Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Audia Amara Fitri
Abstrak :
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Henaulu (2021), prevalensi terjadinya Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) di Indonesia dikarenakan kurangnya penerapan kebersihan diri saat menstruasi adalah sebesar 90-100 kasus per 100.000 penduduk setiap tahun. Anak perempuan tunagrahita cenderung kesulitan dalam melakukan kebersihan diri saat menstruasi dikarenakan keterbatasan intelektual yang mereka miliki.  Anak tunagrahita sangat membutuhkan bantuan orang lain, salah satunya adalah adanya dukungan guru dan dukungan orang tua (ibu). Beberapa studi di Indonesia menunjukkan masih rendahnya perilaku kebersihan diri saat menstruasi pada anak tunagrahita. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran dukungan sosial ibu dalam membentuk perilaku kebersihan diri saat menstruasi pada anak tunagrahita dengan desain studi kasus. Informan pada penelitian ini merupakan ibu dari siswi tunagrahita, anggota keluarga dari ibu dengan anak tunagrahita dan guru wali kelas di SLBN A Citeureup Kota Cimahi. Informan penelitian dipilih secara purposive sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil menunjukan adanya dukungan sosial dari guru/sekolah dan orang tua berupa dukungan informasional, emosional, penghargaan dan instrumental. Secara sistem, sekolah sudah memberikan dukungan informasional dan instrumental berupa sabun, air bersih dan wc yang bersih. Namun, dukungan informasional bagi orang tua masih belum spesifik, lalu dukungan penghargaan, emosional dan instrumental (pembalut dan celana dalam cadangan) disediakan oleh inisiatif guru. Lalu untuk dukungan sosial ibu, ibu sudah memberikan kepada anak tunagrahita dengan cara yang berbeda dan dipengaruhi oleh faktor status sosial ekonomi, keyakinan ibu dan kemandirian anak. Oleh sebab itu disarankan bagi SLBN A Citeureup Kota Cimahi untuk selalu memberikan dukungan sosial kepada ibu dan siswi tunagrahita, salah satunya dengan penyuluhan ataupun acara parenting agar menguatkan ibu dalam pemberian pengajaran serta informasi spesifik mengenai kebersihan diri saat menstruasi. ......According to research conducted by Henaulu (2021), the prevalence of Reproductive Tract Infection (RTI) in Indonesia due to a lack of menstrual hygiene is 90-100 cases per 100,000 population each year. Mentally retarded girls tend to have difficulty in carrying out menstrual hygiene due to their intellectual limitations. Mentally retarded children really need the help of others, one of which is the support of teachers and the support of parents (mother). Several studies in Indonesia show that menstrual hygiene behavior is still low in mentally retarded children. This research was conducted using a descriptive qualitative method which aims to find out how the description of mother's social support in shaping menstrual hygiene behavior in mentally retarded children with a case study design. Informants in this study were mothers of mentally retarded students, family members of mothers with mentally retarded children and teachers at SLBN A Citeureup, Cimahi City. Research informants were selected by purposive sampling according to the inclusion and exclusion criteria. The results show that there is social support from teachers/schools and parents in the form of informational, emotional, esteem and instrumental support. System-wise, schools have provided informational and instrumental support in the form of soap, clean water and clean toilets. However, informational support for parents is not specific, and reward, emotional and instrumental support (spare pads and underwear) is provided by the teacher's initiative. Where as social support for mothers, mothers have been given to mentally retarded children in different ways and are influenced by factors of socioeconomic status, mother's beliefs and child independence. Therefore it is recommended for SLBN A Citeureup Kota Cimahi to always provide social support to mentally retarded mothers and students, one of which is counseling or parenting events to encourage mothers to provide specific teaching and information regarding menstrual hygiene.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafa Nabila Mumtaz
Abstrak :
