Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"The Objectives of this study were to determine cadmium and lead concentration in the breas milk of healthy lactating women who were living in Zarrinshar, an industrial area of Iran and to investigate the effect of mother's age, parity and smoking habits in families living in the vacinity of areas contaminated with heavy metals."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmunaya
"ABSTRAK
Susu fermentasi telah terkenal sejak lama. Banyak negara-negara terutama di Eropa dan Timur tengah mempunyai minuman tradisional dari susu fermentasi ini. Sebagai organisme fermentasi dapat dipakai bakteri-bakteri dari spesies-spesies Lactobasilus, Bacilus, Stroptococcus ataupun ragi yang dapat memfermentasi laktosa. Kegunaan dari susu fermentasi belum dikethui dengan jelas.
Pada penelitian ini komponen-komponen utama yaitu laktosa, protein, leenit, dan asam laktat juga berat jenis dari susu sebelum dan sesudah fermentasi dibandingkan secara kualitatif. Untuk penelitian ini dijabarkan 3 jenis susu yaitu susu segar, susu bubuk full cream dan susu tanpa lemak. Sebagai organisme fermentasi dipakai laktobasilus bulgaricus.
Penentuan kadar protein dilakukan dengan cara Kjeldahl,penentuan kadar laktosa berdasarkan sifat nereduksinya yaitu ditambahkan dengan reagon cupri berlebihan, kemudian kelebihan cupri ditentukan secara jodometri. Penentuan kadar non dengan cara asam basa dengan menggunakan larutan NaOH. sedang penentuan kadar lemak dilakukan secara gravinetri dan penentuan jenis menggunakan piknometer.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kadar laktosa akan turun secara menyolok setelah difermentasi. sebaliknya kadar asam akan naik. Sedangkan kadar protein dan lemak tidak banyak mengalami perubahan. Tetapi sampai sekaran belum diketahui dengan pasti zat apa yang berkhasiat terhadap tubuh, sehingga perlu diadakan penelitian lebih lanjut."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1980
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ied Imilda
"Latar belakang: Pemberian nutrisi pada bayi prematur merupakan tantangan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang optimal serta mencegah terjadinya Extra uterine Growth Retardation karena fungsi anatomis dan fisiologis yang belum sempurna. Pemberian fortifikasi pada ASI prematur merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kalori tanpa harus menambah jumlah volume. Konsekuensinya ASI harus dipompa, ditampung, ditransport ke rumah sakit, disimpan, difortifikasi dengan Human Milk Fortifier, dan selanjutnya diberikan kepada bayi. Risiko kontaminasi dapat terjadi di setiap proses yang dilakukan. Pencampuran yang dilakukan di setiap jadwal minum sering menyebabkan ASI bersisa dan terbuang, karena kebutuhan dan kemampuan jumlah minum bayi yang masih sedikit, juga lebih berisiko terjadi kontaminasi karena kontak berulang dengan ASI. Pencampuran ASI dan HMF yang dibuat sekaligus dalam jumlah untuk kebutuhan 24 jam dan disimpan didalam lemari pendingin bersuhu 40C belum pernah dilakukan di unit neonatologi RSCM.
Tujuan: Untuk melihat perbedaan angka kontaminasi kuman pada ASI perah, segera setelah dicampur dengan Human Milk Fortifier pada suhu 370C, dibandingkan dengan pencampuran pada suhu 40C dan kemudian disimpan selama 24 jam pada suhu 40C.
Metode: Randomized Control Study dilakukan selama Januari-April 2021 di unit Neonatologi RSCM Jakarta pada 52 subjek, yaitu ibu yang memiliki bayi dengan usia gestasi kurang dari 34 minggu dan atau berat lahir kurang dari 2000 gram. Pemeriksaan sampel berasal dari ASI perah yang dicampur HMF dan dilakukan pemeriksaan kultur untuk mengetahui pola kuman dan jumlah kolonisasi untuk mengetahui ASI yang terkontaminasi. Sampel terdiri dari 3 bagian, kelompok kontrol (26 sampel), pencampuran ASI dan HMF dengan suhu 370C, kelompok perlakuan pre (26 sampel) yaitu pencampuran ASI dan HMF dengan suhu 40C serta kelompok perlakuan post (berasal dari sampel kelompok pre yang dibagi menjadi 2 bagian) yang disimpan selama 24 jam pada suhu 40C. Hasil: Tidak terdapat perbedaan angka kontaminasi yang bermakna pada kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan post (p=0,565), juga pada kelompok perlakuan pre dan post (0,107%). Jumlah kontaminasi pada kelompok kontrol sebanyak lima belas sampel (57,69%), kelompok perlakuan pre sebanyak 17 sampel (65,38%) dan perlakuan post sebanyak 18 sampel (69,23%).
