Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Antonius Ritchi
Abstrak :
Pengelolaan Limbah Medik: Identifikasi, Castilant Limbah Medik yang dihasilkan oleh kegiatan operasional dokter praktek umum dapat mengakibatkan bahaya dan pencemaran terhadap lingkungan. Limbah medik seperti yang dihasilkan oleh kegiatan operasional rumah sakit, pengelolaannya sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 85 tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Mengapa limbah praktek dokter umum yang juga termasuk Iimbah medik tidak tercantum dalam Peraturan Pemerintah? Padahal sama-sama mengandung risiko sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Penelitian pengelolaan limbah medik identifikasi, karakterisasi dan evaluasi limbah praktek dokter umum di Jakarta bertujuan membuklikan, bahwa limbah yang dihasilkan oleh praktek dokter umum lama bahayanya dengan limbah rumah sakit, dengan melakukan perbandingan antara jenis limbah yang dihasilkan oleh dokter praktek umum dan RS tipe D (Puskesmas Kecamatan, menemukan adanya risiko infeksius melalui pemeriksaan adanya kandungan darah dalam limbah praktek dokter umum, serta melihat salah satu solusinya dengan melihat adanya hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Perilaku di kalangan dokter praktek umum dalam pengelolaan limbah praktek. Dengan harapan agar dapat menjadi titik tolak bagi pihak yang berwenang dalam mengangani pengelolaan limbah praktek dokter umum. Penelitian dilakukan dengan melakukan studi cross sectional untuk mendapatkan: Identitas limbah praktek dokter umum, dengan cara melakukan pencacahan terhadap jenis-jenis limbah yang dikandungnya, serta membandingkan dengan jenis-jenis limbah yang terkandung dalam limbah yang dihasilkan oleh Puskesmas Kecamatan. Karakter limbah praktek dokter umum, dengan melakukan pemeriksaan adanya kandungan darah, menggunakan test Peroksidase (Hematest®). Adanya hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Perilaku dokter praktek umum tentang pengelolaan limbah praktek. Hasil penelitian menunjukkan: terdapat persamaan antara identitas limbah yang dihasilkan oleh dokter praktek umum dengan Puskesmas Kecamatan. Sebagian besar (59,4% responden) dokter praktek umum menghasilkan limbah yang mengandung darah. Terdapat hubungan yang positif antara Pengetahuan dengan Sikap dan Perilaku dokter praktek umum dalam pengelolaan Iimbahnya. Berdasarkan temuan-temuan di atas, maka peneliti menyarankan untuk: 1. Dikeluarkannya addendum dalam Peraturan Pemerintah No. 85/1999 , tanggal 7 Oktober 1999, yang mencantumkan Kegiatan Dokter Praktek Umum sebagal salah satu penghasil limbah klinis yang tergolong sebagai limbah B3. 2. Memberlakukan peraturan wilayah mengenai penggunaan insinerator rumah sakit di daerah oleh dokter praktek umum yang berpraktek di wilayah berdekatan. 3. Mengupayakan pembentukan badan usaha yang dapat melakukan pengangkutan, pengumpulan dan pengeloaan limbah yang dihasilkan oleh dokter praktek umum. 4. Melakukan pengenalan tenting pengelolaan limbah medik pada taraf sedini mungkin pada masyarakat kedokteran di Indonesia, disertai dengan teladan yang baik di kalangan petinggi kedokteran yang menjadi panutan bagi masyarakat kedokteran Indonesia. 5. Memberikan penghargaan seperti sertifikasi "Green Doctor" bagi pelaksanaan pengelolaan limbah yang baik, dan konsekuensi hukum maupun administratif bagi pelanggaran terhadap peraturan yang sudah ditetapkan.
