Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riadi Rizal Basjrah
"Pembengkakan Jakarta telah menyebabkan terjadinya transisi desa-kota (ruralurban) yang terjadi di daerah pinggiran kota. Kondisi itu semakin diperparah oleh sub-urbanisasi yang menyebabkan pola perkembangan kota memencar berserakan (urban sprawl). Urban sprawl terjadi akibat sub-urbanisasi, yang dimulai dengan dua kegiatan utama, yaitu pengembangan perumahan dan pembangunan jalan. Perumahan Kota Taman Bintaro Jaya khususnya sektor 9 adalah bagian dari suatu perumahan yang berkembang akibat proses pemekaran kota. Proses pembangunan yang tidak direncanakan, menyebabkan arah perkembangannya terjadi tanpa pola. Perkembangan perumahan Bintaro Jaya telah menyebabkan terjadinya transformasi ruang dan masyarakat kampung Betawi di desa Pondok Pucung kecamatan Pondok Aren kabupaten Tangerang propinsi Banten. Kecintaan penduduk asli akan tanah kelahirannya dan kerbersamaan dalam keluarga besar menjadi alasan untuk tetap bertahan di kampung. Sebagian ruang kampung dijadikan bagian dari perumahan khususnya pada ruang kampung yang jauh dari akses dan bukan ruang bertinggal. Keberhasilan penguasaan ruang kampung menjadi perumahan tidak terlepas dari peran makelar sebagai perantara proses jual-beli tanah. Peran makelar dalam masyarakat adalah sebagai agen yang mempunyai pengaruh besar dalam praktik sosial di kampung. Kemampuan ekonomi yang terbatas menyebabkan ketergantungan penduduk kampung pada tanah sangatlah besar. Tanah sebagai komoditi dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dalam mengikuti perkembang lingkungan di sekitar kampung.
Melalui peran makelar terjadi perubahan kepemilikan tanah dan pelaku di kampung. Ragam pelaku mempengaruhi produksi dan reproduksi ruang kampung yang dapat dianalisa dengan menggunakan konsep tri tunggal (triadic) yang dikemukakan oleh Hendri Lefebvre dalam tulisannya ?The Production of Space?. Dengan dasar teori ini dapat diketahui proses pembentukan ruang kampung dan dominasinya dalam menjelaskan marjinalisasi dari sisi perubahan ruang kampung.
Perubahan unsur-unsur dalam masyarakat telah mempengaruhi pola relasi dalam masyarakat. Rentang waktu dan perubahan ruang mempengaruhi praktik sosial yang dilakukan berulang yang menghubungkan antara agen dan struktur. Proses penstruktur kembali dalam dualitas agen dan struktur menurut teori strukturasi oleh Anthony Giddens dapat menjelaskan perubahan pada masyarakat. Perubahan masyarakat dapat melihat dominasi suatu kelompok yang mengurangi ruang kelompok lain yang dapat dilihat sebagai proses terjadinya marjinalisasi di kampung.

The enlargement of Jakarta has caused the occurrence of rural-urban transition occurring at suburb of the city. Such condition is highly strengthened by suburbanization that causes the city development pattern spread out unevenly (urban sprawl). The urban sprawl occurs as a result of sub-urbanization that started from two main activities they are residential development and road construction.
The Housing of Kota Taman Bintaro Jaya especially sector 9 is one of the housing that developed as a result of city enlargement. The process of unplanned development, causes the development direction occurs without good pattern. The development of Bintaro Jaya residence has caused the occurrence of space transformation and Betawi village people at Village of Pondok Pucung Sub-District of Pondok Aren, Regency of Tangerang, Province of Banten. Feeling affection of the native resident for the place of birth and togetherness in big family becomes the reason to remain stay in their village. Part of village space is made as the part of residence especially for the village space far from the access and not a residential space. The succeed of village space occupation to be a residence is not released from the role of the broker as the mediator of land transaction process. The role of broker in society is as an agent having great influence in social practice in the village. The limited economy capability causes the high dependability of village resident to the land. The land as commodity used for fulfilling their needs in following the environmental development around the village.
Through the role of the broker, it occurs alteration of land ownership and the inhabitant at the village. The variety of inhabitant influences production and reproduction of village space that can be analyzed by using tiadic stated by Hendri Lefebvre in his composition ?The Production of Space?. Based on this theory, it can be identified the process of village space forming and its domination in clarifying marginalizing from the side of village space alteration.
The alteration of substances in society has influenced the relationship pattern in society. Time period and space alteration influences social practice that carried out repeatedly that connecting the agent and structure. The process of penstructure return to the dualistic agent and structure according to theory structuration by Anthony Giddens is able to explain the changing in the society. The society alteration can observe the domination of a group that reduces space of the other group that can b e seen as a process of marginalizing formation in the village."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T23315
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khayira Adzra
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan representasi marginalisasi dan kritik sosial yang terkandung dalam film Manbiki Kazoku karya Hirokazu Kore-eda. Data primer diperoleh dari film Manbiki Kazoku menggunakan teknik dokumentasi. Adegan yang dianggap mengandung representasi marginalisasi dicatat dan dipilih sebagai sumber data primer. Sumber data sekunder diperoleh melalui metode studi pustaka menggunakan artikel, buku, jurnal, dan karya ilmiah lainnya. Teori yang digunakan merupakan teori representasi menurut Stuart Hall dan data dianalisis melalui teori semiotika menurut Roland Barthes. Penelitian ini menemukan bahwa pada film Manbiki Kazoku, marginalisasi direpresentasikan melalui kehidupan dan pengalaman masing-masing anggota Keluarga Shibata. Kondisi sosial ekonomi mereka tercermin dalam penampilan dan kehidupan sehari-hari mereka, yang memaksa mereka untuk mencuri sebagai strategi bertahan hidup, menyoroti bahwa individu yang terpinggirkan sering kali terpaksa mengambil jalan tidak legal untuk bertahan. Tantangan pekerjaan mereka sebagai pekerja paruh waktu dan pekerja seks menunjukkan kerentanan terhadap eksploitasi dan stigmatisasi. Pengalaman Shota dan Yuri, termasuk penelantaran, kekerasan, dan keterbatasan pendidikan, serta isolasi nenek Hatsue, juga mencerminkan marginalisasi.