Simpulan: Tidak ada peningkatan risiko kontaminasi pada pencampuran ASI dengan HMF pada suhu 40C dibandingkan suhu 370C dan pada penyimpanan ASI perah yang dicampur dengan Human Milk Fortifier selama 24 jam pada suhu 40C.

Background: Providing nutrition to premature babies is a challenge to encourage optimal growth and development and prevent Extra uterine Growth Retardation due to imperfect anatomical and physiological functions. Fortification of preterm human milk is one way to increase calories without increasing the volume. As a consequence, human milk must be pumped, collected, transported to the hospital, stored, fortified with Human Milk Fortifier, and then given to babies. The risk of contamination can occur in every process that is carried out. Mixing the human milk at each drinking schedule often results in leftover milk and wasted, due to the need and ability is still small in quantity to drink, is also more at risk of contamination due to repeated contact with human milk. Mixing human milk and HMF which is made together in quantities for 24 hours needs and stored in a refrigerator at 40C has never been done in the RSCM neonatology unit.
Objective: To determine the bacterial contamination of fortification human milk immediately after being mixed at temperature of 370C compared with mixing at 40C and then stored for 24 hours at 40C.
Methods: The randomized control study was conducted during January-April 2021 in the Neonatology unit of Cipto Mangunkusumo General Hospital, Jakarta on 52 subjects, who have babies with less than 34 weeks of gestational and or birth weight less than 2000 grams. Fortification of human milk was examined by doing culture to determine the bacterial contamination pattern and the number of colonization. The sample was divided into 3 parts, the control group (26 samples), fortification of human milk at 370C of temperature, the pre-treatment group (26 samples), fortification of human milk at 40C of temperature, and the post-treatment group (derived from the pre-group sample which was divided into 2 parts) stored for 24 hours at 40C.
Results: There was no significant difference in the number of contamination between the control and the post treatment group (p = 0.565), also in the pre and post treatment group (0.107%). The amount of contamination in the control group was fifteen samples (57.69%), the pre treatment group was 17 samples (65.38%) and the post treatment group was 18 samples (69.23%).
Conclusions: There was no increased risk of contamination in mixing human milk with HMF at 40C compared to 370C and in storing fortification of human milk for 24 hours at 40C.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ati Nuraeni
"Pemberian ASI bagi bayi merupakan cara yang terbaik untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia sejak dini, karena dengan memberikan ASI berarti memberikan zat gizi yang bernilai tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf serta otak, memberikan kekebalan pada tubuh serta mempererat ikatan tali kasih ibu dan bayi.
Pemberian ASI yang benar adalah memberikan ASI segera dalam 30 menit setelah kelahiran; tidak memberikan makanan dan minuman selain ASI sampai bayi berumur 4 bulan. Selanjutnya setelah bayi berumur lebih dari 4 bulan mulai diberikan makanan tambahan yang disebut dengan makanan pendamping ASI sampai bayi berumur 2 tahun.
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan bagi bayi atau anak yang masih mendapat ASI/PASI yang diberikan secara bertahap sehingga bayi/anak menjadi terbiasa dengan makanan keluarga. Agar ibu dapat berperilaku dengan benar dalam memberikan ASI dan MP-ASI, banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain pengetahuan, sikap, kepercayaan, dukungan keluarga, dukungan petugas, tersedianya sarana dan fasilitas yang menunjang pemberian ASI dan MP ASI serta adanya intervensi pendidikan kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat Hasil survei pada bulan Maret 2002 di desa Waru Jaya Kecamatan Parung Kabupaten Bogor, ditemukan masih rendahnya tingkat pemberian ASI eksklusif den pemberian MP-ASI yang terlalu dini pada bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran hubungan karakteristik ibu, dukungan keluarga dan pendidikan kesehatan dengan perilaku pemberian ASI dan MP-ASI dan selanjutnya dapat diketahui faktor yang paling berkontribusi terhadap perilaku pemberian ASI dan MP-ASI di desa Waru Jaya Kecamatan Parung Kabupaten Bogor.