Medical Waste Management: Identification, Characterization and Evaluation of wastes produced by General PractitionersMedical waste or wastes produced by General Practitioners without good management could be harmful or endanger the environment. As a matter of fact, The Government Regulation No. 85/1999, about the management of toxic and dangerous waste, has ruled Medical wastes produced by hospitals. The problem is, why wastes produced by General Practitioners have not been managed by any particular government regulation, since they have the same risk as toxic and dangerous waste? This Research, Medical Waste Management, was aimed to prove that wastes produced by General Practitioners are as dangerous as wastes produced by hospitals, by comparing the identity and character of the wastes and finding out the solution through the relationship between Knowledge, Attitude and the way the General Practitioners managed their clinical wastes. This study was a cross sectional with a reference standard, to find: the identity of the wastes produced by General Practitioners; by using manual identification of every item contained in those wastes, and comparing them to the items produced by the hospitals. The character of the wastes produced by General Practitioners, by finding the blood containment in those wastes, using Peroksidase test (Hematest®). One of the solutions of those problems through finding out the relationship between Knowledge, Attitude and The way General Practitioners managing wastes produced in their clinics. The results were: There were similarity between items of wastes produced by General Practitioners and Hospitals. Most of wastes produced by General Practitioners (59,4% sample) were contaminated by blood. There were positive relationship between Knowledge, Attitude and The way General Practitioners managing wastes produced in their clinics.Based on those results above, writer would recommend to: 1. Revise The Government Regulation No. 85/1999, dated on 7 October 1999, by adding the activity of General Practitioner as one of the producers of medical waste or toxic and dangerous waste. 2. Create local regulation, concerning the utilization of local hospital incinerators by General Practitioners in their vicinity. 3. Create specific institution, which would transporting, collect and manage all the wastes produced by General Practitioners. 4. Introduce Medical Waste Management or Procedure as soon as possible in the early medical community. 5. Provide Rewards, such as certification of "Green Doctor" for those who comply with the regulations, and enforcement of legal or administration sanction for those who disobey the regulations.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T10830
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat
Abstrak :
Kedokteran gigi secara luas diketahui menggunakan bahan kimia, dan logam berat, dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi kepada masyarakat, namun secara akurat karakteristik bahan, dan limbah tindakan kedokteran gigi merupakan bahan berbahaya dan beracun (B3), belum diketahui oleh masyarakat. Mercury, logam inlay, fluor, arsen, kerangka logam gigi tiruan akrilik adalah bahan berbahaya dan beracun yang digunakan dokter gigi. Pada proses pengecoran tekniker gigi (laboratory technician) sekali-sekali atau rutin terpajan secara berlebihan Beryllium konsentrasi tinggi, uap Beryllium terlepas selama peleburan alloy Ni-Cr-Be, khususnya pada sistem filtrasi dan exhaust yang tidak memadai. Bahan ini harus dikelola secara khusus baik masih sebagai bahan maupun sudah menjadi limbah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 85 Tahun 1999 Jo Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Mengingat besarnya resiko yang akan ditimbulkan limbah bahan berbahaya dan beracun yang digunakan oleh dokter gigi, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi karakteristik bahan dan limbah kedokteran gigi sehingga memberikan manfaat ganda, yaitu produk yang diperlukan untuk membantu pasien dapat dibuat, dan limbah yang dihasilkannya dapat dikendalikan, Penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan dalam memanfaatkan bahan baku secara optimal yang berdampak pada penghematan penggunaan sumberdaya alam dan menghilangkan atau mengurangi resiko limbah bahan berbahaya dan beracun. Permasalahan yang timbul adalah dokter gigi menggunakan bahan berbahaya dan beracun, menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun dibuang ke sungai atau dibuang bersama-sama dengan limbah domestik akan mengakibatkan pencemaran air dan tanah. Belum ada upaya-upaya pengelolaan limbah yang dihasilkan, dan peraturan perundangan yang mengatur masalah limbah yang dihasilkan tindakan kedokteran gigi atau disebut limbah klinis kedokteran gigi. Penelitian dilakukan secara cross sectional untuk mendapatkan: 1. Identifikasi bahan yang digunakan dan limbah yang dihasilkan tindakan kedokteran gigi di klinik kedokteran gigi. 2. Identifikasi bahan yang digunakan dan limbah yang dihasilkan tindakan kedokteran gigi di laboratorium. 3. Mengetahui perbandingan massa limbah dengan kerangka logam dalam pembuatan gigi tiruan kerangka logam. 