Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Christina Natalia Wijaya
"Microbial Fuel Cell (MFC) merupakan seperangkat alat yang menggunakan mikroorganisme sebagai biokatalis untuk mengoksidasi senyawa organik dalam metabolismenya. Metabolisme sel mikroorganisme melibatkan proses transfer elektron yang dapat digunakan untuk memproduksi tegangan dan arus listrik. Arus listrik dapat dihasilkan bila terdapat senyawa mediator dalam kompartemen anoda yang akan melakukan penetrasi ke dalam membran plasma sel, kemudian mengambil elektron dari rantai transfer elektron mikroorganisme tersebut serta membawanya menuju ke permukaan elektroda. Pada penelitian ini digunakan kultur mikroorganisme campuran dari air limbah rumah potong hewan (RPH) Rangkapan Jaya Depok dengan substrat senyawa organik dalam air limbah RPH tersebut. Dilakukan pengukuran arus dan tegangan yang dihasilkan dalam sistem MFC dua kompartemen tanpa dan dengan penambahan mediator dari luar yang dipisahkan oleh suatu Proton Exchange Membrane (PEM) Nafion menggunakan elektroda arang kayu besi. Tanpa penambahan mediator didapat densitas arus listrik maksimum 0,262 µA.cm-2 dan densitas tegangan maksimum 16,303 mV.cm-2. Penggunaan mediator methylene blue (MB) yang diimobilisasi pada elektroda menghasilkan densitas arus listrik maksimum 0,329 µA.cm-2 dan densitas tegangan maksimum 33,526 mV.cm- 2. Penggunaan mediator ferrocene dicarboxylic acid (FcDA) dalam bentuk larutan menghasilkan densitas arus maksimum 2,211 µA.cm-2 dan densitas tegangan maksimum 33,75 mV.cm-2. Feeding glukosa pada menit ke-15 dan 45, tidak meningkatkan tegangan dan arus listrik yang dihasilkan."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S30489
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ervita Shelvia Anggraeni
"Pada penelitian ini dilakukan fotodegradasi metilen biru dengan menggunakan katalis berbagai morfologi TiO2 (TiO2 nanocube dan TiO2 nanospindel) yang diintegrasikan dengan nanopartikel Au. Pengujian aktivitas fotokatalitik untuk degradasi metilen biru dilakukan dengan menggunakan sinar tampak. Hasil karakterisasi XRD membuktikan bahwa nanopartikel TiO2 nanocube dan TiO2 nanospindel memiliki struktur kristal tetragonal. Aktivitas fotokatalitik nanopartikel TiO2 mengalami peningkatan karena dapat aktif pada daerah sinar tampak setelah diintegrasikan dengan nanopartikel emas, didukung melalui hasil karakterisasi UV-Vis DRS yaitu nilai energi band gap pada kedua Au-TiO2 nanohybrids sebesar 3.3 eV. Studi aktivitas fotokatalitik TiO2 nanocube, TiO2 nanospindel dan Au-TiO2 nanohybrids diamati dengan reaksi degradasi metilen biru dibawah sinar tampak. Persentase degradasi pada konsentrasi 0.01 mM TiO2 nanocube yaitu 27,11%, TiO2 nanospindel sebesar 35,59 %, pada Au-TiO2 nanocube yaitu 40 %, dan Au-TiO2 nanospindel 55,67 % selama 1 jam waktu penyinaran. Perhitungan kinetika reaksi fotodegradasi metilen biru didapatkan bahwa Au-TiO2 nanohybrids mengikuti kinetika orde satu.