Desain penelitian adalah diskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah ibu-ibu yang memiliki bayi berumur 0-12 bulan di Desa Waru Jaya Kecamatan Parung Kabupaten Bogor. Sampel diambil secara total, pengumpulan data dengan cara kunjungan rumah yang dilakukan pada bulan Juli sampai September 2002. Instrumen penelitian terdiri dari karakteristik ibu (demografi, pengetahuan, sikap); karakteristik dukungan keluarga, karakteristik pendidikan kesehatan dan perilaku pemberian ASI dan MP-ASI. Hasil uji coba instrumen pongetahuan, sikap, dukungan keluarga, pendidikan kesehatan dan perilaku pemberian ASI dan MP-ASI dengan nilai Alpha Gronhach (reliabilitas) berkisar antara 0,74-0,96 sedangkan nitai validitas berkisar antara r = 0,72 - 0,96 dari 30 impel yang diuji cobakan. Data kemudian diolah dan dianalisis: untuk analisis univariat disajikan dalam bentuk data numerik, analisis bivariat menggunakan korelasi -regresi dan analisis multivariat menggunakan regresi linear gander. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwakarakteristik umur ibu sebagian besar > 25-35 tabus (50%), berpendidikan rendah (58,62%), responden berpendapatan rendah (68,10%). Secara umum pengetahuan responden tentang ASI cukup baik (52,59%) begitu juga pengetahuan responden tentang MP-ASI cukup baik (60,34%). Sikap responden negatif terhadap pemberian ASI (50,86%) dan sikap negatif terhadap pemberian MP-ASI (66,38%). Secara umum dukungan keluarga adalah negatif terhadap pemberian ASI dan MP-ASI (55,17%). Kadang-kadang petugas kesehatan memberikan pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan atau di posyandu tentang ASI (66,38%) dan MP ASI sebesar 56,90%. Perilaku responden secara umum kurang baik dalam memberikan ASI (53,45%) dan perilaku kurang baik dalam memberikan MP-ASI sebesar 54,31%.
Berdasarkan hasil analisis bivariat yaitu uji korelasi den regresi didapatkan hubungan bermakna antara pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga dengan perilaku pemberian ASI. Hasil analisis multivariat menunjukkan adanya faktor yang paling berkontribusi terhadap perilaku pemberian ASI adalah pengetahuan dan sikap dengan signifikan F = 0,0001 dan R square 0,268.
Sedangkan hasil analisis bivariat dengan uji korelasi dan regresi pada perilaku pemberian MP-ASI menunjukkan hubungan yang bermakna dari pengetahuan, dukungan keluarga dan pendidikan kesehatan. Hasil analisis multivariat menunjukkan faktor yang paling berkontribusi terhadap perilaku pemberian MP-ASI adalah pengetahuan dengan signifikan F = 0,001 dan R square 0,141. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa karakteristik ibu (pengetahuan dan sikap) dapat menggambarkan perilaku pemberian ASI (26,8%) dan MP-ASI (14,1%).
Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang pemberian AM dan MP-ASI pada bayi dapat diperoleh melalui penyuluhan di posyandu, atau di tempat pelayanan kesehatan lainnya secara berkesinambungan. Kemudian ibu dilatih tentang cara menyusui, serta menyiapkan dan membuat MP-ASI sesuai dengan kondisi keuangan keluarga.
Disamping itu perlu ditingkatkan dan dikembangkan program kunjungan rumah aehingga dapat berpengaruh terhadap aktifitas ibu dalam merawat bayi khususnya pemberian ASI dan MP-ASI. Dukungan keluarga juga sangat penting bagi ibu, sejak masa hamil hingga perawatan bayi selanjutnya serta perlunya meningkatkan pembinaan petugas kesehatan di masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu manajemen laktasi. Bekerjasama dengan bidang promosi kesehatan DepKes Rl dalam mengembangkan model pembelajaran yang mudah digunakan pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat pada umumnya. Perlu penelitian lebih lanjut tentang perilaku pemberian ASI dan MP-ASI dangers menggunakan rancangan kualitatif dan dilanjutkan dengan quasi eksperimen.
