Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cantik Putri Pratiwi Ningrum Djaen
"ABSTRAK
Latar Belakang: Sekitar 9-33% pasien penyakit trofoblas maligna (PTM) yang diobati dengan kemoterapi agen tunggal akan membutuhkan terapi multi agen karena adanya resistensi terhadap obat lini pertama, termasuk metotreksat (MTX), atau efek samping toksisitas. Hingga saat ini, resistensi terapi lini pertama masih menjadi masalah akibat tingkat identifikasi yang masih rendah. Sebelumnya, belum pernah dilakukan penelitian mengenai kadar Beta-HCG sebagai prediktor resistensi pada pasien PTM risiko rendah.
Tujuan: Mengetahui nilai prediktif kadar Beta-HCG untuk risiko resistensi metotreksat pada PTM risiko rendah.
Metode: Penelitian ini adalah studi analitik potong lintang menggunakan data rekam medis dari 58 subjek. Subjek adalah semua pasien yang terdiagnosis dengan PTM risiko rendah dan diberikan terapi MTX pada bulan Januari 2011 hingga Desember 2016 di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Pengambilan subjek dilakukan secara konsekutif. Subjek dengan data yang tidak lengkap atau adanya riwayat PTM sebelumnya dieksklusi dari penelitian ini.
Hasil: Prevalensi resistensi MTX yaitu 32,8%. Tidak ditemukan asosiasi bermakna antara karakteristik demografik (usia, paritas, pekerjaan, dan pendidikan) ataupun karakteristik klinis (riwayat kehamilan, interval antara kehamilan terakhir dan awal kemoterapi, ukuran tumor, riwayat gagal kemoterapi, lokasi dan jumlah metastasis) dengan resistensi MTX. Ditemukan perbedaan bermakna pada kadar Beta-HCG antara kelompok resistensi dan tidak resistensi pada siklus 4 (p<0,001), 6 (p<0,001), dan 8 (p<0,001). Perbedaan bermakna juga ditemukan pada perubahan kadar Beta-HCG dari awal hingga minggu kedua (p<0,001, AUC 0,8). Cut-off penurunan Beta-HCG sebesar 23% memiliki sensitivitas sebesar 78,9% dan spesifisitas sebesar 74,4% untuk memprediksi resistensi MTX.

ABSTRACT
Background: Approximately 9-33% patients with gestational trophoblastic neoplasia (GTN) treated with single agent chemotherapy would need multi agent chemotherapy, whtether due to resistance to first-line therapy, including methotrexate (MTX), or toxic side effect. Currently, resistance to first-line therapy is still a problem due to low identification rate. To this date, there are no studies regarding Beta-HCG level as a MTX resistance predictor for low risk GTN.
Purpose: Identify the predictive value of Beta-HCG level for the risk of MTX resistance in low risk GTN.
Methods: This was an analytical cross-sectional study using medical records of 58 subjects. Subjects were all patients diagnosed with low risk GTN and given MTX therapy during the period of January 2011 to December 2016 at Cipto Mangunkusumo Hospital. Consecutive sampling was done. Subjects with incomplete data or history of previous GTN were excluded from this study.
Results: The prevalence of MTX resistance was 32,8%. No significant association was found between demographic characteristics (age, parity, job, and education) or clinical characteristics (gestational history, interval between last pregnancy and the start of chemotherapy, tumor size, history of chemotherapy failure, location and number of metastasis) and MTX resistance. A significant difference in the level of Beta-HCG between resistance and non-resistance groups were found on cycle 4 (p<0,001), 6 (p<0,001), and 8 (p<0,001). A significant difference was also found in the change of Beta-HCG from the start to the second week of therapy (p<0,001, AUC 0,8). Beta-HCG decrease cut-off of 23% had the sensitivity of 78,9% and specificity of 74,4% to predict MTX resistance.
