Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
The isotherm adsorptions of Cu2+ ions in aqueous slutions by cross-linked chitosan-cellulose composite membranes were investigated....
IPTEKAB
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Biofuling is the undesirable accumulation of microorganisms, plants, algae and animals on submerged structures espicially ship hulls....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Hapsari
Abstrak :
Latar Belakang: Ulkus kornea bakteri merupakan penyebab utama buta kornea. Tatalaksana standar ulkus kornea bakteri hingga kini masih terfokus pada eliminasi infeksi melalui antibiotik. Meskipun amplifikasi bateri telah dihentikan, inflamasi sekunder kornea terus berlangsung dan mengakibatkan destruksi kornea lebih lanjut dan sikatriks yang tebal. Tujuan: Untuk mengevaluasi efektivitas dan keamanan terapi kombinasi keratektomi superfisial dengan transplantasi membran amnion dan plasma autolog topikal pada ulkus kornea bakteri sedang dan berat, dalam memfasilitasi penyembuhan dan meminimalisasi inflamasi sekunder kornea. Metode: Uji klinis terandomisasi terbuka. Pembedahan pada kelompok eksperimental dilakukan dalam 72 jam pasca pemberian tiga hari antibiotik inisial. Hasil: Enambelas mata dengan ulkus kornea bakteri diikutkan dalam penelitian ini. Seluruh ulkus sembuh dalam waktu 36 hari pada kelompok eksperimental, dan 54 hari pada kelompok kontrol. Kecepatan epitelisasi kelompok eksperimental lebih cepat dibandingkan dengan kontrol (1,82±1,11 vs 0,97±0,74 mm2/hari, p=0,04, uji t tidak berpasangan). Terdapat kecenderungan pembentukan sikatriks kornea yang lebih tebal pada kelompok kontrol. Pada akhir evaluasi, tajam penglihatan lebih baik didapatkan pada kelompok eksperimental (0,344 ± 0,15 vs 0,196 ± 0,12 pada ulkus sedang, p=0,2, uji t tidak berpasangan; dan 0,14 ± 0,05 vs 0,014 ± 0,02 pada ulkus berat, p<0,01, uji t tidak berpasangan). Tidak ada komplikasi pada kelompok eksperimental, namun terdapat dua komplikasi pada kelompok kontrol. Simpulan: Terapi kombinasi keratektomi superfisial dengan transplantasi membran amnion dan plasma autolog topikal pada ulkus kornea bakteri terbukti lebih efektif dan aman dibandingkan terapi antibiotik konvensional. Terapi ini mempercepat epitelisasi dan penyembuhan ulkus, sehingga membentuk sikatriks kornea yang lebih tipis dengan tajam penglihatan lebih baik.
Background: Bacterial corneal ulcer is a leading cause of corneal blindness. Up to now, the standard treatment for bacterial corneal ulcer is limited to the elimination of infection with antibiotic. However, the secondary tissue inflammation may still persist, leading to further corneal tissue destruction and dense corneal scar. Objectives: To evaluate the efficacy and safety of superficial keratectomy, freeze-dried amniotic membrane transplantation and topical autologous plasma as a novel combination therapy in moderate and severe bacterial corneal ulcer, for promoting corneal wound healing and minimizing second injury of the cornea. Methods: An open randomized controlled trial. The operation in experimental group was performed within 72 hours after three days application of initial antibiotic. Results: Sixteen eyes of bacterial corneal ulcers were enrolled. All ulcers were healed within 36 days in the experimental group, compared to 54 days in the control group. Epithelialization rate of the experimental group was significantly faster than the control group (1,82±1,11 vs 0,97±0,74 mm2/day, p=0,04, unpaired t-test). Dense corneal scarring was more likely marked in the control group. Higher visual acuity at the last follow-up was achieved in the experimental group (0,344±0,15 vs 0,196±0,12 for moderate cases, p=0,2, unpaired t-test; and 0,14±0,05 vs 0,014±0,02 for severe cases, p<0,01, unpaired t-test). None complication was found in experimental group, while two complications (impending perforation and limbal damage) were noted within the control group. Conclusions: Combination of superficial keratectomy with amniotic membrane transplantation and topical autologous plasma shows its benefits and safety for bacterial corneal ulcers. It promotes early epithelialization and corneal wound healing, thus achieving less corneal scarring with better visual acuity than conventional antibiotic therapy.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Ibramsyah
Abstrak :
ABSTRAK Kekurangan utama dari membran kontaktor adalah penurunan performa membran ketika terbasahi oleh air limbah atau penyerap. Penelitian dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dengan menggunakan membran superhidrofobik. Penelitian ini dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi (100, 200, 400, 800 ppm), pH air limbah (10, 11, 12), pH penyerap (0,5;1;2), laju alir, dean jumlah serat membran. Koefisien perpindahan massa menyeluruh tertinggi diperoleh ketika jumlah serat 2000, konsentrasi air limbah 200 ppm, pH air limbah 11, pH absorben 1, dan lajyu alir air limbah 60 rpm yaitu sebesar 0,018 cm/s.