Kepustakaan 59 (1980 - 2001)

The Relationship among the Characters of Mother, Family Support, Health Education and the Behavior of Giving Breast-Feeding (ASI) and Additional Food (MP-ASI) in Waru Jaya village, Parung, Bogor regency, Indonesia.
Breast feeding (ASI) to the baby is the best way to increase the quality of human resources as early as possible. Because by giving breast feeding (ASI) means giving the nutrient profitably for the growth and the progression of nerves and brain, giving antibody and strengthening the chain of love between a mother and her baby. Well breast feeding means giving `ASI' as 30 minutes after labor. Do not giving other food and drinks except ASI till 4 months of baby's age. Beside ASI, the next 4 months till 2 years of baby will be accustomed to the family's food. There are some factor! that influence a mother behaves well in breast-feeding and giving additional food, namely knowledge, attitude, belief: family support, officers support, the available facilities which conduct breast feeding (ASi) and additional food, the intervention of health education to individual, family, group and society. The survey result on Maret 2002 in Waru Jaya village, Panmg district, Bogor regency, found that the exclusive breast feeding has been law and giving additional food. Finally, the most contributed factors to the behavior in breast feeding and giving additional food in the community mentioned can be known.
The design of this research used ` descriptive analysis' and cross sectional approach. The population of analysis is the mothers whose babies are 0 - 12 months of age. In Waru Jaya village, Parting district, Bogor regency. The sampling was taken totally_ Data collecting done by doing home visit on July till September 2002. The instrument of research consist of the character of family support, the character of health education and the behavior in breast feeding (ASI) and giving additional food The result of the test to the knowledge, attitude, family support, health education and behavior of giving breast feeding and additional food using the `Alpha Cronbach' around 0,74 - 0,96 and the score of validity around (r = 0,72 - 0,96) of the sample tested.
The data was processed and analyzed; for univariat analysis was presented based on the numeral data and used correlation - regression and multivariat analysis used double linear regression. The result of univariat analysis showed that the character of mother's age most > 25 -- 35 years (50%), low education (58,62%), low income (68,10%). Generally the respondents' knowledge about breast- feeding is good enough (52,59%) and the knowledge about additional food as well (60,34%). The negative attitude of respondent to breast- feeding is 50,86% and the negative attitude to giving additional food is 66,38 %. Anyway in general, the family support to breast- feeding and giving additional food is negative (55,17%). Sometimes the health officers (66,38%) give health education about breast-feeding in doing health service or at Posyandu (central for integrated service) and as many as 56,90% about giving additional food. The behavior of respondent is generally worse in breast-feeding (53,45%) and giving additionnl food (54,31%).
Based on the result of bivariat analysis found that there is a significant relationship between the knowledge, the attitude, the family support and the behavior of breast-feeding. The result of multivariat analysis shows the most contributed factor to the behavior of breast-feeding, namely the factor of knowledge and attitude significantly F = 0,0001 and R square 0,268. Mean while by using the correlation and regression teat about behavior of additional food, there is a significant relationship between knowledge, family support and health education. The result of multivariat analysis shows that the most contributed to behavior of giving additional food is the factor of knowledge, significantly F = 0,001 and R square 0,141. From this can be concluded that the character of mother (in knowledge and attitude) can illustrate the behavior of breast-feeding and giving additional food to the baby in 0-12 months of age.
To increase the mothers' knowledge about breast-feeding and additional food to the baby can be done by giving the information about it in Posyandu or in other health sevices continuously. Then, the mothers are trained how to do breast-feeding and making or providing additional food according to their finance condition they face_ Beside that, it is necessary do increase and develop `home visit programe', so it can influence the mothers activities in looking after their babies, especially in breast-feeding and giving additional food. Family support also has an import= role for the mother since she is in pregnancy till the time of baby's treatment. The establishment of health officers needs to be done in community to increase the quality of lactation management It is necessary to work together with the institution of health promotion, Departement of Health in developing the type of easier learning used in the level of individual, family, group and society in general. It is also necessary to have continuous research about the behavior in the breast-feeding and giving additional food using the qualitative design in order to get better result.
Bibliography 59 (1980 - 2001)
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
T5143
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khoirul Naim
"Pneumonia termasuk Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang banyak menyerang pada balita. Insidens pneumonia balita di Indonesia diperkirakan 10%-20% per tahun. Di kabupaten Indramayu, jumlah kasus pneumonia yang dilaporkan puskesmas selama tahun 1997 s/d 2000 menunjukkan adanya peningkatan. Air Susu Ibu (ASI) pada masa bayi merupakan nutrisi yang terbaik dan terpenting untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal. Dewasa ini terdapat kecendungan menurunnya pemberian ASI ekslusif, padahal pemberian ASI tersebut akan memberikan perlindungan terhadap berbagai penyakit termasuk infeksi pernafasan dan infeksi usus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian ASI terhadap terjadinya pneumonia pada anak umur 4-24 bulan di kabupaten Indramayu. Pada penelitian ini sebagai variabel independen utama adalah pemberian ASI. Rancangan penelitian ini menggunakan kasus kontrol tidak berpadanan (unmatched). Sampel kasus sebanyak 167 orang yaitu anak umur 4-24 bulan yang menderita pneumonia yang datang ke puskesmas di kabupaten Indramayu selama periode Juli-Agustus 2001, sedangkan kontrol juga sebanyak 167 orang yaitu anak umur 4-24 bulan yang merupakan tetangga kasus dan tidak menderita pneumonia, sehingga total sampel sebanyak 334 orang. Pengolahan data menggunakan analisis bivariat dan multivariat yakni multiple regression logistic dengan bantuan software statistik STATA versi 6.0.
Hasil penelitian menunjukan bahwa bayi yang diberi ASI tidak eksklusif mempunyai risiko terjadinya pneumonia pada umur 4-24 bulan sebesar 4,89 kali (95% CI 2,86 - 8,36) dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Hubungan pemberian ASI terhadap terjadinya pneumonia tersebut sudah dilakukan pengendalian variabel independen lainnya. Disamping itu ada variabel lain yakni adanya perokok, adanya asap pembakaran, riwayat imunisasi campak dan jenis kelamin anak yang secara bermakna terdapat hubungan dengan terjadinya pneumonia pada anak umur 4-24 bulan.
Penelitian ini menyimpulkan adanya hubungan yang cukup kuat antara pemberian ASI tidak eksklusif terhadap terjadinya pneumonia pada anak umur 4-24 bulan. Oleh karena itu perlu dilakukan Gerakan Pemberian ASI Eksklusif melalui pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan bagi ibu-ibu balita rentang pentingnya pemberian ASI eksklusif dalam mencegah terjadinya pneumonia balita.

Pneumonia is one the Acute Respiratory Infections (ARI) which attacked to infant. The incident of infant pneumonia in Indonesia estimated 10-20% each year. In Indramayu district, the number of pneumonia cases that reported by Health Center during the year of 1997-2000 showed there was increasing. Breast-feeding on childhood is the best nutrition and important to achieve the optimal development of infant. Nowadays, there is tendency of the decreasing in giving exclusively breast-feeding; even it will give the protection to varieties of diseases, including lung and intestine infections.
The objective of this study was to identify the relationship of breast-feeding to pneumonia at infant age 4-24 months in Indramayu District. In this study, as Main dependent variable was the breast-feeding. The design.of this study using unmatched. The number of samples were 167 people, they were infants age 4-24 months whose suffering pneumonia that came to Health Center in Indramayu District during the period of July - August 2001. While the control were 167 infants age 4 - 24 months whose the neighbor of cases and *as not suffering pneumonia, so the total of samples were 334 people. The data management used for analysis were bivariate and multivariate, those were multiple regression logistic with supported software statistic STATA version 6.0.
The result of the study showed that the infant who gave the breast-feeding not exclusively had the risk to pneumonia 4,89 times (95% CI 2,86 - 8,36) at the of 4 - 24 months compared to infant whose gave the breast-feeding exclusively The relationship of breast-feeding to such pneumonia has been conducted to control the another independent variable_ Besides that, there were other variables, they - were: smoking, smoke of fire, history of measles immunization and the sex of infant that significantly had the relationship to pneumonia at infant age 4 - 24 months.