This study aims to explain the representation of marginalization and social criticism contained in Hirokazu Kore-eda's Manbiki Kazoku. Primary data was obtained from the movie Manbiki Kazoku using documentation technique. Scenes that are considered to contain representations of marginalization are noted and selected as primary data sources. Secondary data sources were obtained through the literature study method using articles, books, journals, and other scientific works. The theory used is the theory of representation according to Stuart Hall and the data is analyzed through semiotic theory according to Roland Barthes. This study found that in the film Manbiki Kazoku, marginalization is represented through the lives and experiences of each member of the Shibata Family. Their socio-economic condition is reflected in their appearance and daily life, which forces them to shoplift as a survival strategy, highlighting that marginalized individuals are often forced to take illicit means to survive. Their employment challenges as part-time workers and sex workers demonstrate their vulnerability to exploitation and stigmatization. Shota and Yuri's experiences, which includes neglect, abuse, and educational limitations, as well as Hatsue's isolation, also reflect marginalization."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Retnoati Rozano Prakoeswa
"Di Indonesia, sebuah negara dengan 17.491 pulau dan 1.340 suku bangsa berbeda
memungkinkan terdapat banyak individu multikultural dan terjadinya akulturasi dalam
kehidupan sehari-hari. Menurut Berry (2005), akulturasi adalah proses dari perubahan
budaya dan psikologis yang berlangsung sebagai hasil kontak antara dua atau lebih
kelompok budaya dan anggotanya. Di sisi lain, menurut Huynh et al. (2018) pengalaman
individu yang terpapar dan menginternalisasi lebih dari satu budaya, dianggap bikultural
atau multikultural. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara akulturasi dan
multikulturalisme pada dewasa muda di Indonesia. Partisipan terdiri dari 479 Warga
Negara Indonesia, memiliki minimal dua kebudayaan, usia 20-35 tahun, yang terdiri dari
1 agender, 201 laki-laki, dan 277 perempuan. Data dikumpulkan dengan Mutual
Intercultural Relations In Plural Societies (MIRIPS) dan Bicultural Identity Integration
Scale (BIIS-2) Pancultural Version 2.4.0. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi
positif antara integrasi dan harmoni (r(479) = 0,226, p<0,01), korelasi positif antara
integrasi dengan blendedness (r(479) = 0,125, p<0,01), namun juga ditemukan korelasi
positif antara marginalisasi dengan harmoni (r(479) = 0,207, p<0,01) dan korelasi positif
antara marginalisasi dengan blendedness (r(479) = 0,135, p<0,01).

In Indonesia, a country with 17,491 islands and 1,340 different ethnic groups, it becomes
possible to have many multicultural individuals and have acculturation happens in
everyday life. According to Berry (2005), acculturation is a process of cultural and
psychological change that takes place as a result of contact between two or more cultural
groups and their members. On the other hand, according to Huynh et al. (2018)
experiences of individuals who are exposed to and internalize more than one culture, is
considered as bicultural or multicultural. This study aims to see the relationship between
acculturation and multiculturalism in young adults in Indonesia. Participants consisted of
479 Indonesian citizens, having two cultures, aged 20-35 years, consisting of 1 agender,
201 men, and 277 women. Data were collected using the Mutual Intercultural Relations
In Plural Societies (MIRIPS) and the Bicultural Identity Integration Scale (BIIS-2)
Pancultural Version 2.4.0. The results showed positive evidence between integration and
harmony (r (479) = 0.226, p <0.01), indicating that integration with blendedness (r (479)
= 0.125, p <0.01), but also found positive between marginalization. with harmony (r (479)
= 0.207, p <0.01) and a positive connection between marginalization and blendedness (r
(479) = 0.135, p <0.01)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover