Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alfian Noviyanto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T41123
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erfan Handoko
Abstrak :
Berdasarkan perkembangan penelitian magnet permanen dalam 100 tahun terakhir penelitian terfokus pada penemuan komposisi baru dalam material magnet sampai akhir abad 20 ketika fasa magnetik Nd2Fe14B ditemukan dan tidak ada lagi penemuan fasa magnetik baru setelahnya. Pada kenyataannya arah pengembangan penelitian bahan magnet lebih telah berubah dan terfokus pada rekayasa struktur dari material magnetik yang pernah dikembangkan sebelumnya kepada nanomaterials. Dalam penelitian ini telah diteliti material magnetik sistem komposit Nd2Fe14B/Fe3Si yang disiapkan melalui metode mechanical alloying. Diawali dengan pembentukan paduan Nd-Fe-B komposisi stoikiometri melalui peleburan arc dalam lingkungan yang bebas oksida. Paduan Nd-Fe-B tahan oksidasi hanya dapat diperoleh melalui peleburan dan sistem dengan pencetakan dengan laju yang cepat. Validasi tahapa-tahapan pembuatan magnet sinter Nd-Fe-B telah diperoleh melalui pembuatan magnet sinter komposisi Nd15Fe77B8 (at %) yang telah terbukti memiliki memiliki sifat-sifat kemagnetan yang optimal. Penggabungan antara fasa magnetik Nd2Fe14B dan Fe3Si dalam sistem komposit dilakukan untuk menghasilkan magnet permanen Nd-Fe-B dengan sifat-sifat yang unggul. Hal ini diperoleh melalui pemanfaatan interaksi pertukaran antara fasa magnet permanen Nd2Fe14B yang memiliki magnetisasi total 1,6 T dan fasa magnet tidak permanen Fe3Si yang memiliki magnetisasi total 2 T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa magnet komposit sistem Nd2Fe14B/Fe3Si terbentuk dengan baik namun struktur material belum dapat dikontrol dengan baik ditandai dengan masih rendahnya nilai koesivitas dan remanen. Interaksi pertukaran antar fasa-fasa magnetik hanya dapat diperoleh bila ukuran kristal fasa-fasa magnetik dalam sistem komposit masuk dalam ukuran skala nanometer.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
D1879
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simanungkalit, Ucok P.
Abstrak :
Dalam perkembangan ilmu logam sering dilakukan penelitian untuk rnenemukan bahan-bahan alternarif yang mempunyal biaya produksi (cost of prodl'clion) re!atif lebih rendah dengan mutu (ql'aliry) yang dapat diandalkan. Material yang sering digunakan untuk komponen otomotif adalah baja dan untuk memperoleh material aiternatif dari baja dlkembangkan besi tuang nodular iferro casting ductile) yang mempunyai blaya produksi dan biaya pennesinan yang lebih rendah dibandingkan baja. Untuk meningkatkan s:ifat mekanis besl tuang ini dapat dBakukan proses perlakuan panas (heat treatmenl) terhadap besi tuang nodular. Tujuan penelltian ini adalah untuk mengetahui pengaruh proses perlaku panas quenching-tempering terhadap slfat mekanis besi tuang bergrafit bulat (FCD 50) untuk mendapatkan material alternatif yang dapat digunakan untuk kompQnen otomotif sepcrti crankshaft dengan blaya produksi yang lebih rnurah. Dalam penelitian untuk memastikan bahwa mateiai yang dipakai adalah FCD 50, dilakukan pengujian komposisi menggunakan speCtrometer dan pengujian struktur mikro, Setelah itu maka dilakukan proses laku panas dengan metode quenchillf!