Perilaku menstrual hygiene yang buruk merupakan salah satu penyebab terjadinya penyakit Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) dan kanker serviks. Remaja merupakan populasi tertinggi yang mengalami Infeksi Saluran Reproduksi (ISR). Namun, menstrual hygiene sering kali diabaikan oleh tenaga profesional di sektor pendidikan. Dalam pendidikan terkait menstruasi dan menstrual hygiene, Ibu merupakan sumber utama bagi remaja. Oleh karena itu, Ibu memiliki peranan penting dalam perilaku menstrual hygiene remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara peran Ibu dengan perilaku menstrual hygiene remaja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross-sectional. Jumlah responden penelitian ini adalah 401 remaja (10-14 tahun) di Depok serta dikumpulan dengan teknik purposive sampling. Analisis univariat menunjukkan 57,9% responden memiliki Ibu yang berperan dalam perilaku menstrual hygiene dan 50,6% responden memiliki perilaku menstrual hygiene yang baik. Hasil analisis bivariat didapatkan nilai p value 0,000 (p<0,05). Sehingga, dapat disimpulkan terdapat hubungan antara peran Ibu dengan perilaku menstrual hygiene. Inovasi dan evaluasi program promosi kesehatan remaja diharapkan dapat meningkatkan perilaku menstrual hygiene remaja menjadi lebih baik. Ikut sertanya Ibu dalam program promosi kesehatan remaja juga diharapkan dapat meningkatkan perannya dalam perilaku menstrual hygiene. ...... Poor menstrual hygiene behaviors are one of the causes of Reproductive Tract Infection (RTI) and cervical cancer. Adolescents are the highest population experiencing Reproductive Tract Infections (RTI). Menstrual hygiene is often neglected by professionals in the education sector. In education related to menstruation and menstrual hygiene, mothers are the main source for adolescents. Therefore, mothers have an important role in adolescent menstrual hygiene behavior. This study aims to identify the relationship between the role of mothers and adolescent menstrual hygiene behavior. This study uses a quantitative method with a cross-sectional design. The number of respondents was 401 teenagers (aged 10-14 years) in Depok and were selected by purposive sampling. Univariate analysis showed many as 57.9% of respondents had mothers who played a role in menstrual hygiene behavior and 50.6% of respondents had good menstrual hygiene behaviors. The result of the bivariate analysis obtained a p-value of 0.000 (p<0.05). Through these findings, it can be found a relationship between the role of the mother and menstrual hygiene. Innovation and evaluation of adolescent health promotion programs are expected to improve adolescent menstrual hygiene behavior for the better. The participation of mothers in adolescent health promotion programs is also expected to increase their role in menstrual hygiene behavior.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachel Nabila
Abstrak :

Penelitian ini bertujuan unutk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku higiene menstruasi pada siswi SMP Negeri 141 Jakarta tahun 2020. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode cross-sectional menggunakan data primer yang dilakukan di SMP Negeri 141 Jakarta pada Juni 2020 dengan jumlah sampel sebanyak 201 responden. Perilaku higiene menstruasi sebagai variabel dependen, sedangkan pengetahuan, sikap, ketersediaan sarana higiene menstruasi di sekolah, keterpaparan informasi mengenai menstruasi, dukungan guru, dan dukungan teman sebaya sebagai variabel independen. Data berupa hasil pengisian kuesioner dengan metode daring yang diisi sendiri oleh reponden dan dianalisis dengan uji chi-square. Berdasarkan hasil analisis didapatkan hasil proporsi tertinggi terdapat pada kelompok siswi yang memiliki perilaku higiene menstruasi buruk sebesar 82,6%, pengetahuan yang rendah sebesar 95,5%, sikap negatif sebesar 50,7%, ketersediaan sarana higiene mentruasi di sekolah lengkap sebesar 79,1%, kurang terpapar informasi mengenai menstruasi sebesar 92,5%, kurang dukungan guru sebesar 62,2%, dan cukup dukungan teman sebaya sebesar 79,1%. Terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku higiene menstruasi. Hasil penelitian menyarankan untuk menjalin kemitraan antara sekolah dengan fasilitas kesehatan setempat untuk memberikan promosi kesehatan dengan metode penyuluhan dan konseling yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. ......This study aims to determine the factors associated to menstrual hygiene behaviors among female students at SMP Negeri 141 Jakarta in 2020. This research is a quantitative study with cross-sectional methods by primary data which is conducted at SMP Negeri 141 Jakarta in June 2020 with a total sample of 201 respondents. Menstrual hygiene behaviors is the dependent variable, while knowledge, attitudes, availability of menstrual hygiene facilities at school, information exposure about menstruation, teacher support, and peer support are the independent variables. The data used is the results of self-administered online questionnaires and analyzed by chi-square test. Based on analysis, it is found that the highest proportion in the group of students who had bad menstrual hygiene behaviors is 82,6%, low knowledge 95,5%, negative attitudes 50,7%, the availability of complete menstrual hygiene facilities at school 79,1%, lack of information exposure about menstruation 92,5%, lack of teacher support 62,2%, and enough of peer support 79,1%. There is a significant relationship between knowledge and attitude with menstrual hygiene behaviors. The results of the study suggest to establish partnerships between schools and local health facilities to provide health promotion in the form of lecture and counseling conducted by health workers.