In this study photodegradation of methylene blue using Au-TiO2 nanohybrids, TiO2 nanocube, TiO2 nanospindel as catalyst. Photocatalytic activity test for degradation of methylene blue using visible light. Characterization with XRD proves TiO2 nanocube and TiO2 nanospindle have a tetragonal structure, Photocatalytic activity of TiO2 nanoparticles can be active in visible light radiation after it modified by Au nanoparticles, UV-Vis DRS has proven that nanohybrids have band gap energy of 3.3 eV. The study of photocatalytic activity TiO2 nanocube, TiO2 nanospindle, and nanohybrids Au-TiO2 were observed with methylene blue degradation using visible light radiation. Percentages of degradation at the concentration of 0,01 mM. TiO2 nanocube is 27,11%, TiO2 nanospindle is 35,59%, nanohybrids Au-TiO2 nanocube is 40% and nanohybrids Au-TiO2 spindle is 55,67% for 1 hour irradiation time.  In study of reaction kinetics shows that degradation of methylene blue followed the pseudo-first order kinetics."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuriana Pramitasari
"Abstrak Metilen biru secara luas digunakan sebagai indikator biologi, karena nilai absorptivitasnya yang cukup besar, sehingga penggunaan metilen biru menjadi cukup efisien karena dapat diselidiki dalam konsentrasi rendah (< 10-5 M). Interaksi metilen biru (MB) dengan sodium dodesil sulfat (SDS) pada fasa bulk dan di permukaan cair/gas cukup kuat dan menghasilkan intensitas yang lebih besar dibandingkan metilen biru sendiri. Penambahan SDS di bawah critical micelle concentration (CMC) normal dalam larutan MB menyebabkan penurunan absorbansi metilen biru dalam fasa bulk, yang diakibatkan terjadinya kompleks MB-SDS yang teradsorpsi pada permukaan cair/gas. Sedangkan penambahan SDS di atas CMC normal memperlihatkan molekul SDS telah jenuh teradsorpsi di permukaan dan mulai membentuk misel. Misel tersebut akan berinteraksi kuat dengan DS- di permukaan misel-cair yang menyebabkan kenaikan nilai absorbansi metilen biru. Fenomena ini secara langsung dapat diusulkan untuk mengamati dan menentukan nilai CMC SDS dengan menggunakan indikator metilen biru. Teknik analisis spesies kimia permukaan dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS dan metode centrifugal liquid membran (CLM). Dari hasil data pengamatan menggunakan spektrofotometer UV-VIS, didapat nilai absorbansi hanya untuk fasa bulk sedangkan dengan menggunakan metode CLM, nilai absorbansi yang diamati adalah total nilai absorbansi pada fasa bulk dan permukaan cair/gas. Sehingga dengan menggunakan CLM-spektrofotometri ini dapat dipelajari interaksi yang terjadi antara metilen biru dan SDS pada permukaan cair/gas atau misel/cair, selain itu juga dengan metode ini dapat mengetahui jumlah metilen biru yang dapat berinteraksi dengan molekul SDS pada sistem permukaan diatas. Kata kunci : metilen biru, SDS, misel, permukaan cair/gas, CLM, spektrofotometri X + 61 hlm. ; gbr. ; lamp. ; tab. Daftar pustaka : 17 (1989-2005)"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utama Putra
"Microbial Fuel Cel/ (MFC) adalan seperangkat alat yang menguban energi kimia dari proses metabolisme mikroba menjadi energi listrik mikroba (Eschericia coli) dapat digunakan untuk memproduksi Iistrik karena pada proses metabolismenya melibatkan transfer elektron Mediator seperti methylene blue (IVIB), merupakan senyavva yang dapat mengambil elektron dari rantai transfer elektron bakteri dan dibavva ke permukaan elektroda agar terjadi aliran listrik. Mediator IVIB ternyata memiliki sifat anti mikroba Namun, berdasarkan uji aktivitas anti mikroba, konsentrasi mediator IVIB yang digunakan pada penelitian ini tidak terlalu toksik_ Pada aplikasi IVIFC, jumlan optimal IVIB terimobilisasi pada elektroda karbon sebesar 0,0053 g dengan produksi Iistrik sekitar 39,4 pA, 244,2 mV, sementara pada IVIB 0,0021 g sekitar 21,6 pA, 219,6 mV dan pada IVIB 0,0085 g sekitar 13,6 pA, 196,5 mV. Optimasi produksi Iistrik disebabkan olen banyaknya elektron yang ditransfer menuju elektroda dalam nal ini anoda dan keoilnya nambatan pada elektroda tersebut Penambanan substrat glukosa seoara berkala dapat membuat produksi Iistrik menjadi stabil karena glukosa dibutunkan untuk kelangsungan nidup E. coli."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30327