~lemperi!ig. Dilakukan iaku panas quenching pada beberapa temperatur austenisasl dan dilakukan penahanan selama 30 menlt Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diketahui temperatur austenisasi yang mengbasilkan kekerasan optimal setelah proses quenching Selanjutnya temperatur austenisasi optimal ini dijadikan acuan untuk melakukan percobaan tempering dengan wah.'tU tahan selama 30 menit pada dua temperatur untuk mengetahui temperatur tempering yang menghasilkan kekerasan yang optimal. Selanjutnya pada temperatur tempering ini dilakukan penguJtan kekuatan tarik. Penguj ian kekerasan yang dilakukan menggunakan rnesm uji kekerasan Brinell type Hardness Tester Torsee, BH3CS, pengujian kekuatan tarik dilakukan menggunkan mesin uji tarik Shimadzu type UH-100A dan pengujian mikrostruktur menggunakan microscope Unlo, Versament 2. Hasil yang diperoleh dari percobaan dianalisa mengapa dan bagaimana hast I tersebut dapat diperoleh, berdasarkan pembahasan tersebut dibuat kesimpulan mengenai pengaruh temperatur austenisasi terhadap kekerasan, pengaruh temperatur tempering terhadap kekerasan dan pengaruh per\akuan panas quenching-tempering terhadap kekuatan tarik. Besi tuang FCD 50 setelah menga)ami proses austenisasi pada temperatur 870°C, ditahan selam 30 menit kemudian quenchmg dengan menggunakan media oli setelah itu dilakukan tempering pada temperatur 400°C dapat meningkatkan kekuatan tarik lebih dari 1,5 kali lipat dan meningkatkan kekerasan 3 kali lipat. Dengan sifat seperti ini material dapat digunakan sebagai material aJtematif pengganti baja tempa untuk pembuatan crankshaft.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S37114
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seto Wibowo
Abstrak :
Sifat magnetik dan dielektrik dari material Fe3-x(Zn1-yMgy)xO4 telah dipelajari. Fasa material Fe3-x(Zn1-yMgy)xO4 dibuat dengan metode pemaduan mekanik. Karakterisasi difraksi sinar - X (XRD), RLC dan Permagraf dilakukan pada material. Dari karakterisasi XRD diketahui fasa dan parameter kisi dengan bantuan software Match! dan GSAS. Hasil menunjukkan bahwa material Fe3-x(Zn1-yMgy)xO4 memiliki fasa tambahan selain fasa Fe3O4 yaitu fasa Fe2O3. Melalui uji permagraf didapatkan nilai saturasi magnetisasi dan koersivitas. Nilai magnetisasi saturasi dari material akan menurun jika jumlah Mg lebih banyak dibanding Zn, dan kemudian akan turun saat tidak ada subtitusi Zn. Data yang didapat melalui uji RLC adalah impedansi bahan yang diolah untuk mendapatkan nilai reflection loss. Grafik menunjukkan saat subtitusi Zn diganti oleh Mg maka nilai reflection loss bahan akan turun. ......Magnetic and dielectric properties of material Fe3-x(Zn1-yMgy)xO4 been studied. Material phase Fe3-x(Zn1-y Mgy)xO4 prepared by mechanical alloying method. The characterization that had been done in material include X-Ray Diffraction (XRD), RLC, and Permagraf. The XRD test has give information about how many phase and lattice parameter in material with Match! and GSAS software support. Result indicate that the material Fe3-x(Zn1-yMgy)xO4 has additional phase out of Fe3O4 phase, that is Fe2O3 phase. From permagraf test, magnetization saturation and coersivity magnitude can be obtained. Magnetization saturation from materials will be decrease if y increase, or if Mg quantity bigger than Zn, and then it will be decrease if Zn subtitution none . The data obtained through RLC in impedance of material, then processed to obtain the value of reflection loss. Graph indicate when Zn is replaced by Mg substitution the value of reflection loss of materials will decrease.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S44155
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Dwisunu Aji Ibrahim, auhtor
Abstrak :
Lambung kapal terbuat dari baja ABS grade A dengan spesifikasi ABS (American Bureau of Shipping), dengan persyaratan kekuatan dan ketangguhan yang tinggi. Dalam penelitian ini, perlakuan panas Quenching dan Tempering (QT) dilakukan untuk pelat baja ABS grade A yang dibuat oleh PT. Krakatau Steel, untuk mendapatkan kekuatan dan ketangguhan yang tinggi. Setelah austenisasi pada temperatur 900 °C selama 10 menit diikuti dengan Quenching dalam air, oli dan udara. Tempering dilakukan pada temperatur 200 °C selama 20 menit. Laju pendinginan direkam oleh data akuisisi. Dilakukan pengujian tarik, impak (pada temperatur 0 °C, -20 °C dan -40 °C), Kekerasan dan pengamatan struktur mikro. Penelitian menunjukkan bahwa perlakuan panas Quenching dan Tempering (QT) dapat meningkatkan kekuatan dan ketangguhan pelat baja ABS grade A. Kuat tarik baja ABS grade A dengan media quenching air dan oli temper /as-QT (626 N/mm² dan 548 N/mm²) memiliki kekuatan tarik yang lebih tinggi dibandingkan sampel as-rolled ( 515 N/mm²). Nilai kekerasan sampel ABS A as-QT air (314 BHN) mengalami kenaikan 182 % dari ABS A as-rolled (173 BHN) pada posisi transversal. Namun mengalami penurunan nilai kekerasan setelah proses tempering sebesar 29,37 % dari nilai Quenched. Nilai impak untuk baja as-QT air (319 Joule) meningkat 10 kali dari nilai impak as-rolled (31 Joule) pada temperatur impak -40 °C. Perlakuan panas Quenching-Tempering dapat merubah mikro struktur dari ABS A as-rolled (ferit dan perlit ) menjadi ABS as-QT (ferit, bainit dan sisa austenit). Perlakuan panas QT air dapat meningkatkan kekuatan tarik, kekerasan dan ketangguhan pada baja ABS A as-rolled.
Hull ship are made of ABS steel plate with the ABS (American Bureau of shipping) grade A specification’s and high strength and toughness requirement. In this research the ABS grade A steel made by PT. Krakatau Steel, has been heat treated by quenching and tempering (QT) process to obtain the high strength and toughness requirement. After austenization process at 900 °C with the holding time of 10 minutes, the steel was quenched in water,oil and air media. Tempering treatment has been done at temperature of 200 °C with the holding time of 20 minutes. Cooling rate were recorded by data aquisition. Moreover, tensile testing, impact (at temperature of 0 °C, -20 °C and -40 °C), hardness test and microstructure observations has been conducted. The research shown that Quenching and Tempering (QT) heat treatment can improve ABS’s-grade A steel plate strength and toughness. Tensile strength ABS grade A steel with water and oil quenching media tempered / as-QT (626 N/mm ² and 548 N/mm ²) has a higher tensile strength compared to as-rolled samples (515 N/mm ² ). Value hardness as-QT water (314 BHN) increased 182% from ABS A as-rolled (173 BHN) in transverse position. But hardness has decreased values after tempering at 29.37% of the value of quenched. Impact values for the as-QT water (319 Joule) increased 10 times of the value of impact as-rolled (31 Joule) impact on the temperature of -40 ° C. Improvement in the microstructure of the as-rolled ABS A (ferrite and pearlite) into ABS as-QT (ferrite, bainite and residual austenite). QT-water heat treatment can improve the tensile strength, hardness and toughness of the steel ABS A as-rolled.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S55852
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hinu Pramuji
Abstrak :
Penelitian ini membahas perubahan fasa dan karakterisasi material ferrite beads sebagai material penyerap gelombang elektromagnetik berbahan dasar Cupropinnel (CuFe2O4) pasca substitusi ion Mn terhadap ion Cu membentuk senyawa dengan komposisi Mn1-xCuxFe2O4 dimana x bernilai 0,25; 0,3; 0,4; 0,5; 0,75 dan MnCuFeO4. Preparasi material menggunakan metode paduan mekanik selama 30 jam diikuti dengan sintering pada dua suhu berbeda masing-masing 1100°C dan 1250°C untuk pembentukan fasa kristalin material. Pengujian XRD menunjukkan fasa yang didapat merupakan material banyak fasa (multiphase) dimana fasa dominannya merupakan fasa ferrite (Fe3O4) tetapi dengan perubahan dimensi kristal karena efek subsitusi. Berdasarkan hasil pengukuran magnetisasi didapatkan bahwa material cupropinnel komposisi Mn1-xCuxFe2O4 ini merupakan material soft ferrite dimana nilai magnetisaasi saturasi meningkat dengan bertambahnya fraksi ion Mn dan mencapai nilai paling tinggi sebesar 0.47 T diperoleh