The conclusion of this study, there was relationship significantly between breast-feeding not exclusively to pneumonia at infant age 4 - 24 months. So that, it is needed to do the Breast-feeding Movement Exclusively through Health Education and Promotion to infants mothers on the important of breast-feeding in pre-venting to infant pneumonia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T5150
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifah
"Pemberian ASI (Air Susu Ibu) salah satu upaya dalam meningkatkan sumber daya manusia. Air Susu Ibu merupakan nutrisi yang terbaik dan yang terpenting bagi bayi untuk meningkatkan kesehatan dan mencapai tumbuh kembang yang optimal. Pemberian ASI akan membantu pertumbuhan bayi yang adekuat dalam 6 bulan pertama kehidupannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola pemberian ASI dan hubungannya dengan faktor determinan (umur, tingkat pendidikan, status pekerjaan, pengetahuan, sikap, dukungan tenaga kesehatan dan dorongan keluarga) di wilayah kerja Puskesmas Gandus Palembang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan "Cross Sectional" dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan sebagai respondennya adalah 97 orang ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 4 sampai 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Gandus Palembang. Pengolahan dan analisa data menggunakan uji univariat, bivariat dan multivariat dengan menggunakan Program SPSS versi 10. Analisa bivariat dengan "Chi-Square" dan analisa multivariat menggunakan analisa Regresi Logistik berganda dengan metoda "Backward". Hasil analisa univariat, yang berhubungan dengan pola pemberian ASI di wilayah kerja Puskesmas Gandus Palembang, yaitu waktu pemberian ASI pertama kali pada saat 112 jam setelah lahir sebesar 12,4 % dan 112 - 24 jam setelah lahir 35,1 %. Frekwensi dalam pemberian ASI sesuka bayi (on demand) 71,1 % dan lama (durasi) dalam pemberian ASI usia bayi sampai 4 - 6 bulan masih diberi ASI 87,6 %, pemberian makanan prelacteal seperti susu formula 41, 2 %, lain-lain 44,4 %. Hasil analisa bivariat menunjukan dari 7 variabel yang dianalisa 4 variabel mempunyai hubungan bermakna dengan pola pemberian ASI yaitu : pengetahuan, sikap, dukungan petugas kesehatan dan dorongan keluarga. Dari hasil analisis multivariat menunjukan variabel yang menjadi kandidat model yaitu pengetahuan, sikap, dukungan petugas kesehatan. Variabel yang berpengaruh terhadap pola pemberian ASI adalah dukungan petugas kesehatan. Hasil uji interaksi untuk memperoleh model akhir persamaan rekresi adalah interaksi antara sikap ibu dengan petugas kesehatan. Dalam rangka peningkatan penggunaan pemakaian ASI di wilayah kerja Puskesmas Gandus perlu diupayakan beberapa hal yaitu peningkatan penyuluhan, pemasyarakatan dan penggalakan pemberian ASI. Selain itu perlu adanya pembinaan pengawasan terhadap tenaga kesehatan untuk ikut memasyarakatkan penggunaan ASI.

Breast-feeding is one of the main factors in the improvement of qualities of human resources. Mother's milk has been found to be best and most important nutrition for babies to improve their health and to maximize their growth to an optimum development. Breast-feeding is an essential element to boost adequate growth of babies during their first 6 month of life. This study has the purpose to identify and present a clear picture of breast-feeding pattern and its relationship with other determinants (such as age, level of education, occupation status, knowledge, attitude, support from health care providers and encouragement from family) within the catchments area of Puskesmas Gandus. Palembang. The research was carried out using the "Cross Sectional" design with a quantitative approach. The data collection process was accomplished by using questionnaire with 97 respondents consisting of mothers who have babies with the range of 4 to 6 months of age, all in the catchment area of Puskesmas Gandus, Palembang. The processing and analyzing of the collected data was conducted using univariate, bivariate and multivariate methods as suggested in the SPSS Software version 10. The bivariate analysis used "Chi-square" test and the multivariate analysis used to Multiple Logistic Regression analysis with Backward method. The univariate analysis showed that only 12,4% respondents who gave first breast-feeding at half-hour after the babies