Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nicolas Layanto
Abstrak :
Methisilin Resistant Staphylococcus aureus MRSA adalah bakteri S.aureus yang resisten terhadap penisilin dan antibiotik golongan beta-laktam lainnya. Bakteri ini sering menyebabkan berbagai infeksi termasuk infeksi yang serius dengan mortalitas yang tinggi. Infeksi MRSA tidak hanya terbatas pada lingkungan rumah sakit saja, melainkan sudah menyebar ke komunitas. Metode pemeriksaan yang cepat untuk mendeteksi MRSA pada pasien diperlukan agar klinisi dapat segera menangani dengan baik. Metode biakan membutuhkan waktu hingga lebih dari 1 hari, sedangkan pemeriksaan PCR dapat memberikan hasil yang lebih cepat. Pemeriksaan PCR bertujuan untuk mencari gen mecA yang telah diketahui sebelumnya, berperan dalam mekanisme resistensi MRSA. Namun sekarang telah diketahui adanya MRSA dengan gen mecA negatif karena adanya peran gen lain yang juga dapat berperan yaitu mecC dan blaZ. Sehingga diperlukan pemeriksaan PCR yang dapat mendeteksi ketiga gen tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan uji skrining dan konfirmasi untuk deteksi MRSA. Optimasi multipleks PCR diawali dengan optimasi unipleks masing-masing gen mecA, mecC, dan blaZ. Uji coba telah dilakukan terhadap 30 isolat MRSA dan 30 isolat MSSA. Dari 30 isolat MRSA yang diuji diperoleh hasil hanya didapatkan perbedaan pada 3 isolat MRSA sedangkan pada isolat MSSA, unipleks dan multipleks PCR memperlihatkan hasil yang sama. Perbedaan yang tampak kemungkinan diakibatkan oleh bias PCR. Berdasarkan uji diagnostik diperoleh sensitivitas tertinggi tampak pada unipleks PCR mecA sensitivitas 95,83 sehingga dapat digunakan sebagai skrining, sedangkan spesifisitas tertinggi tampak pada multipleks PCR spesifisitas 100 sehingga dapat digunakan sebagai konfirmasi. Diperlukan uji lanjutan untuk konfirmasi peran blaZ pada MRSA. ...... Methicillin Resistant Staphylococcus aureus MRSA is S.aureus that resistant to penicillin and other beta lactam antibiotics. This bacteria often cause serious infection with high mortality. Methicillin Resistant Staphylococcus aureus infection is not only found in hospital, but it also spreads into community. Rapid detection of MRSA is needed to help clinicians in giving accurate treatment. The result obtained by culture method takes more than one day, while PCR result can be read in the same day. The common purpose of PCR assay is to detect mecA gene that known to be responsible for the occurance of resistant in MRSA isolates. Nowadays, there are some MRSA with negative mecA. In that case, mecC and blaZ may play an important role in resistant mechanism in MRSA. Therefore, new PCR method that can detect all of the three genes is needed. The purpose of this study is to develop method for screening and confirming MRSA. First, we conduct uniplex PCR for each gene mecA, mecC, and blaZ, followed by multiplex PCR. Furthermore, assay was performed to detect those genes from 30 MRSA and 30 MSSA isolates. All MSSA gave the same result of uniplex and multiplex PCR. From 30 MRSA isolates, three isolates showed discrepancies between uniplex and multiplex PCR result. It may be due to PCR bias. Uniplex PCR mecA can be used as a screening test since its high sensititivity sensitivity 95,83 , whereas multiplex PCR mecA, mecC, and blaZ may be used as a confirmation test due to its high specificity 100 . Another test is needed to confirm the detection of blaZ gene in MRSA isolates.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Lestari
Abstrak :