Conclusions: The prevalence of MTX resistance was 32,8% in this study. The decrease in Beta-hCG level from the start to the second week of therapy could be used as a MTX resistance predictor in low risk GTN patients."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Anindya Prathitasari
"Artritis reumatoid (AR) merupakan penyakit otoimun kronik terutama menyerang
sendi. AR dapat menyebabkan deformitas sendi yang menurunkan kualitas hidup
penderitanya. Penatalaksanaan AR dilakukan dengan terapi metotreksat (MTX)
dosis rendah yang berfungsi menghambat progresi penyakit. MTX memiliki efek
samping gangguan fungsi hati, yang didefinisikan sebagai peningkatan nilai SGOT dan atau SGPT hingga melebihi batas atas normal. Faktor yang diduga dapat
memengaruhi gangguan fungsi hati adalah jenis kelamin, usia, dosis kumulatif dan durasi terapi MTX. Prevalensi gangguan fungsi hati akibat pemberian MTX pada pasien AR di Indonesia masih belum diketahui. Penelitian ini bertujuan mencari proporsi gangguan fungsi hati akibat terapi MTX pada pasien AR di RSCM tahun 2013-2015 serta hubungannya dengan faktor yang berpengaruh. Data mengenai jenis kelamin, usia, dosis kumulatif dan durasi terapi MTX, nilai SGOT, dan nilai SGPT diperoleh dari 115 rekam medis pasien AR. Proporsi gangguan fungsi hati akibat terapi MTX pada pasien AR di RSCM adalah sebesar 42.60%. Jenis kelamin, usia, dosis kumulatif dan durasi terapi MTX tidak berpengaruh terhadap gangguan fungsi hati (p>0.05). Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kejadian gangguan fungsi hati dan faktor jenis kelamin, usia, dosis kumulatif dan durasi terapi MTX pada pasien AR yang diterapi MTX di RSCM tahun 2013-2015."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70311
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fita Fitrianti
"Latar Belakang. Artritis reumatoid merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan inflamasi kronik artikular dan non-artikular yang  dapat menimbulkan komplikasi berupa gangguan fungsi kognitif. Beberapa studi menunjukkan pemberian terapi Metotreksat mempengaruhi penurunan fungsi kognitif pada pasien AR. Belum ada studi di Indonesia yang menilai hubungan dosis MTX dengan fungsi kognitif pada pasien AR.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan fungsi kognitif sesudah pemberian terapi MTX selama 3 bulan dan mengetahui hubungan antara dosis MTX dengan fungsi kognitif pada pasien dengan AR.
Metode. Desain studi ini adalah kohort prospektif yang melibatkan 39 pasien baru terdiagnosis Artritis reumatoid berusia <60tahun di Poliklinik Reumatologi RSCM. Karakteristik demografi, parameter klinis dan penilaian kognitif didokumentasikan secara lengkap. Penilaian fungsi kognitif dilakukan dengan tes Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia (MoCA-Ina) yang sudah tervalidasi. Studi ini menggunakan analisis statistik uji Wilcoxon, analisis bivariat dan korelasi Spearman untuk menganalisis data dengan menggunakan software Stata 15.1.
Hasil. Terdapat 28% subjek dengan penurunan fungsi kognitif. Tidak ditemukan perbedaan bermakna terhadap fungsi kognitif global sesudah pemberian MTX selama 3 bulan. Analisis korelasi Spearman menunjukkan adanya korelasi negatif antara kadar dosis MTX dengan domain fungsi memori (r=-0,4,  p =0,01).
Kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan bermakna terhadap fungsi kognitif global sesudah pemberian MTX selama 3 bulan. Namun, terdapat korelasi negatif antara kadar dosis metotreksat dengan domain fungsi memori
......Background. Rheumatoid arthritis is an autoimmune disease causes chronic articular and non-articular inflammation with cognitive impairment as one of its complication. Several studies have shown that Methotrexate affects the decline of cognitive function in RA patients. There are no studies in Indonesia that have assessed the relationship between MTX and cognitive function in Indonesia. Aim. We aimed to know and to investigate the association between cumulative dose of MTX and cognitive function in patient with RA.