4. Mengetahui hubungan antara jumlah bahan baku logam dengan kerangka logam gigi tiruan dan limbah logam yang dihasilkan dalam pembuatan gigi tiruan akrilik kerangka logam. Hipotesis penelitian adalah: 1. Massa limbah sisa pembuatan kerangka logam gigi tiruan lebih besar dibandingkan produknya. 2. Terdapat hubungan antara masa bahan baku dengan masa limbah yang dihasilkan dan kerangka logam gigi tiruan, semakin besar massa produk yang diinginkan semakin besar limbah yang dihasilkan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2003, bertempat di Laboratorium Steel, Laboratorium Akrilik, dan Lab oratorium Porselen Klinik Prosthodonsia Lembaga Kedokteran Gigi TNI Angkatan Laut RE. Martadinata Jakarta. Analisis data dilakukan dengan cara analisis tabel untuk mengetahui karakteristik bahan dan limbah tindakan kedokteran gigi di klinik kedokteran gigi, analisis tabel dan pengukuran beberapa parameter bahan dan limbah proses pembuatan satu jenis pesawat prostodontik, analisis regresi berganda dengan program SPSS 11,4 for windows untuk mengetahui hubungan antara bahan baku dengan limbah logam dan kerangka logam yang dihasilkan pembuatan kerangka logam gigi tiruan. Variabel bebas adalah limbah (X1), kerangka logam (X2) dan variabel terikatnya adalah bahan baku logam (Y). Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah klinis tindakan dokter gigi di klinik kedokteran gigi merupakan limbah bahan berbahaya dan beracun, yang dapat dikelompokkan menjadi: limbah benda tajam, limbah infeksius, limbah jaringan tubuh, limbah farmasi, limbah toksik, serta limbah karsinogenik. Limbah klinis yang dihasilkan dokter gigi di laboratorium steel, laboratorium akrilik, dan laboratorium porselen tergolong bahan berbahaya dan beracun karena dapat dikategorikan sesuai dengan klasifikasi LaGrega sebagai berikut: limbah organik, limbah anorganik dan limbah minyak. Kesimpulan penelitian ini adalah massa limbah pembuatan kerangka logam gigi tiruan lebih berat dibandingkan dengan massa kerangka logam sebagai produk. Terdapat hubungan positif dan sangat signifikan antara bahan baku dengan limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan kerangka logam gigi tiruan akrilik dan kerangka logam yang dihasilkan.
Dentistry is known widely use chemical and heavy metal to give dental public service. However, the characteristic of material and waste of dentistry as a toxic and dangerous material is not familiar accurately yet by the public. Mercury, Fluoride, Arsenic, inlay metal, acrylic denture metal frame are hazardous materials that usually used part of material by dentist. Laboratory technicians may be exposed occasionally or routinely to excessively high concentrations of beryllium vapor. The risk of beryllium vapor exposure is greatest for dental technicians during alloy melting, especially in the absence of an adequate exhaust and filtration system. Either material or waste has to be managed particularly appropriate to the Rule of Indonesian Government No. 85 in 1999 about the changed of Rule of Government No. 18 in 1999 about Waste Management of Hazardous Material. Considering of high risk that occurred by toxic and dangerous material, which used by dentist, the research of characteristic identification of material and dentistry waste should be carried out. It is proposed to give multiple benefit such as the product that needed for helping medical patient can be made, the waste that emerged can be controlled, and the research is expected as a consideration in optimizing of standard material, so that natural resources used economically and the risk of hazardous material could be reduced even be removed. The problems that appear are the dentists still use hazardous material, produce hazardous waste that need management, the efforts of waste management is not done yet, and the rule to regulate dentistry clinical waste is not arranged yet. The research was done cross sectional to obtain: 1. Used materials and waste identification that emerged by dentistry execution in dentistry clinic. 2. Used materials and waste identification that emerged by dentistry execution in laboratory. 3. The compare of waste of metal frames when the producing of denture metal frames. 4. The review of relation between accounts of standard metal material with metal waste and denture metal frame that cause in production metal frame acrylic denture. Hypothesis of this research was the frame denture casting waste mass is heavier than the mass of frame denture as a product, and there was positive and significant relation between standard material with waste that resulted and metal frame that produced in acrylic denture metal frame production. The research had been executed in June 2003, in Steel laboratory, Acrylic laboratory, Porcelain laboratory and Prosthodonsia clinic, Dentistry Institution TNI Angkatan Laut RE. Martadinata, Jakarta. Data analysis was done with table analysis to know the characteristic of material and dentistry execution waste in dental clinic, table analysis and measurement of several material parameters and waste of making one kind of prosihodontic apparatus. Multiple regression analysis was applied to calculate correlation between standard materials with metal waste that resulted in metal frame production and