ABSTRACT The main weakness in the membrane contactor is the decline in the performance of the membrane when wetted by wastewater or absorbent solution. The proposed research will try to overcome that weakness by using membranes that has superhydrophobic properties. This experiment is done with variety of feed concentration (100, 200, 400, 800 ppm), pH of feed (10,11,12), pH of absorben (0,5; 1; 2), flowrate feed, and the amount of stiff from the membrane. The highest mass transfer coeficients obtained in membrane with 2000 stifs, synthetic waste water concentration is 200 ppm, pH of waste water is 11, pH of absorben is 1, and the flowrate of synthetic waste water is 60 rpm, is 0,018 cm/s.
2016
T45491
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmadin Luthfi Machsun
Abstrak :
ABSTRAK
Microreaktor telah menjadi teknologi yang menjanjikan dalam bidang bioteknologi dan teknik kimia. Dalam penelitian ini dikembangkan konsep baru biokatalis membran mikroreaktor (BMM) untuk reaksi transesterifikasi secara kontinyu dengan memanfaatkan pori-pori membran sebagai mikroreaktor. Poripori membran yang dilapisi dengan enzim lipase dari Pseudomonas sp dengan cara absorpsi sederhana dan dilanjutkan dengan filtrasi bertekanan. Suatu larutan lipase dibiarkan mengalir pada membran dan merembes melalui pori-pori dan molekul lipase molekul teradsorpsi pada dinding pori-pori bagian dalam. Membran yang terbuat dari mixed cellulose ester (MCE) dan polyetersulfone (PES) digunakan untuk studi immobilisasi lipase tetapi hanya PES membran digunakan sebagai mikroreaktor untuk studi transesterifikasi. Sifat katalitik biokatalis membran mikroreaktor (BMM) telah dipelajari dalam sintesis biodiesel melalui reaksi transesterifikasi triolein dengan metanol. Transesterifikasi dilakukan dengan melewatkan larutan triolein dan metanol melalui pori-pori membran yang telah dilapisi lipase. Konversi maksimum triolein dengan BMM sekitar 80% dengan waktu reaksi 20-30 menit. Sistem biokatalis membran mikroreaktor dengan lipase sebagai biokatalis menunjukkan aktivitas yang jauh lebih unggul dibandingkan dengan lipase bebas, yaitu 12-25 kali lipat. Tidak ada penurunan fluks dan aktivitas yang diamati selama 12 hari operasi terus-menerus. Biokatalis membran mikroreaktor memiliki potensi yang besar untuk diterapkan dalam proses transesterifikasi trigliserida pada produksi biodiesel komersial karena akan mengurangi limbah dalam skala besar dan memiliki waktu reaksi yang jauh lebih kecil.
ABSTRACT
Microreactors have become a promising technology in the biotechnology and chemical engineering field. In this study a new concept of biocatalytic membrane microreactor was developed for continuous transesterification reaction by utilizing membrane pores as a kind of microreactor. The membrane pores were coated with lipase from Pseudomonas sp by simple adsorption and continues with pressure driven filtration. A lipase solution was allowed permeating through the membrane and lipase molecule adsorbed on the inner wall of the membrane pores. Membranes made of mixed cellulose ester (MCE) and polyethersulfone (PES) were used for lipase immobilization studies but only PES membranes were used as microreactor for transesterification studies. The catalytic properties of biocatalytic membrane microreactor (BMM) have been studied in biodiesel synthesis through transesterification of triolein with methanol. Transesterification was carried out by passing solution of triolein and methanol through pores of the membrane. The maximum conversion of triolein with lipasemembrane microreactor was approximately 80% with reaction time 20-30 minutes. The biocatalytic membrane microreactor system with lipase as biocatalysts showed far superior activities compared to those of free lipase, i.e. 12-25 fold. No decrease in flux and activities were observed over a period of 12 days of continuous operation. These biocatalytic membrane microreactor is of great potential to be applied in the process of transesterification of triglycerides for commercial biodiesel production since it would reduce waste in large scale and has a much smaller reaction time.