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Fauziah
Abstrak :
Masih buruknya praktik higiene menstruasi remaja dan rendahnya tingkat pengetahuan terkait higiene menstruasi di sekolah menengah pertama melatarbelakangi penelitian dengan desain studi potong lintang ini. Tujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik higiene menstruasi di SMP Negeri dan MTS Negeri di Kota Jakarta Selatan tahun 2014. Data primer diambil pada bulan Mei 2014 menggunakan kuesioner sampel pada 194 orang. Hasil penelitian proporsi praktik higiene menstruasi yang baik pada siswi SMPN adalah 47.4% dan pada siswi MTSN 33%. Pada siswi SMPN dan MTSN terdapat hubungan yang signifikan antara faktor predisposisi (sikap dengan OR 1.963 dan kepercayaan dengan OR 2.465) faktor pemungkin (ketersediaan pembalut di rumah dengan OR = 5.325 dan keterpaparan informasi dengan OR= 1.810), faktor penguat (dukungan teman sebaya dengan OR = 3.085 dan dukungan petugas kesehatan dengan OR = 2.377) dengan praktik higiene menstruasi di SMPN dan MTSN kota Jakarta Selatan tahun 2014. Disarankan kepada sekolah untuk mengoptimalkan penyuluhan kesehatan reproduksi dengan bantuan dukungan guru dan orang tua. ......Still poor menstrual hygiene practices of adolescents and low level of knowledge related to menstrual hygiene in middle school with a research background Design cross-sectional study. Objectives determine the factors associated with menstrual hygiene practices in SMP and MTS in South Jakarta in 2014. Primary data taken in May 2014 using a sample questionnaire in 194 people. The results of the study the proportion of good menstrual hygiene practices on SMPN students are 47.4% and 33% in girls MTSN. At SMPN ant MTSN student relationship exists menstrual hygiene practices with predisposing factors, namely attitude (OR = 1.963), trust (OR = 3,733), enabling factor is the availability of sanitary napkins at home (OR = 5,325), information exposure (OR=1.810), reinforcing factors peers support (OR = 3.085) and support health workers (OR = 1,810). Suggested to the school to optimize reproductive health education with the help of teacher support and parents.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55303
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilia Daracantika
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan menstrual cup di Komunitas Girls Menstrual Cup (G-Cup) Wilayah DKI Jakarta Tahun 2021. Penelitian ini merupakan penelitian metode cross-sectional menggunakan data primer yang dilakukan di Komunitas Girls Menstrual Cup (G-Cup) Wilayah DKI Jakarta pada bulan September sampai Oktober 2021 dengan jumlah sampel sebanyak 186 responden. Penggunaan menstrual cup sebagai variabel dependen, sedangkan usia, pendidikan, pengetahuan, persepsi, keterjangkauan, dukungan keluarga, pengaruh teman dan pengaruh influencer sebagai variabel independen. Terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan menstrual cup dengan usia muda (85,5%), pendidikan tinggi (95,2%), pengetahuan baik (54,3%), persepsi keperawanan yang baik (86,6%), keterjangkauan (95,7%), dukungan keluarga (66,7%), pengaruh teman (68,3%) dan pengaruh influencer (74,3%) (p<.05). Hasil penelitian ini menyarankan bagi komunitas untuk memberikan edukasi kepada masyarakat luas mengenai menstrual cup agar masyarakat dapat menerima dan beralih menggunakan menstrual cup serta sosialisasi penggunaan menstrual cup kepada petugas kesehatan di berbagai instansi kesehatan. ......This study is a cross-sectional method research using primary data conducted in the Girls Menstrual Cup (G-Cup) Community DKI Jakarta area from September to October 2021 with a total sample of 186 respondents. The use of menstrual cup as the dependent variable, while age, education, knowledge, perception, affordability, family support, influence of friends and influence of influencers as independent variables. There is a significant relationship between the use of menstrual cups with young age (85.5%), higher education (95.2%), good knowledge (54.3%), good virginity perception (86.6%), affordability (95 ,7%), family support (66.7%), friend influence (68.3%) and influencer influence (74.3%) (p<.05). The results of this study suggest for the community to provide education to the wider community about menstrual cups so that people can accept and switch to using menstrual cups and socialize the use of menstrual cups to health workers in various health agencies.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library