metal frame that produced. The dependent variable was metal waste (X1), metal frame (X2), and independent variable was raw material (Y). Characteristic of Dentistry clinical waste in dental clinic can be classified into sharp waste, infectious waste, histological waste, pharmaceutical waste, chemical waste and heavy metal waste, including to hazardous waste. Characteristic of Clinical wastes that resulted by dentist in Steel laboratory, Acrylic laboratory and Porcelain laboratory were to belong to hazardous waste because of could be classified that suitable with La Grega classification, that are organic waste, inorganic waste and oil waste. Conclusion of this research the frame denture casting waste mass is heavier than the mass of frame denture as a product. There was positive and significant relation between standard material with waste that resulted and metal frame that produced in acrylic denture metal frame production.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11857
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizky Erdimas
Abstrak :
Praktik penanganan limbah medis B3 yang dilakukan tenaga kesehatan dapat didukung oleh beberapa faktor agar berjalan dengan baik dan terbebas dari bahaya atau cidera yang dapat mengancam tenaga kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah Ingin mengetahui praktik tenaga kesehatan dalam penanganan limbah B3 oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit X. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi Cross sectional dengan sampel sebanyak 142 orang tenaga kesehatan di rumah sakit x. Variabel dependen penelitian ini adalah praktik penanganan limbah medis B3 oleh tenaga kesehatan di rumah sakit x Jakarta, kemudia variabel independennya adalah pengetahuan seorang tenaga kesehatan dalam penanganan limbah medis B3, tingkat pendidikan tenaga kesehatan, lama bekerja tenaga kesehatan, sikap tenaga kesehatan dalam melakukan penanganan limbah medis B3, ketersediaan fasilitas dan APD yang ada di rumah sakit, peraturan atau SOP yang mengatur penanganan limbah medis B3, serta kategori pekerjaan seorang tenaga kesehatan tersebut. Faktor yang berhubungan di penelitian ini adalah ketersediaan fasilitas dan kategori pekerjaan. ......The practice of handling B3 medical waste by health workers can be supported by several factors so that it runs well and is free from danger or injury that could threaten health workers. The purpose of this study was to find out the practice of health workers in handling B3 waste by health workers at X Hospital. This research used a quantitative method with a cross-sectional study design with a sample of 142 health workers at X Hospital. The dependent variable of this study is the practice of handling B3 medical waste by health workers at the x Jakarta hospital, then the independent variable is the knowledge of a health worker in handling B3 medical waste, the education level of the health worker, the length of time the health worker has worked, the attitude of the health worker in handling waste medical B3, availability of facilities and PPE in the hospital, regulations or SOPs governing the handling of B3 medical waste, as well as the job category of the health worker. Related factors in this study are the availability of facilities and job categories.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Fitri Arestria
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai belum optimalnya sistem pengelolaan limbah medis di Rumkitpolpus R.S Sukanto. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mendapatkan dan memaparkan gambaran pengelolaan limbah medis di rumah sakit tersebut. Data-data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dan wawancara singkat dengan beberapa orang cleaning service sebagai data primer serta telaah dokumen sebagai data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan pengelolaan limbah medis di Rumkitpolpus R.S Sukanto memang belum memenuhi persyaratan dalam KepMenkes No. 1204/Menkes SK/X/2004, ini merupakan akibat dari tidak adanya sosialisasi dan penegakkan terhadap kebijakan intern rumah sakit, terbatasnya tenaga cleaning service yang sekaligus dijadikan sebagai petugas pengangkut, terbatasnya petugas incinerator, tidak adanya anggaran khusus untuk limbah medis, dan fasilitas/peralatan yang kurang memadai. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas sistem pangelolaan limbah medis di Rumkitpolpus R.S Sukanto yaitu diadakan sosialisasi dari SOP yang telah ada, pengkajian yang benar mengenai karakteristik limbah, peningkatan jenjang pendidikan Kepala IPAL, peningkatan kualitas tenaga pengelola limbah medis (cleaning service dan petugas incinerator), pengadaan tenaga khusus pengangkutan limbah medis, penambahan tenaga cadangan buat operator incinerator, secara bertahap Rumkitpolpus R.S Sukanto mengalokasikan dana tetap untuk pengelolaan limbah medis, meningkatkan disiplin setiap petugas sehingga dapat melakukan pelaksanaan pengelolaan secara konsisten dan menyeluruh, mengadakan kerjasama dengan pelayanan kesehatan lainnya untuk melakukan pemusnahan/pembakaran di Rumkitpolpus R.S Sukanto sehingga mesin incinerator dapat dimanfaarkan secara optimal dan menambah pendapatan bagi rumah sakit.