dari MnFe2O4. Nilai impedansi material Mn1-xCuxFe2O4 memiliki nilai tertinggi sebesar 1122 ohm yaitu terajadi pada frekuensi 400 MHz diperoleh dari komposisi Mn0.25Cu0.75Fe2O4. Keseluruhan material memiliki kemampuan menyerap gelombang elektromagnetik terutama pada jangkauan frekuensi 100-500 MHz dengan nilai reflection loss sampel material MnCuFeO4 memberikan nilai yang paling optimal yaitu sebesar 17.86 dB atau 80,34% intensitas gelombang elektromagnetik dapat diserap serapan pada frekuensi optimal 600 MHz, dan lebar pita penyerapan sebesar 250 MHz. ......In this study, the phase transformation and results of material’s characterization for ferrite beads as electromagnetic wave absorbing materials based on Cupropinnel (CuFe2O4) after substitution of Mn ions in Mn1-xCuxFe2O4 materials are discussed. Materials preparation was carried out by mechanical alloying method for 30 hours and followed by a sintering at two different temperatures, respectively 11000 C and 1250 °C and has led to the formation of the crystalline phase material. Careful identification of diffracted peaks for respective XRD diffraction traces indicated that most of materials under investigation were multi-phase materials in which the main phase matched with that of magnetite phase (Fe3O4) but with a slight change in unit cell dimension due to substitution effects. Based on results of magnetization measurements, it is shown that cupropinnel materials with Mn1-xCuxFe2O4 composition are soft magnetic materials in which the total magnetization value increased with the increase of ionic fraction of Mn, and reached the highest value of 0.47 T obtained from MnFe2O4. The highest value for Impedance in Mn1-xCuxFe2O4 was 1122 ohms at a frequency of 400 MHz which was obtained from the Mn0.25Cu0.75Fe2O4 composition . It was found that all materials have the ability to absorb electromagnetic waves, especially in the frequency range 100-1000 MHz with a largest value of reflection loss for MnCuFeO4 sample was 17.86 dB. It means that about 80.34% of electromagnetic waves intensity can be absorbed by the material at the optimum frequency of 600 MHz the absorption band width for the material was 250 MHz.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamy Anisa Putri
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai parameter kristal, sifat magnetik, serta karakteristik serapan gelombang mikro pada material komposisi La1-xBaxMn1-yTiyO3 (x = 0  1 dan y = 0 ÷ 1). Digunakan metode mechanical alloying untuk membuat material tersebut yaitu digerus secara mekanik selama 20 - 30 jam, kemudian menjalani perlakuan sintering pada temperatur 1100 0C selama 16 jam untuk memastikan terbentuknya material dengan fasa kristalin. Telah dilakukan 3 karakterisasi material meliputi pengujian XRD (X-Ray Diffractometer) untuk mengetahui fasa dalam material dan sistem kristalnya, pengujian permagraf untuk mengetahui sifat kemagnetan, dan pengujian VNA (Vector Network Analizer) untuk mengetahui karakterisasi serapan gelombang mikro. Diketahui bahwa subsitusi ion Ba terhadap ion La pada pembentukan senyawa La1-xBaxMnO3 menghasilkan material fasa tunggal dengan struktur kristal monoklinik dan material bersifat ferromagnetik. Selanjutnya, subsitusi ion Ti terhadap ion Mn pada senyawa La0.8Ba0.2Mn1-yTiyO3 dan LaMn1-yTiyO3 telah menyebabkan perubahan fasa material menjadi fasa tunggal dengan struktur kristal ortorombik dan monoklinik. Namun, pada subsitusi ion La oleh Ba dan ion Mn oleh Ti pada senyawa La1-xBaxMn1-yTiyO3 (x = 0  1 dan y = 0 ÷ 1) diketahui bahwa terdapat batas solubilitas untuk mensubtitusi ion La dan Mn. Bila batas tersebut terlampaui maka muncul fasa baru sebagai fasa tambahan. Selanjutnya, subsitusi ion Ba menyebabkan material bersifat feromagnetik, sedangkan subsitusi ion Ti, terjadi perubahan sifat