Kasa ber-framycetin sudah lama digunakan untuk menutup luka supaya tidak terjadi infeksi, terutama oleh bakteri Staphylococcus aureus. Belum diketahui apakah kasa ber-framycetin juga mempunyai daya hambat terhadap MRSA, yaitu bakteri Staphylococcus aureus yang sudah bermutasi resisten terhadap banyak antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat kasa yang mengandung framycetin terhadap MRSA dibandingkan dengan kasa yang mengandung parafin. Penelitian dilakukan dengan metode uji aktivitas bakterisidal kasa berframycetin dan kasa berparafin terhadap pertumbuhan bakteri MRSA secara in vitro. Kontrol positif adalah bakteri tanpa pemberian kasa. Kontrol negatif adalah medium uji tanpa bakteri dan kasa. Perolehan data berupa jumlah koloni MRSA yang tumbuh pada waktu pemaparan selama 0 menit, 30 menit, 2, 4, 6, dan 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan daya hambat kasa ber-framycetin terhadap pertumbuhan MRSA diperoleh sejak waktu pemaparan 30 menit sampai dengan 24 jam. Daya hambat kasa ber-framycetin secara statistik bermakna pada waktu pemaparan 2, 4, 6 dan 24 jam. Kasa berparafin memiliki daya hambat pada waktu pemaparan 4, 6, dan 24 jam, namun tidak bermakna secara statistik. Daya hambat kasa ber-framycetin berbeda bermakna dengan kasa berparafin pada waktu pemaparan 2, 4, 6, dan 24 jam. Pada pemaparan selama 4, 6, dan 24 jam, kasa ber-framycetin mempunyai daya bunuh terhadap bakteri MRSA. Daya hambat kasa ber-framycetin lebih baik dibandingkan kasa berparafin dan mempunyai kemampuan daya bunuh terhadap MRSA pada pengujian in vitro. ...... Framycetin gauze dressing has long been used to cover wounds in order to prevent infection, especially by Staphylococcus aureus. It has not been discovered whether framycetin gauze dressing also has inhibitory effect to MRSA, multidrugs resistant Staphylococcus aureus. This study aims to know the inhibitory activity of framycetin gauze dressing against MRSA compared with paraffin gauze dressing. This study was conducted using in vitro bactericidal activity test of framycetin gauze dressing and paraffin gauze dressing against MRSA. Positive control is bacteria without any dressings. Negative control is medium with neither bacteria nor any dressings. Data were in the form of the number of MRSA colonies after 0 minute, 30 minute, 2, 4, 6, and 24 hours exposure to those dressings. The result shows the inhibitory activity of framycetin gauze dressing against MRSA was obtained since 30 minutes exposure. This inhibitory activity is statistically significant at exposure time of 2, 4, 6, and 24 hours. Paraffin gauze dressing shows inhibitory activity at exposure time of 4, 6, and 24 hours but is not significant statistically. The inhibitory effect of framycetin gauze dressing is significantly different with paraffin gauze dressing after 2, 4, 6, and 24 hours exposure. On exposure for 4, 6, and 24 hours, framycetin gauze dressing has bactericidal activity to MRSA. Framycetin gauze dressing has greater inhibitory effect to MRSA compared with paraffin gauze dressing and has bactericidal activity in this in vitro study.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erina Nindya Lestari
Abstrak :
Infeksi bakteri Methicillin-resistant Staphylococcus aureus MRSA merupakan salah satu masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi di Asia, khususnya Indonesia dengan kepadatan penduduk yang juga tinggi sehingga berpengaruh terhadap penyebaran penyakit infeksi ini. Hingga saat ini, vankomisin merupakan antibiotik yang dapat digunakan untuk menangani infeksi MRSA. Untuk itu, perlu dikembangkan alternatif antibiotik agar dapat mencegah peningkatan penyakit infeksi akibat MRSA. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun kayu ulin Eusideroxylon zwageri terhadap MRSA dengan melihat konsentrasi hambat minimum KHM dan konsentrasi bunuh minimum KBM. Penelitian menggunakan metode makrodilusi ekstrak daun kayu ulin Eusideroxylon zwageri dan antibiotik vankomisin sebagai pembanding. Konsentrasi bakteri MRSA dalam penelitian ini sesuai dengan Mc Farland 0,5. Hasil penelitian menunjukkan terjadi kekeruhan pada tabung di setiap konsentrasi dan tumbuh koloni bakteri pada agar Mueller Hinton yang menunjukkan adanya bakteri MRSA. Oleh karena itu, dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun kayu ulin Eusideroxylon zwageri pada konsentrasi 1280 g/mL hingga 0,625 g/mL tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap MRSA. ......Bacterial infection of Methicillin resistant Staphylococcus aureus MRSA is one of the health problem with high prevalence in Asia, especially Indonesia with high population density that influence the spread of this infectious