This minithesis explained about Rumkitpolpus R.S Sukanto had not optimal in the medical waste management system. This research was a qualitative descriptive approach that aims to got a picture and explained the management of medical waste in this hospital. Dataes obtained in this research through in-depth interviews, observations, and short interviews with some of the cleaning service as the primary data and research documents as secondary data. Results of research indicate medical waste management in Rumkitpolpus RS Sukanto was not appropriate with the requirements in the KepMenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004, because lack of socialization and enforcement of the hospital's internal policies, the limited power of cleaning service at the same time serve as the official carrier, limited operator of incinerator, the absence of a budget specifically for medical waste, and facilities/equipments were inadequate. Based on the research above, there are several things that can be done to improve the quality of medical waste management system in Rumkitpolpus R.S Sukanto are held the socialization of the existing SOP, the true investigation of characteristics from medical waste, increasing education of IPAL head, improving the quality of labor force (cleaning service and operator incinerator), the procurement of special medical waste carrier, the addition of incinerator operator, gradually Rumkitpolpus R.S Sukanto allocate funds to keep the management of medical waste, increase staff discipline so can make the implementation of medical waste management with consistent and comprehensive, a collaboration with other health services to do the destruction/burning medical waste in the Rumkitpolpus R.S Sukanto?s incinerator so that the engine can be used optimally and increase revenue for the hospital.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S4860
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Fadilla
Abstrak :
ABSTRAK
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Selain membawa dampak positif bagi masyarakat yaitu sebagai tempat dilakukannya tindakan medis kepada pasien, rumah sakit juga membawa dampak negatif berupa pencemaran dari suatu proses kegiatan, yaitu bila limbah medis dan limbah non medis yang dihasilkan tidak dikelola sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Skripsi ini akan membahas mengenai bagaimana pengaturan dan tanggung jawab hukum rumah sakit dalam pengelolaan limbah medisnya. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah yuridis-normatif dengan menggunakan bahan pustaka sebagai bahan utama dan melakukan wawancara dengan beberapa narasumber. Dalam Putusan No. 163/Pid-B/2013/PN-Lgs., terdapat suatu permasalahan mengenai pengelolaan limbah medis oleh Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Langsa yang tidak sesuai ketentuan perundangan-undangan sehingga membahayakan kesehatan lingkungan dan masyarakat. Oleh karena itu, setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan ketentuan pengelolaan limbah medis sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
ABSTRACT
Hospital is health care institution that provides full scale personal health services that provide inpatient, outpatient, and emergency care services. In addition to bringing a positive impact for the community as a place of medical action to the patient, the hospital also has a negative impact of pollution from a process of activity, that is, if medical waste and non medical waste generated are not managed in accordance with legislation. This thesis will discuss about how the arrangements and responsibilities of hospital law in the management of medical waste. The research method used by the author is juridical normative by using the literature as the main ingredients and conducting interviews with several speakers. In 163 Pid B 2013 PN Lgs., there is a problem of medical waste management by RSUD Langsa which is not in accordance with the provisions of legislation that endangers the health of the environment and the community. Therefore, every hospital must manage the provision of medical waste management in accordance with the laws and regulations.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muslina Handayani
Abstrak :
Limbah merupakan salah satu dampak dari kegiatan pelayanan rumah sakit. Berdasarkan sifatnya limbah rumah sakit dibagi menjadi limbah medis dan non medis, dimana jenis limbah medis terdiri dari limbah infeksius, non infeksius, dan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Salah satu jenis Iimbah yang termasuk dalam kategori limbah medis adalah alat medis tajam habis pakai yang merupakan alat bantu dalam memberikan terapi pengobatan maupun penunjang diagnostik. Untuk dapat menerapkan pengelolaan dan monitoring limbah secara komprehensif dan tepat guna, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pendekatan manajemen risiko yang diawali dengan identilikasi dan analisis risiko. Penelitian yang telah dilakukan oleh WHO menyebutkan bahwa limbah medis tajam memiliki risiko ganda yaitu selain dapat menyebabkan cidera seperti tertusuk atau tergores, juga dapat menginfeksi luka jika limbah tersebut terkontaminasi mikroorganisme patogen. Untuk mengetahui seberapa besar risiko yang mungkin terjadi pada penanganan limbah medis tajam di rumah sakit kanker dharmais, penulis mencoba untuk menganaiisis tingkat risiko pada penanganan limbah medis tajam di rumah sakit kanker dharmais. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan studi kasus melalui observasi lapangan, wawancara, dan pengumpulan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat risiko pada penanganan limbah medis tajam berada pada level priority 3 - priority 1, dimana level risiko tertinggi ada pada unit incinerator. ...... Waste is one of impact from hospital service activities. Based on it characteristic hospital waste divided into medical waste and non medical, where medical waste are consist of infectious waste, non infectious, and hazardous waste. One of the waste that include in medical waste category is disposable sharps equipment which is assistive appliance in giving whether medication therapy or diagnostic support. To apply the management and monitoring of waste comprehensively and precise utilize, one of the effort that can be done is risk management approach that can begin identification and analysis of risk. Research done by WHO is mentioning that sharps medical waste has double risk beside cause percutaneous injury such as cuts, scratched, punctures, or tears in skin or membranes, also could cause infection to wound if those waste contaminated by pathogen microorganism. To find how big the risk that possibly occur to sharp medical waste handling in dharmais cancer hospital, writer try to analyze risk level on sharp medical waste handling in dharmais cancer hospital. This research is analytic descriptive research with case study approach walkthrough observation, interview, and secondary data gathering. Research result shows that risk level in sharps medical waste handling was in priority 3 -- priority 1 level, where highest risk level found in incinerator unit.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T19986
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayudian Roviah Burano
Abstrak :
Limbah rumah sakit dihasilkan dari aktivitas pelayanan kesehatan, yang mana salah satu limbahnya berupa limbah medis padat. Apabila limbah medis padat rumah sakit tidak dikelola dengan baik, maka limbah tersebut dapat berubah menjadi salah satu sumber risiko penularan penyakit. Namun, masih terdapat rumah sakit yang belum melaksanakan pengelolaan limbah medis padat sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan pada Permen LH No 56 tahun 2015 dan permenkes No 7 tahun 2019 dimana limbah medis padat rumah sakit harus dikelola secara 100% sehingga hal ini menjadi alasan utama penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kepatuhan rumah sakit pada setiap kelas A, B, C, dan D baik milik pemerintah maupun swasta dalam pengelolaan limbah medis padat rumah sakit. Penelitian ini menggunakan data hasil pelaksanaan e-monev tahun 2019, yakni 229 rumah sakit yang melapor di bulan Oktober - Desember. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan desain studi cross sectional yang dianalisis secara univariat dan bivariat. Seluruh rumah sakit pemerintah kelas A patuh dalam pelaksanaan pengelolaan limbah medis padat. Namun rumah sakit pemerintah maupun swasta pada kelas B, C, dan D belum sepenuhnya patuh dalam melaksanakan pengelolaan limbah medis padat yakni 13,5% RS belum memiliki TPS berizin dan 15,7% RS belum memiliki pengolahan limbah medis padat secara internal maupun eksternal, serta 11,4% RS belum memiliki unit kerja khusus. Berdasarkan hasil analisis chi-square dijelaskan bahwa ketersediaan unit kerja khusus memiliki hubungan yang signifikan terhadap kepatuhan pengelolaan limbah medis padat rumah sakit yaitu sebesar 2,623 (95% CI 1,139 – 6,042) kali. ......Hospital waste is generated from health service activities, one of which is solid medical waste. If hospital solid medical waste is not managed properly, this waste can turn into a source of risk of disease transmission. However, there are still hospitals that have not implemented solid medical waste management in accordance with the SOPs stipulated in Permen LH No. 56 of 2015 and Permenkes No. 7 of 2019 where hospital solid medical waste must be managed 100% so this is the main reason for the research. This study aims to determine the description of hospital compliance in each class A, B, C, and D, both government owned and private in the management of hospital solid medical waste. This study uses data from the implementation of e-monev in 2019, namely 229 hospitals that reported in October - December. This research is a descriptive quantitative research design with cross sectional study design which is analyzed by univariate and bivariate. All class A government hospitals comply with the implementation of solid medical waste management. However, both public and private hospitals in classes B, C, and D are not yet fully compliant in implementing solid medical waste management, namely 13.5% of hospitals do not have a licensed TPS and 15.7% of hospitals do not have solid medical waste treatment internally or externally. and 11.4% of hospitals do not have special work units. Based on the results of the chi-square analysis, it was explained that the availability of a special work unit had a significant relationship with the compliance of hospital solid medical waste management, which was 2,623 (95% CI 1.139 - 6,042) times.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Melyna Virlya