magnetik dari feromagnetik menjadi paramagnetik. Hasil karakterisasi serapan gelombang mikro terhadap sampel dengan diameter 25 mm dan ketebalan 2 mm memastikan bahwa keseluruhan material dengan komposisi La1-xBaxMn1-yTiyO3 (x = 0  1 dan y = 0 ÷ 1) memiliki kemampuan menyerap gelombang mikro pada jangkau frekuensi 9-13 GHz. Diperlihatkan bahwa sample dengan komposisi LaMn0,8Ti0,2O3 memiliki nilai returnoss (RL) terbesar yaitu 8,2 dB pada frekuensi 10,8 GHz dengan lebar frekuensi sebesar 1,62 GHz. ......The crystal parameters, magnetic properties and microwave absorption characteristics of ionic substituted lanthanum manganese based materials of La1-xBaxMn1-yTiyO3 (x = 0 ÷ 1 and y = 0 ÷ 1) compositions are reported. Each material was designated with specific composition that prepared through mechanical alloying method. They all material components were mechanically milled during 20 to 30 hours in a planetary ball milling apparatus to obtain highly deformed powders. Then the powders were treatly heated at sintering temperature around 1100 0C around 16 hours. This treatment ensured getting the material with perfect crystalline phases. Each the crystalline sample was evaluated by three different characterization methods. First, XRD (X-Ray Diffractometer) measurement to identify phases and crystal systems in sample materials. Second, permagraph measurement to determine the magnetic properties. Third, characterization of microwave absorption by means of a vector network analyzer or VNA. It was found that substitution of Ba ion onto the La ions in the formation of La1-xBaxMnO3 materials has produced single phase material with a monoclinic crystal structure and the material is a ferromagnetic order. Furthermore, substitution of Ti ion onto the Mn ions in the formation of La0.8Ba0.2Mn1-yTiyO3 has caused a phase changing in which the crystal structure of monoclinic changed to orthorhombic while the material was remain a single phase. On the other hands, LaMn1-yTiyO3 still remains as monoclinic structure. However, on substitution of La ions by Ba and Mn ions by Ti in the La1-xBaxMn1-yTiyO3 materials, a solubility limit both for La and Mn ions was observed. When the limit was exceeded, the new phase appeared as an additional phase in the material. In addition, the substitution of Ba ions has caused the material to be ferromagnetic order, while the Ti substitution to Mn ions, a change in the magnetic properties of ferromagnetic to paramagnetic was also observed. Results of microwave absorption characterization in the samples of a typical diameter of 25 mm and 2 mm thickness have shown that all La1-xBaxMn1- yTiyO3 (x = 0 ÷ 1 and y = 0 ÷ 1) materials have the ability for absorbing the microwave in a frequency range of 9-13 GHz. It is shown that the LaMn0,8Ti0,2O3 sample has the largest return loss (RL) value of 8.2 dB at a frequency 10,8 GHz and with of the absorption width of 1.62 GHz.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47647
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shelvia Affifatus Sholikhah
Abstrak :
Senyawa subsitusi ion La terhadap ion Ba dan ion Mn dan Ti terhadap ion Fe pada senyawa magnet permanen Barium Hexaferrite telah dibuat melalui proses penghalusan mekanik dan sintering pada temperatur 11000C untuk pembentukan senyawa komposisi (Ba1-xLaxO) 6(Fe2-yMny/2Tiy/2O3) (x=0,05; 0,10; 0,15; 0,2 dan y=0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1.0). Tujannya adalah untuk mengetahui efek subsitusi terhadap perubahan struktur material, sifat kemagnetan dan karakteristiknya dalam penyerapan gelombang mikro. Hasil pengujian menunjukkan bahwa senyawa barium hexaferrite dengan subsitusi parsial ion Ba oleh La sampai dengan fraksi ion La 20 % masih merupakan material dengan fasa tunggal yaitu mengikuti fasa magnet permanen BaO.6(Fe2O3) tetapi