disease. Until now, vancomycin is an antibiotic that can be used to treat MRSA infection. It is necessary to develop alternative antibiotic in order to prevent the increase of infection due to MRSA. This study was conducted to determine the antibacterial activity of ironwood Eusideroxylon zwageri leaf extract against MRSA to see the minimum inhibitory concentration MIC and the minimum bactericidal concentration MBC. This research used macrodilution method with ironwood Eusideroxylon zwageri leaf extract and vancomycin as a comparison. Concentration of MRSA in this study based on Mc Farland 0,5. The results showed turbidity occured in tubes at each concentrations and bacterial colonies grown on Mueller Hinton Agar that indicate the presence of MRSA. Therefore, from this study we can conclude that the ironwood Eusideroxylon zwageri leaf extract at concentration of 1280 g mL until 0,625 g mL do not have antibacterial activity against MRSA.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70366
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Larasati
Abstrak :
Acinetobacter baumannii dan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus merupakan dua dari sekian banyak bakteri yang menginfeksi manusia. Infeksi bakteri tersebut menjadi semakin berbahaya akibat tingginya kejadian resistensi bakteri tersebut terhadap antibiotik. Keterbatasan antibiotik yang tersedia menyebabkan perlunya penggunaan bahan alternatif sebagai antibiotik, antara lain tanaman herbal yang banyak djumpai di Indonesia sebagai kekayaan hayati. Kalanchoe pinnata merupakan salah satu tanaman herbal yang sering digunakan untuk menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun Kalanchoe pinnata terhadap Acinetobacter baumannii dan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus. Penelitian ini dilakukan di Departemen Mikrobiologi dan Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Daun Kalanchoe pinnata diekstraksi dengan etanol. Sampel bakteri diambil secara acak dari koleksi kultur bakteri yang diisolasi dari pasien. Uji kepekaan dilakukan dengan metode mikrodilusi. Kalanchoe pinnata mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Acinetobacter baumannii dan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus. Konsentrasi Hambat Minimum dan Konsentrasi Bunuh Minimum ekstrak daun Kalanchoe pinnata terhadap Acinetobacter baumannii sebesar 144,9 mg/ml dan 289,8 mg/ml, sedangkan terhadap Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus sebesar 144,9 mg/ml; dengan Konsentrasi Bunuh Minimum yang tidak dapat ditentukan. ...... Acinetobacter baumannii and Methicillin Resistant Staphylococcus aureus are two out of many human infecting bacteria. These bacterial infections are becoming more threatening due to their high resistance towards antibiotics. This condition leads to a challenge in searching alternative substances that can be utilized as antibiotics. One way to obtain the substance is from herbs that are found all around Indonesia as its national plant heritage. Cocor Bebek Kalanchoe pinnata is one of the herbs that is often used to treat infections. The aim of this study is to investigate the antibacterial activity of leaves extract of Kalanchoe pinnata against Acinetobacter baumannii and Methicillin Resistant Staphylococcus aureus. This study was conducted at The Department of Microbiology and Pharmacy, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia. Leaves of Kalanchoe pinnata were extracted using ethanol as solvent. Bacterial samples were selected randomly from a culture collection isolated from patients. Susceptibility test was done by broth microdilution method. Kalanchoe pinnata has antibacterial activity against Acinetobacter baumannii and Methicillin Resistant Staphylococcus aureus. The Minimum Inhibitory Concentration and Minimum Bactericidal Concentration of Kalanchoe pinnata leaves extract against Acinetobacter baumannii are 144.9 mg ml and 289.8 mg ml, while for Methicillin Resistant Staphylococcus aureus is 144.9 mg ml unfortunately, its MBC cannot be determined.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library