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kharisma Amalia Lukman
"Jika timah digunakan sebagai bahan pembungkus untuk makanan dan minuman, akan ada Sn yang terlarut dalam jumlah yang sangat kecil yaitu sekitar 0.06 ppm dalam makanan atau minuman tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar timah menggunakan metode spekrofotometri DRS UV-Vis berdasarkan reduksi dengan metilen biru oleh Sn dalam medium admisel γ- Al2O3/HDTMA-Br. Gamma-alumina diperoleh melalui kalsinasi (NH4)Al(SO4)2.12H2O pada suhu 900 °C selama 6 jam. Admisel γ- Al2O3/HDTMA-Br dipreparasi melalui adsorpsi surfaktan HDTMA-Br pada γ- alumina pada CAC (Critical Admicelle Concentration) optimum, nilai ini diperoleh dari kurva isoterm adsorpsi HDTMA-Br pada γ-alumina. Hasil penelitian menunjukkan pembentukan admisel γ-Al2O3/HDTMA-Br terjadi pada pada pH 10 dan konsentrasi HDTMA-Br 800 μM. Struktur kristal γ-Al2O3 dikarakterisasi melalui metode x-ray diffraction dan pembentukan admisel γ- Al2O3/HDTMA-Br dikarakterisasi dengan FT-IR. Penentuan kadar Sn2+ dengan metode ini berdasarkan pada reduksi metilen biru oleh SnCl2 dalam larutan HCl. Pengurangan warna metilen biru sebanding dengan konsentrasi Sn2+ dalam larutan¸ dengan asumsi bahwa semua Sn2+ dalam larutan teroksidasi oleh metilen biru dalam media admisel. Dalam penelitian ini, konsentrasi SnCl2 minimum yang mereduksi metilen biru adalah Sn 5.3 x 10-7 M.

In case of tin (Sn) is used in the packaging material for food or beverage, a very small quantity of Sn will be dissolved in the food or drink around 0.06 ppm. This study is aimed to determine the Sn concentration using DRS UVVis Spectrophotometry method based on the reduction of methylene blue adsorption in γ-Al2O3/HDTMA-Br admicelle medium. γ-alumina was obtained calcination of (NH4)Al(SO4)2.12H2O at a temperature of 900 °C for 6 hours. γ-Al2O3/HDTMABr admicelle was prepared by adsorption of HDTMA-Br surfactant in γ-alumina at the optimum CAC (Critical Admicelle Concentration) value¸ which was obtained from the adsorption isotherm curve of HDTMA-Br surfactant on γ- alumina. The results showed that the formation of γ-Al2O3/HDTMA-Br admicelle optimum occurred at pH 10 and HDTMA-Br concentration of 800 μM. The crystal structure of γ-Al2O3 was characterized by x-ray diffraction method and the formation of γ-Al2O3/HDTMA-Br admicelle was characterized by FT-IR. The determination of Sn2+ was conducted based on the reduction of methylene blue by SnCl2 in HCl solution. The decolorization of methylene blue is equivalent with the Sn2+ concentration in solution¸ assumed that all Sn2+ in solution were oxidized by methylene blue in admicelle medium. In this study, the minimum concentration of SnCl2 was found Sn 5.3x 10-7 M."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30709
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Aliah Sanada
"Zat warna kationik Methylene Blue (MB) yang bersifat non biodegradable dapat dihilangkan dengan metode adsorpsi menggunakan karbon aktif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kombinasi optimum pH, dosis adsorben, dan waktu kontak dalam adsorpsi MB menggunakan karbon aktif komersial berbahan dasar tempurung kelapa (KATK) dan batu bara (KABB) dengan sistem batch dan metode two level full factorial design. Readsorpsi menggunakan karbon aktif jenuh yang telah diregenerasi dengan aseton 60% juga dilakukan untuk mengetahui efisiensi regenerasinya. Hasil penelitian menunjukkan penyisihan tertinggi oleh KATK sebesar 80,39% pada pH 9,5, dosis 6,5 g, dan waktu kontak 100 menit. Sedangkan, penyisihan oleh KABB mencapai 99,82% pada pH 7,5, dosis 6 g, dan waktu kontak 90 menit. Dari proses readsorpsi diperoleh penyisihan dengan KATK sebesar 48,54% dan KABB sebesar 66,79%. Efisiensi regenerasi KATK dan KABB yaitu 56,61% dan 66,79%. Data equilibrium adsorpsi MB menunjukkan kecocokan dengan model isoterm Langmuir untuk kedua jenis karbon aktif. Aplikasi di lapangan juga dibahas berdasarkan model isoterm adsorpsi tersebut.