dengan diikuti oleh perubahan dimensi sel satuan. Nilai koersifitas dan remanen magnet meningkat seiring dengan peningkatan fraksi ion La sampai dengan 20 % karena adanya penurunan volume sel satuan karena efek subsitusi. Ketika ion Mn dan Ti mensubsitusi ion Fe baik secara parsial maupun lengkap pada material dengan komposisi (Ba1-xLaxO) 6(Fe2-yMny/2Tiy/2O3) (x=0,05; 0,10; 0,15; 0,2 dan y=0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1.0) diketahui bahwa ada perubahan sifat kemagnetan magnet permanen yang cenderung menjadi magnet tidak permanen. Sebagai efek lain dari subsitusi ini adalah material memiliki kemampuan menyerap gelombang elektromagnetik pada jangkau frekuensi gelombang mikro dalam hal ini antara frekuensi 9 GHz sampai dengan 13 GHz. ......La substitution for Ba ions and those of Mn and Ti for Fe ions in a Barium Hexaferrite BaO.6(Fe2O3) material have been prepared through mechanical alloying process and followed by a sintering at a temperatures 1100 0C for the formation of material with (Ba1-xLaxO) 6(Fe2-yMny/2Tiy/2O3) (x=0,05; 0,10; 0,15; 0,2 dan y=0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1.0) compositions. The objective is to find out the substitution effects on structural changes, magnetic properties and microwave absorption characteristics in the material. Results and evaluation showed that the La substituted barium hexaferrite of up to 20% ionic fraction are remain a singlephase material with a permanent magnet BaO.6(Fe2O3) phase but a change in the unit cell dimensions was observed. It was found that value of coercivity and remanence magnetization increased with an increase in La ionic fraction at least up to 20%. The increase was caused by a decrease in unit cell volume due to substitution effects. In addition to this, when the Mn and Fe ions substituted the Fe ion either partially or fully in (Ba1-xLaxO) 6(Fe2-yMny/2Tiy/2O3) (x=0,05; 0,10; 0,15; 0,2 dan y=0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1.0) compositions the permanent magnet properties gradually decreased toward soft magnetic properties. As another effect of this substitution was that the material has the ability to absorb electromagnetic waves in the microwave frequency range, in this case between the frequency of 9 GHz and 13 GHz.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46655
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Evelyn Pratami
Abstrak :
Senyawa subsitusi ion Ba terhadap ion La dan ion Zn terhadap ion Mn pada senyawa berbasis Lantahanum manganites telah dibuat melalui proses penghalusan mekanik dan sintering pada temperatur 1100 0C untuk pembentukan senyawa komposisi La1-xBaxMn1-yZnyO3 (0≤x≤1 dan 0≤y≤1). Tujannya adalah untuk mengetahui efek subsitusi terhadap perubahan struktur material, sifat kemagnetan dan karakteristiknya dalam penyerapan gelombang mikro. Hasil pengujian menunjukkan bahwa senyawa Lanthanum manganite dengan subistusi parsial ion La oleh Ba sampai dengan fraksi ion Ba 30 % masih merupakan material dengan fasa tunggal yaitu mengikuti struktur kristal fasa LaMnO3 tetapi dengan diikuti oleh perubahan dimensi sel satuan serta penurunan nilai magnetisasi total dengan meningkatnya fraksi ion Ba. Ketika ion Zn mensubsitusi ion Mn untuk membentuk material dengan komposisi La0.8Ba0.2Mn1-yZnyO3 (0≤y≤1) diketahui bahwa material memiliki fasa tunggal sampai nilai y = 0,6 atau 60 %. Pada kompsosi dengan nilai y > 60 % muncul fasa kedua adalah La2O3 dan ZnO disamping fasa utamanya. Semua material hasil subsitusi ion Zn dengan komposisi La0.8Ba0.2Mn1-yZnyO3 (0≤y≤1) bersifat paramagnetik. Namun dari keseluruhan material yang dipelajari, material dengan komposisi La0.8Ba0.2Mn0.2Zn0.8O3 memiliki nilai reflection loss sebesar 10.03 dB intensitas gelombang mikro yang datang dapat dipantulkan pada frekuensi 11.3 GHz.
