangrove forests management the smaller the prevalence of malaria in the region. Mangrove forests conservation is supported by the community empowerment around the forests]
2015
S60349
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Budiman
Abstrak :
Mangrove molluscs data collected from some mangrove forest in Indonesia (Sumatra, Kalimantan, Java, Mollucas, and Papua) are used in order to understand the mangrove molluscs distribution and pattern of species abundance. The result of the present study strongly suggest three models (or combination of them) of distribution (1) molluscs (especially bivalve ) only recruit into certain microhabitat, in which they reach larger densities; (2) certain species of mollusc may recruit widely, but suffer increase mortality in certain microhabitats; and (3) molluscs (especially for mobile animals, such as many gastropods) may actively move among macrohabitats, increasing local densities in some of those. The correlation between features of habitat and abundance of molluscs which can be described as preference are discussed
Bogor: Pusat Penelitian Biologi, 2009
BBIO 9:4 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library