Abstrak :
Jumlah penduduk meningkat setiap tahun di Provinsi DKI Jakarta mengakibatkan jumlah pasien dan limbah medis meningkat. Limbah medis padat rumah sakit dikategorikan LB3 dalam Permenlhk No.P.56/2015. Permasalahan, masih ditemukan limbah medis dibuang ke lingkungan dapat menimbulkan dampak di lingkungan dan makhluk hidup. Tujuan penelitian adalah menganalisis jumlah dan jenis LB3 medis padat RSPI Sulianti Saroso, RSUD Pasar Rebo, RS Medistra dan RS Husada, kinerja pelaksanaan pengelolaan limbah dan interaksi pemangku kepentingan dalam pengelolaan limbah Provinsi DKI Jakarta. Metode analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui pengelolaan LB3 medis padat dan data sekunder perhitungan jumlah limbah, wawancara mendalam dan analisis ANT untuk mengetahui interaksi pemangku kepentingan dalam pengelolaan limbah di Provinsi DKI Jakarta. Hasil penelitian, setelah dilakukan pendataan pengelolaan Limbah B3 medis padat pada 4 RS, untuk RSPI Sulianti Saroso dan RS Husada masih diperlukan perbaikan kinerja dalam aspek non teknis pengelolaan yaitu pendataan dan pencatatan, pelaksanaan perizinan dan pelaksanaan ketentuan dalam izin. Kesimpulan, atas status kinerja 4 RS di Jakarta tersebut diperlukan upaya sosialisasi pemenuhan peraturan dan penyiapan peraturan yang spesifik bagi RS dalam aspek non teknis pengelolaan limbah oleh Pemda Provinsi DKI Jakarta. ......The population increases every year in DKI Jakarta Province resulting in an increase in the number of patients and medical waste. Hospital solid medical waste is categorized as Hazardous adn Toxic Waste in the Minister of Environment and Forestry Regulation No.P.56/2015. Problems, still found medical waste disposed of into the environment can cause impacts on the environment and living things. The purpose of the study was to analyze the amount and type of Solid Hazardous Medical Waste (SHMW) of Sulianti Saroso Infectious Disease Hospital (RSPI), Pasar Rebo Regional General Hospital (RSUD), Medistra Hospital and Husada Hospital, the performance of waste management implementation and stakeholder interaction in waste management of DKI Jakarta Province. Descriptive analysis method was used to determine the management of SHMW and secondary data of waste amount calculation, in-depth interviews, and ANT analysis to determine stakeholder interactions in waste management in DKI Jakarta Province. Research results, after collecting data on solid medical hazardous waste management in 4 hospitals, for RSPI Sulianti Saroso and Husada Hospital, performance improvement is still needed in non-technical aspects of management, namely data collection and recording, licensing implementation and implementation of permit provisions. Conclusion, the performance status of the 4 hospitals in Jakarta requires efforts to socialize the fulfillment of regulations and the preparation of specific regulations for hospitals in non-technical aspects of waste management by the DKI Jakarta Provincial Government.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helmut Timothy Hansel
Abstrak :
Sebagai ibukota negara, DKI Jakarta adalah salah satu provinsi yang menghasilkan limbah medis Bahan Berbahaya Beracunterbanyak di Indonesia termasuk limbah infeksius Covid-19. Terdapat dua tujuan dalam penelitian ini yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengkaji dan meneliti peran pemerintah dalam pengelolaan limbah medis infeksius Covid yang semakin hari semakin meningkat di DKI Jakarta. Tujuan khusus penelitian ini yaitu guna mengkaji dan meneliti kebijakan hukum dalam pengelolaan limbah infeksius Covid-19 berdasarkan Undang-Undang PPLH (Nomor 32 Tahun 2009). Berdasarkan permasalahan yang teliti, bentuk atau desain penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Tipologi penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah normatif empiris. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang bersumber dari bahan hukum primer dan sekunder. Adapun pengumpulan data dalam penelitian ini, yangterbagi dua metode, diantaranya penelitian kepustakaan dan metode penelitian lapangan seperti tanya jawab peneliti dengan informan, pemantauan, dan melihat arsip dari instansi terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pengelolaan limbah infeksius Covid-19 dilaksanakan di DKI Jakarta sudah sesuai dengan PP nomor 101 tahun 2014, Permen LHK nomor 56 Tahun 2015, serta Surat Edaran Menteri LHK tertanggal 24 Maret 2020; (2) Peran rumah sakit dalam pelaksanaan pengelolaan limbah infeksius yaitu sebagai pengumpul awal limbah, dengan cara; memilah limbah, menyimpan limbah ke dalam wadah yang disediakan, dan menyerahkan limbah kepada pengelola limbah yang memiliki izin.; and (3) Pemerintah Daerah memiliki peran penting dalam pengawasan pelaksanaan pengelolaan limbah infeksius Covid-19. Dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi DKI Jakarta telah mengimplementasikan pengelolaan limbah medis melalui pengumpulan pada tingkat rumah tangga, dipo kecamatan, dipo kota, dan diangkut oleh pihak ketiga menuju fasilitas pemusnahan di PLTSa Bantar Gebang ......As