Compound Ba ions substituting for La ions and Zn ions to Mn ions in manganites Lantahanum-based compounds have been made through the process of mechanical grinding and sintering at temperatures 1100 oC to form compoounds with composition of La1-xBaxMn1-yZnyO3 (0≤x≤1 and 0≤y≤1). This research is to investigate the effect of substitution on structural changes in the material, magnetic properties and characteristics in a microwave absorption. The test results shows that the Lanthanum manganite compounds with partial ion substitution of La by Ba until Ba ion fractions up to 30% is still a single-phase material that follows LaMnO3 phase?s crystal structure but it is followed by changes in dimensions of the unit cell and decreasing value of total magnetization when Ba ion fractions increase. When the Zn ion substitute Mn ions to form materials with composition of La0.8Ba0.2Mn1-yZnyO3 (0≤y≤1), it is known that the material has a single phase up to the value of y = 0.6 or 60%. At composition with y values> 60% appears the second phase respectively La2O3 and ZnO in addition to the main phase. All materials from the results of Zn ion substitution with composition of La0.8Ba0.2Mn1-yZnyO3 (0≤y≤1) is paramagnetic. However from all of the studied materials, the material composition of La0.8Ba0.2Mn0.2Zn0.8O3 has reflection loss value of 10.03 dB microwaves intensity that are coming can be reflected at frequency of 11.3 GHz.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46087
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Permata Widyaputrie
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian pada paduan La0.67Ba0.33Mn1-xTixO3 dengan variasi x=0; 0.02; 0.04; 0.06 dengan mensintesa dan mengkarakterisasi bahan tersebut. Sintesa dilakukan menggunakan metode mechanical alloying dengan mencampurkan bahan-bahan dasar penyusun yakni La2O3, BaCO3, MnCO3, dan TiO2. Campuran ini kemudian dimilling selama 10 jam kemudian dikarakterisasi menggunakan Thermogravimetry Analysis (TGA). Kemudian dilakukan proses kalsinasi pada suhu 800º C selama 8 jam dan dilanjutkan dengan proses sintering pada suhu 1100º C selama 12 jam. Karakterisasi lainnya menggunakan difraksi sinar-X (XRD) sebelum sintering dan setelah sintering yang menunjukkan paduan La0.67Ba0.33Mn1-xTixO3 telah memiliki fasa tunggal dengan sistem kristal monoklinik,dengan parameter kisi a=5.53 Å ; b=5.54 Å ; c=7.8 Å dan space group I 1 2/c 1 (15), Particle Size Analyzer (PSA) menunjukkan hasil ukuran partikel besar untuk sampel yang tidak disintering. Scanning Electron Microscopy (SEM) untuk melihat morfologi permukaan. Hasil ukuran kristalit rata-rata menggunakan metode Debye-Scherrer.menghasilkan ukuran kristalit rata-rata material LBMO sebesar 60.3 nm dan LBMTO untuk setiap variasi x sebesar `~78.8 nm. ......This research focuses on the mixture La0.67Ba0.33Mn1-xTixO3with the value x=0; 0.02; 0.04; 0.06. The x variation is done through synthesis and characterizing the sample. The method of synthesis is mechanical alloying, by mixing the basic compounds La2O3, BaCO3, MnCO3 with TiO2. The milling process of this mixture is 10 hours, then characterized using Thermogravimetry Analysis (TGA). Then, calcination at 800º C for 8 hours followed by sintering at 1100º C for 12 hours. XRD is done, in addition, before and after sintering. Results show the mixture La0.67Ba0.33Mn1-xTixO3have a single phase monoclinic crystal structure with cell parameter a=5.53 Å ; b=5.54 Å ; c=7.8 Åand space group I 1 2/c 1 (15). PSA shows big particles for samples not undergoing sintering. SEM is used to analyze the surface morphology. The Debye-Scherrer method calculates the average resulting crystallites, with values LBMO = 60.3nm and for LBMTO = 78.8nm (for each x variation).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46122
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>