Non-biodegradable cationic dye Methylene Blue (MB) can be removed by adsorption method using activated carbon. This study was conducted to determine the optimum combination of pH, adsorbent dosage and contact time on the MB adsorption using activated carbon made from coconut shell (KATK) and coal (KABB) through a batch system and two-level full factorial design method. The readsorption using spent activated carbon regenerated by acetone 60% was also conducted to determine the regeneration efficiency. The highest removal of KATK is 80.39% at pH 9.5, dose 6.5 g, and contact time 100 minutes. Meanwhile, KABB reaches 99.82% at pH 7.5, dose 6 g, and contact time 90 minutes. Removal from the readsorption process is 48,57% for KATK and 66,79% for KABB. Regeneration efficiency of KATK and KABB is 56.61% and 66.79%. Equilibrium data of MB adsorption is closely fit to Langmuir isotherm for both activated carbons. The field application is also discussed based on that isoterm model."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57062
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Rully Indrawan
"Titanium dioksida (TiO2) memiliki sifat yang ramah lingkungan seperti nontoxic, relatif tidak terlalu mahal dan stabil. Karena kelebihannya, TiO2 terus dikembangkan untuk kegiatan yang positif bagi lingkungan, salah satunya untuk mendegradasi polutan organik. Akan tetapi, energi band gap dari TiO2 yang cukup lebar (sekitar 3,2 eV) yang setara dengan cahaya UV sehingga aktifitas fotokatalitiknya hanya terbatas pada daerah UV dan tidak dapat digunakan pada daerah sinar tampak. Sementara itu sistem Dyes Sensitized Solar Cell (DSSC) relatif sukses mengkonversi sinar matahari menjadi energi listrik. Sistem ini kemudian dikembangkan dengan mengganti dye (zat warna) dengan quantum dots CdS, dan memodifikasi bagian TiO2 yang tidak dilapisi TiO2 sebagai zona katalisis. Terkait permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana preparasi TiO2 termodifikasi dalam degradasi methylene blue dengan sistem zona katalis berbasis QDSSC. Penelitian ini dilakukan dengan metode anodisasi untuk mendapatkan TiO2 dengan morfologi nanotube yang dilanjutkan dengan kalsinasi pada suhu 450⁰C untuk membentuk fasa kristal TiO2. Imobilisasi CdS nanopartikel pada TiO2 nanotube (TNTAs) dilakukan dengan metode SILAR (Succesive Ionic Layer Adsorption and Reaction)-Ultrasonikasi. Karakterisasi terhadap TNTAs/TNTAs-CdS meliputi Field Emmision Scanning Electron Microscope (SEM), UV-Vis Diffuse Reflectance Spectrometry (DRS), X-ray Diffraction (XRD), dan Fourier Transform Infra Red (FTIR). Pada proses degradasi, dengan sistem QDSSC termodifikasi, yang dilakukan selama 30 menit terjadi penurunan konsentrasi methylene blue sebesar 59%.