Methods. This is a prospective cohort study involving 39 subject with newly diagnosed Rheumatoid arthritis. Demographics characteristics, clinical parameters, and cognitive assessment were documented. Cognitive assessment was assessed based on validated Indonesian version of Montreal Cognitive Assessment (MoCA-Ina) test. This study used Wilcoxon, bivariate analysis and Spearman correlation to analyse the data.
Results. A total of 39 patients with RA, 28% were classified as cognitively impaired. There was no significant difference in global cognitive function after administration of MTX in 3 months. Spearman correlation analysis showed negative correlation between cumulative dose of MTX and memory function domain (r=-0.4, p=0.01).
Conclusion. There was no significant difference in global cognitive function after administration of MTX in 3 months. Cumulative dose of MTX negatively correlated with memory function domain."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fara Fauzia
"Pendahuluan. Artritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit autoimun yang bersifat sistemik dan kronik yang manifestasi utamanya melibatkan persendian. Tatalaksana AR membutuhkan terapi medikamentosa dan pendekatan gaya hidup. Salah satu tatalaksana AR adalah medikamentosa dengan metotreksat (MTX). Ada banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan terapi AR namun di Indonesia belum ditemukan studi yang meneliti obesitas terhadap keberhasilan terapi MTX pada pasien AR di Indonesia. Peneliti ingin mengetahui pengaruh obesitas terhadap ketidakberhasilan terapi MTX monoterapi pada pasien dengan AR.
Metode. Studi kohort retrospektif menggunakan data rekam medis Poli Reumatologi Penyakit Dalam, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada kurun waktu Maret 2017-Desember 2021. Dilakukan analisis deskriptif untuk melihat karakteristik sampel berdasarkan tiap variabel dan analisis regresi Cox yang dimodifikasi untuk melihat hubungan antara obesitas terhadap ketidakberhasilan terapi MTX.
Hasil. Dari 72 subyek, proporsi ketidakberhasilan terapi pada pasien obesitas adalah 57.1% (20/35), sementara pada pasien yang tidak obesitas adalah 37.8% (14/37). Risiko ketidakberhasilan terapi MTX pada pasien dengan obesitas adalah 1,45 kali dibandingkan pasien yang tidak obesitas (RR 1,45; 95% CI 0,76-2,78). Faktor jumlah sendi yang terlibat, faktor RF, faktor C-reactive protein, usia, laju endap darah, jenis kelamin, dan onset awal sakit bukan merupakan faktor perancu pada studi ini.
Kesimpulan. Pada studi ini, pasien AR dengan obesitas meningkatkan risiko untuk mengalami ketidakberhasilan terapi MTX dibandingkan pasien AR tanpa obesitas, namun diperlukan studi lebih lanjut menggunakan sampel yang lebih besar untuk meningkatkan kekuatan statistik.
......Introduction. Rheumatoid arthritis (RA)) is a systemic and chronic autoimmune disease which main manifestations involve the joints. AR management requires medical therapy and a lifestyle approach. One of the AR treatments is medication with methotrexate (MTX). There are many factors that influence the success of AR therapy but in Indonesia there has not been found a study that examines obesity on the success of MTX therapy in AR patients in Indonesia. Researchers wanted to know the effect of obesity on the failure of MTX monotherapy in patients with AR
Methods. A retrospective cohort study using medical records from the Rheumatology Internal Medicine Polyclinic, Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) from March 2017 to December 2021. A descriptive analysis was performed to see the sample characteristics based on each variable and a modified Cox regression analysis to see the relationship between obesity and failure of MTX therapy.
Results. Of the 72 subjects, the proportion of treatment failure in obese patients was 57.1% (20/35), while in patients who were not obese it was 37.8% (14/37). The risk of MTX treatment failure in obese subjects was 1.45 times that of non-obese patients (RR 1.45; 95% CI 0.76-2.78). Number of joints involved, RF factor, C-reactive protein factor, age, erythrocyte sedimentation rate, gender, and early onset of illness were not confounding factors in this study.
Conclusion. In this study, RA patients with obesity have an increased risk of MTX treatment failure MTX compared to RA patients without obesity, but further studies using larger samples are needed to increase statistical power."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library