Depok: 2011
D1178
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sabar Sungkowo
Abstrak :
ABSTRAK
Model matematis satu dimensi dikernbangkan untuk mensimulasikan pengaruh parameter operasi (suhu reaktor, tekanan total sisi shell, laju alir metana dan rasio Ar/CI-1.1) terhadap konversi dan selektivitas dari reaktor membran perovskite (LaGa0_39Co0_60MgQ,|0O35). Reaktor membran diasumsikan bekerja pada kondisi adiabatis isotennal dengan tipe aliran plug. Reaksi yang diamati adalah oksidasi parsial metana menjadi gas sintetis dcngan katalis Ni.

Persamaan yang diperoleh merupakan persamaan diferensial biasa orde satu uuronomous yang saling terkait. Untuk menyelesaikan sekumpulan persamaan diferensial yang saling terkait ini digunakan metode Quasi Newton dimana matriks Jacobiannya dihimng secara numeris dengan pendekatan backward cliff/Ezrences. Untuk invers matri ks Jacobiannya sendiri digunakan metode dekomposisi LU.

Hasil simulasi menunjukkan bahwa produk reaksi pembakaran metana Iebih banyak dari produk reaksi oksidasi parsial. Produk reaksi oksidasi parsial yang diperoleh sedikit karena kesetimbangan bergeser ke arah realctan sehingga gas sintetis yang terbentuk kembali terurai. Nilai konversi metana yang kecil (26,6%) disebabkan karena jumlah metana yang bereaksi dibatasi oleh laju difusi oksigen dari sisi lube ke sisi shell. Kenaikan suhu reaktor meningkatkan konversi metana yang terbakar akibat naiknya laju difusi oksigen sesuai dengan kenaikan suhu reaktor. Penlnunan tekanan total sisi shell dari 1 atm ke 0,1 atm akan rncnaikkan konvcrsi metana sekitar 4%. Kenaikan konversi ini disebabkan lebih banyak metana yang bereaksi menjadi gas sintetis akibat kesetimbangan bergeser ke arah produk gas sintetis.

Kenaikan laju alir metana akan mendorong reaksi oksidasi parsial lebih banyak teljadi dikarenakan reaksi terjadi dalam kondisi kekurangan oksigen. Rasio Ar/CH4 yang semakin meningkat dari 0 ke 25 hanya menaikkan konversi metana 2,2% akibat pembentukan gas sintetis bertambah banyak.
2001
S49162
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Ardianto
Abstrak :
Ba0.5Sr0.5Co0.8Fe0.2O3-δ (BSCF) adalah jenis membran penting dalam separasi oksigen dikarenakan tingginya produk oksigen yang dihasilkan. Di dalam percobaan ini deposisi katalis nanopartikel dengan mengunakan kombinasi dari BSCF dan Paladium (Pd) dilakukan pada permukaan BSCF dengan tujuan menstabilkan efek jangka panjang dari katalis. Modifikasi meningkatkan fluks oksigen hingga 300% pada suhu 650 derajat Celcius dibandingkan dengan membran yang tidak dimodifikasi. Katalis BSCF-Pd juga mengakibatkan pengurangan peningkatan pada temperatur diatas 700°C dibandingkan dengan membrane modifikasi katalis komponen tunggal. Penyebab diperkirakan akibat pemuaian partikel BSCF yang menyebabkan berlapisnya partikel Pd yang mengurangi area aktif katalis dan menyebabkan area non aktif pada temperatur tinggi.