Titanium dioxide (TiO2) is an environmentally friendly such as nontoxic, relatively inexpensive and stable. Because of its advantages, TiO2 has been being developed for activities that are positive for the environment, one of them is to degrade organic pollutants. However, the energy band gap of TiO2 is quite wide (about 3.2 eV) which is equivalent to UV light so that the photocatalytic activity is confined to the UV region and can not be used in the visible light region. While the Dyes Sensitized Solar Cell (DSSC) system is relatively success converting sunlight to electricity. This system subsequently further developed by replacing dye with CdS quantum dots, and modify parts of TiO2 which is uncoated as catalysis zone. Related to these problems, researcher is interested to know how the modified DSSC can be utilized in degrading methylene blue. The TiO2 nanotube (TNTAs) morphology was obtained by anodizing titanium metal, followed by calcination at 450⁰C temperature to get a crystal phase of TiO2. Immobilization of CdS nanoparticles on TiO2 nanotube (TNTAs) was conducted by using SILAR (Succesive Ionic Layer Adsorption and Reaction) method. Characterization of TNTAs/TNTAs-CdS include Scanning Electron Microscope (SEM), UV-Vis Diffuse Reflectance Spectrometry (DRS), X-Ray Diffraction (XRD) and Fourier Transform Infra Red (FTIR). The catalyze zone of modified QDSSC was applied to degrade methylens blue (MB) in water, where approximately 59% MB was eliminated during 30 minutes."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60913
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Claudia
"Limbah zat warna merupakan salah satu kontributor terbesar dalam terjadinya polusi air. Degradasi limbah zat warna menggunakan suatu fotokatalis perlu dilakukan untuk menangani permasalahan limbah tersebut. CuBi2O4 dan CuO merupakan suatu semikonduktor tipe-p berbasis oksida logam yang memiliki celah pita sempit, menunjukkan respons yang sangat baik terhadap cahaya tampak, dan dapat digunakan sebagai fotokatalis. Akan tetapi, kedua  material tersebut menunjukkan aktivitas fotokatalitik yang buruk akibat laju rekombinasi pasangan elektron dan hole yang cepat, sehingga sintesis material heterojunction dilakukan untuk mengatasi kekurangan ini. Komposit CuBi2O4/CuO disintesis dengan berbagai variasi rasio massa CuBi2O4:CuO (1:1, 1:2, dan 2:1) menggunakan metode grinding annealing. Lebih lanjut, CuBi2O4/CuO CuBi2O4, dan CuO yang dihasilkan kemudian dikarakterisasi menggunakan instrumen XRD, FTIR, UV-Vis DRS, dan TEM. CuBi2O4 dan CuO menunjukkan celah pita sebesar 1,76 eV dan 1,55 eV. Perubahan nilai energi celah pita teramati ketika modifikasi dilakukan, yakni 1,73 eV, 1,70 eV, dan 1,59 eV. Pengujian aktivitas fotokatalitik terhadap metilen biru di bawah cahaya tampak selama 180 menit menunjukkan bahwa sintesis CuBi2O4/CuO efisien dalam meningkatkan aktivitas fotokatalitiknya dengan persentase degradasi sebesar 81,1%. Sedangkan CuO dan CuBi2O4 masing-masing menunjukkan persentase degradasi sebesar 73,3% dan 64,2%.

Dye waste is one of the biggest contributors to water pollution. Degradation of dye waste using a photocatalyst needs to be done to deal with this waste problem. CuBi2O4 and CuO are metal oxide-based p-type semiconductors that have a narrow band gap, responsive to visible light, and can be used as photocatalysts material. Synthesis of CuBi2O4 and CuO using solvothermal and hydrothermal methods was successfully carried out which was confirmed by XRD, FTIR, TEM, and UV-Vis DRS. CuBi2O4 and CuO show bandgap energy 1.76 eV and 1.55 eV, respectively. However, both materials exhibit poor photocatalytic performance due to the fast recombination rate of electron-hole pairs, so that the synthesis of heterojunction materials was carried out to overcome this deficiency. CuBi2O4/CuO composite was synthesis by grinding annealing method using various CuBi2O4:CuO mass ratios (1:1, 1:2, and 2:1). Furthermore, CuBi2O4/CuO composite were characterized using XRD, FTIR, UV-Vis DRS, and TEM. Changes in the value of the band gap energy observed when modifications were made to 1.73 eV, 1.70 eV and 1.59 eV. The heterojunction CuBi2O4/CuO showed an enhanced photocatalytic performance with 81,1% removal of methylene blue within 180 min of visible light irradiation, compared to the results obtained with the pristine materials. While CuO and CuBi2O4 only showed 73,3% and 64,2% removal of methylene blue within 180 min of visible light irradiation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfred Albert
"Campuran Oksida Seng/Titanium Dioksida/Oksida Tembaga (ZnO/TiO2/CuO) dengan lima variasi rasio molar CuO disintesis dengan menggunakan metode sol-gel dan dikarakterisasi menggunakan Energy Dispersive X-Ray (EDX), X-Ray Diffraction (XRD), Field Emission Scanning Electron Microscope (FESEM) dan UV-visible Diffuse Reflectance Spectroscopy (UV- DRS). Aktivitas fotokatalitik diamati menggunakan larutan metilen biru (MB) di bawah pemaparan sinar Ultraviolet (UV) dan cahaya tampak dengan metal oksida ZnO/TiO2 sebagai pembanding. Hasil aktivitas fotokatalitik menunjukkan sampel dengan rasio molar CuO sebesar 0.5 dapat mendegradasi lebih baik di bawah paparan sinar UV dan cahaya tampak. Kondisi optimum aktivitas fotokatalitik didapatkan pada kondisi pH 13, dosis fotokatalis 0.2 g/L dan konsentrasi awal MB 20 mg/L baik di bawah paparan sinar UV maupun cahaya tampak.