the nation's capital, DKI Jakarta is one of the provinces that produces medical waste of Toxic Hazardous Materials in Indonesia, including Covid-19 infectious waste. There are two objectives in this research, namely general and specific objectives. The general purpose of this research is to examine and examine the role of the government in the management of Covid-infectious medical waste which is increasing day by day in DKI Jakarta. The purpose of this particular study is to examine and examine legal policies in the management of Covid-19 infectious waste based on the PPLH Law (Number 32 of 2009). Based on the problem carefully, the form or design of this research uses a qualitative approach. The typology of research used in this paper is normative empirical. The type of data used in this study is secondary data sourced from primary and secondary legal materials. The data collection in this study, which is divided into two methods, including library research and field research methods such as answering researchers with informants, asking questions, and viewing archives from related agencies. The results showed that (1) the management of the Covid-19 infectious waste carried out in DKI Jakarta was in accordance with PP 101 of 2014, Permen LHK number 56 of 2015, as well as the Circular Letter of the Minister of LHK dated March 24, 2020; (2) the role of the hospital in the implementation of liquid waste management as the initial waste collector; sorting waste, storing waste in the containers provided, and handing over waste to a licensed waste manager; and (3) Regional Governments have an important role in supervising the management of Covid-19 infectious waste. In this case, the DKI Jakarta Provincial Environmental Service (DLH) has implemented service management through collection at the household level, sub-district depots, city depots, and transported by third parties to the extermination facility at the Bantar Gebang PLTSa.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Suryo Kusumo Baharuddin
Abstrak :
Tujuan dari Tesis ini yaitu melakukan analisis terhadap risiko yang terjadi pada proses pengelolaan limbah medis di Puskesmas X selama bulan Juli sampai Oktober 2021 ketika wabah Covid-19 sedang berlangsung. Kemudian merancang prosedur pengendalian dan prosedur audit untuk memitigasi risiko yang telah dinilai. Independensi, Obyektivitas, dan Kompetensi Internal Auditor kemudian dianalisis dalam rangka memberikan masukan bagi Puskesmas X untuk meningkatkan efektivitas penerapan prosedur audit. Sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dengan menganalisis dan menjelaskan praktik manajemen risiko pada organisasi pemerintah. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus dengan unit analisis meliputi sektor layanan kesehatan milik pemerintah, yaitu Puskesmas X. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa terdapat delapan risiko baru akibat pandemi Covid-19 pada proses pengelolaan limbah medis padat Puskesmas X. Tujuh di antaranya terkategori unacceptable dan satu diantaranya undesirable. Puskesmas X saat ini belum memiliki prosedur pengendalian internal dan prosedur audit atas risko baru yang diidentifikasi oleh peneliti.. Untuk itu peneliti menyarankan rancangan prosedur pengendalian dan prosedur audit pada penelitian ini yang terbagi dalam tiga fokus area, yaitu klasifikasi dan pemilahan, penyimpanan, transportasi dan pembuangan akhir. Peneliti juga menyarankan perbaikan terhadap Tim Internal Audit Puskesmas X, agar tingkat independensi, obyektivitas, dan kompetensi dapat meningkat sehingga mereka mampu menerapkan usulan prosedur audit dengan efektif. ......The purpose of this thesis is to analyze the risks that occur in the medical waste management process at Puskesmas X during July to October 2021 when the Covid-19 pandemic is ongoing.. Then design internal control procedures and audit procedures to mitigate the assessed risks. Independence, Objectivity, and Competence of Internal Auditor then analyzed in order to improve the effectiveness of implementing audit procedures at Puskesmas X. This research is expected to contribute by analyzing and explaining risk management practices in government organizations. This study use a qualitative method with a single case study approach with the unit of analysis covering the government-owned health service sector, namely Puskesmas X. The results of the study showed that there were eight new risks due to the Covid-19 pandemic in the solid medical waste management process at Puskesmas X. Seven of them were categorized as unacceptable and one of them is undesirable. Puskesmas X currently does not have internal control procedures and audit procedures for new risks identified by researchers. For this reason, the researcher suggests the design of control procedures and audit procedures in this study which is divided into three focus areas, namely classification and sorting, storage, transportation and final disposal. Researchers also suggest improvements to the Internal Audit Team of Puskesmas X in order to increase that the level of independence, objectivity, and competence so that they are able to implement the proposed audit procedures effectively
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>