Ba0.5Sr0.5Co0.8Fe0.2O3-δ (BSCF) is a prominent membrane material in oxygen separation exhibiting high rate of oxygen permeation. Surface modification using a combination of BSCF and Palladium (Pd) nanoparticles was carried on BSCF hollow fibres for stabilising long term performance enhancement. Modification improved the oxygen permeation flux up to 300% at 650oC compared to unmodified membrane. BSCF-Pd coating had reduced enhancement capabilities at temperatures above 700°C compared to single component coated membranes which hypothesized due to thermal growth of the BSCF particles causing overlapping of the Pd particles, reducing available catalytic surface area and generating non-conducting regions in the membrane at higher temperatures.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47623
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspita Anggraeni Katili
Abstrak :
Kontaktor membran serat berongga dapat menutupi kerugian yang terjadi pada metode konvensional. Terdapat dua jenis konfigurasi aliran dari membran kontaktor serat berongga ini. Konfigurasi 1 ketika pelarut dialirkan ke bagian tube and gas di bagian shell, sedangkan konfigurasi 2 sebaliknya. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis efektivitas antara dua konfigurasi tersebut dengan menggunakan larutan Triethanolamine 10% berat sebagai pelarut dan membran PVC. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa konfigurasi 1 menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam menyerap CO2 dibandingkan dengan konfigurasi 2. Penggunaan Triethanolamine sebagai pelarut menunjukkan kinerja yang kurang optimal, ditunjukkan dengan persentase CO2 yang terserap sekitar 1.98%. ...... The hollow fiber membrane contactor overcomes the disadvantages of the conventional method. There are two flow patterns: Case 1 operation where the liquid flows in tube and gas in shell. The case 2 operation where the liquid flows at shell side and gas at tube side. This study is conducted to analyze the effectiveness between both patterns using 10% weight of Triethanolamine as the solvent and PVC membrane. The result of this study: the case 1 provides more effective CO2 absorption performance rather than case 2. The use of triethanolamine shows suboptimal performance, because the maximum CO2 absorbed was 1.98%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45815
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfi Magfirwan Ramadhan
Abstrak :
Kelemahan utama pada kontaktor membran adalah turunnya kinerja kontaktor membran tersebut apabila terbasahi oleh limbah maupun larutan penyerapnya. Penelitian yang diusulkan akan mencoba untuk mengatasi kelemahan di atas dengan menggunakan membran yang bersifat superhidrofobik. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa efisiensi penyisihan amonia meningkat seiring dengan meningkatnya laju alir. Secara umum kenaikan laju alir juga akan meningkatkan koefisien perpindahan massa amonia secara keseluruhan. Koefisien perpindahan massa tertinggi yang didapatkan pada percobaan ini adalah sebesar 3,6 x 10-4 cm/s pada laju alir 2,5 Lpm dan konsentrasi awal sebesar 200 ppm. Hasil uji hidrodinamika menunjukan bahwa rasio friksi dari membran yang digunakan berkisar antara 9 sampai dengan 12. ......The main weakness in the membrane contactor is the decline in the performance of the membrane when wetted by wastewater or absorbent solution. The proposed research will try to overcome that weakness by using membranes that has superhydrophobic properties. Experimental results showed that the amonia removal efficiency increase as the increasing flow rate of wastewater containing amonia. The increase in the flow rate of the wastewater in general will also increase the overall mass transfer coefficient and fluxes. The highest mass transfer coefficients obtained in this experiment is 3,6 x 10-4 cm/s at 2,5 Lpm and the initial concentration of ammonia is 200 ppm. Hydrodynamic result shows that the friction ratio of membrane used is ranged from 9 to 12.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donanta Dhaneswara
Abstrak :
Membran terbuat dari bahan keramik memberikan beberapa kelebihan dibandingkan membran organik atau polimer seperti: umur pakai yang lama, mudah dan efisien di dalam membersihkannya, ketahanan kimia dan termal yang lebih baik, serta kekuatan mekanis yang tinggi. Beberapa kelebihan tersebut, memberikan peluang bagi membran keramik zeolit untuk proses pembersihan gas buang industri. Gagasan utama dari penelitian ini adalah membuat prototipe membran keramik berbasis zeolit untuk aplikasi pembersihan gas buang industri. Komposisi bahan pembentuk serbuk keramik terdiri dari zeolit, clay, dan talk dengan perbandingan 8:1:1. Metode sintering diterapkan dalam pembuatan membran keramik berbasis zeolit, dengan memperhatikan variasi dari ukuran serbuk, tekanan kompaksi dan waktu sinter. Pengujian kinerja reduksi gas SO2 dengan menggunakan membran keramik berbasis zeolit, dilakukan dengan mengalirkan gas S02 sintetis melewati satu sisi membran dan larutan kaustik soda pada .nisi membran lainnya. Pada penelitian ini, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengujian kinerja membran masih merupakan parameter operasi yang tetap.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>