Zinc Oxide/Titanium Dioxide/Copper Oxide (ZnO/TiO2/CuO) metal oxide mixture with five various CuO molar ratio were synthesized using sol-gel method and were characterized by Energy Dispersive X-Ray (EDX), X-Ray Diffraction (XRD), Field Emission Scanning Electron Microscope (FESEM) and Ultraviolet- visible Diffuse Reflectance Spectroscopy (UV-DRS). Photocatalytic activities were observed by using methylene blue (MB) solution under Ultraviolet (UV) light and visible light irradiation using photocatalytic activity of ZnO/TiO2 metal oxide mixture as comparison. The result shows sample with 0.5 ratio molar of CuO have higher degradation capability on both UV light and visible light irradiation. Photocatalytic activity optimum condition were obtained at pH 13, 0.2 g/L of photocatalyst and 20 mg/L of MB initial concentration."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60216
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunarko
"Telah dilakukan penelitian poli-vinil alkohol (PVA) yang dikopolimerisasiradiasi dengan N-isopropii akrilamid (NEPAAm) untuk menghasilkan hidrogel peka sxihu yang memiliki sifat mekanis baik, dan bisa diraanfaatkan sebagai matrik penglepasan terkendali. Larutan sair^el beku yang terdiri dari PVA 5, 10, 15% bA^ dan NIPAAm 0, 5, 10, 15, 20% bA^ diiradiasi secara simultan dengan dosis 20, 30, 40, 50 kGy pada suhu 0°C. Hidrogel yang dihasilkan diukur "swelling ratio"nya pada berbagai suhu, pH, dan campuran air-metanol, dan dilakukan uji kinetika penglepasan dari biru metilen yang dipenetrasikan ke dalam hidrogel tersebut menggunakan alat uji disolusi. Data penelitian menunjukkan; iradiasi dengan dosis 30 kGy pada laju dosis 10 kGy/jam dari san^l yang terdiri atas NIPAAm 15% bA^ dan PVA 5%, 10%, dan 15% h/v menghasilkan hidrogel yang diharapkan, yaitu elastis dan peka suhu ("LCST" 34°- 37°CX dimana hidrogel ini memiliki pola "swelling ratio" yang mengecil dengan menin^catnya suhu dan persentase metanol dan hanya dipengaruhi pH pada daerah pH basa. BCinetika penglepasan biru metilen pada suhu 37°C mengikuti model difiisi non-Fickian orde satu dan pmglepasan pada suhu 15°C lebih cepat dibanding^n penglepasan pada suhu 37°C.

Poly-vinylalcohol (PVA) copolymerized by irradiation with poly-Nisopropylacrylamide (NlPAAm) have been researched in order to obtain good mechanical properties thermo-responsive hydrogel that can be proposed as controlled drug delivery matrix. Freezed sampel solutions that consist of 5, 10, 15% w/v of PVA and 0, 5, 10, 15, 20% w/v of NIPAAm were irradiated with 20, 30, 40, 50 kGy simultaneously at 0°C. The swelling ratio of the resulting hydrogel were measured in different temperatures, pHs and water-methanol mixture solutions, and the release of methylene blue tlAt loaded into tihis PVA-co- NIPAAm hydrogels were tested using dissolution tester apparatus. Irradiation 30 kGy at dose rate 10 kGy/hour of sampel that consist of PVA 5%, 10%, 15% w/v and NIPAAm 15% m/v have produced elastic and thermo-responsive hydrogels (LCST 34°-37°C) that have decreasing swelling ratio profile due to increasing of temperature and methanol amount, also influenced by pH at basic range only. The release of methylene blue at 37°C followed non-Fickian diflusion first orde model and the release rate at 15°C fester than at 37°C one.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>