born. Further, the percentage is increased at 35,1% who gave the first breast-feeding at interval - 24 hours. About 71,1% of respondents gave breast-feeding on demand; and 87,6% of them still breastfed their babies until age of 4-6 months. There are 21,2% who gave prelacteal supplements i.e., bottle milk, and 44,4% gave others supplement, such as honey or watered poridge. The result of bivariate analysis show that 4 of the 7 variables showed significant relationship with the prevailing breast-feeding pattern, i.e.: knowledge, attitude, support cf health care providers and encouragement from family. The logistic regression showed that only one variable and one interaction were related to the breast-feeding pattern. This are level of mother's knowledge and interaction between mother's attitude with support of health care providers. In the context of promoting breast-feeding practice within the catchments area of Puskesmas Gandus, it is necessary to prioritize on several issues including education, socialization and advocacy for breast-feeding. In adition, it is also deemed necessary to exercise supervision over the work of the health care providers so that they may actively participate in the socialization of breast-feeding practices."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8267
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Hapsari Tjandrarini
"ABSTRAK
Komposisi Air Susu Ibu (ASI) paling sesuai untuk pertumbuhan bayi dan juga mengandung zat pelindung dengan kandungan terbanyak pada kolostrum. Kolostrum adalah ASI berwarna kekuningan yang dihasilkan tiga hari pertama setelah melahirkan. Kolostrum ini sebaiknya diberikan sedini mungkin setelah bayi lahir. Manfaatnya adalah pencernaan dan penyerapan ASI dalam lambung dan usus bayi berlangsung dengan cepat dan baik, mengurangi terjadinya gangguan pencernaan karena mengurangi kemungkinan pemberian makanan prelaktasi, menghentikan perdarahan pada ibu karena dapat cepat mengembalikan uterus, meningkatkan lama menyusui, memberi sentuhan emosional yang mempengaruhi hubungan batin antara ibu dan bayi serta perkembangan jiwa anak, dan dapat membantu penjarangan kehamilan.
Beberapa penelitian melaporkan faktor-faktor yang mempengaruhi awal pemberian kolostrum yaitu petugas kesehatan, psikologi ibu yaitu kepribadian dan pengalaman ibu, sosio budaya, tata laksana rumah sakit, kesehatan ibu dan bayi, pengetahuan ibu mengenai proses laktasi, lingkungan keluarga, peraturan pemasaran pengganti ASI, dan jumlah anak. Faktor-faktor tersebut belum diteliti dalam data SDKI 1997 yang melaporkan bahwa hanya 8,3% yang disusui dalam satu jam pertama setelah lahir dari 52,7% yang disusui dalam 24 jam pertama. Berdasarkan data tersebut maka timbul pertanyaan apakah faktor-faktor yang telah ditemukan berperan mempengaruhi pemberian kolostrum, ditemukan pula dalam data SDKI 1997.
Analisis dibatasi pada balita (0-59 bulan) yang masih hidup saat wawancara, mendapat kolostrum dalam tiga hari pertama setelah lahir, dan lahir tidak melalui operasi seksio sesarea. Analisis statistik menggunakan regresi logistik dengan program Stata. Tujuan akhir uji ini untuk melihat beberapa faktor yang berperan secara bersamaan dan faktor dominan terhadap pemberian kolostrum.
Berdasarkan kriteria di atas diperoleh sampel sebesar 16.189 orang sehingga dari hasil analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa 76,7% memberikan kolostrum lebih dari satu jam dan faktor yang berperan yaitu penolong persalinan, umur kelahiran, dan wilayah tempat tinggal. Umur kelahiran mempunyai nilai odds ratio (OR) yang berbeda masing-masing wilayah tempat tinggal. OR masing-masing faktor yaitu penolong persalinan (OR=0,83), umur kelahiran untuk desa (OR=1,13), umur kelahiran untuk kota (OR0,32). Umur kelahiran adalah faktor dominan untuk ibu yang tinggal di kota. Penolong persalinan secara umum merupakan faktor yang berperan dalam pemberian kolostrum.
Berdasarkan hasil tersebut maka faktor yang dapat diintervensi adalah penolong persalinan khususnya tenaga kesehatan dengan meningkatkan pengetahuan serta merubah perilaku dan ditunjang dengan tata laksana rumah sakit yang menunjang pemberian kolostrum sedini mungkin. Faktor umur kelahiran dapat diintervensi melalui peningkatan pengetahuan ibu dan penolong persalinan bahwa kolostrum sangat penting bagi bayi yang lahir cukup bulan maupun bayi yang lahir sebelum waktunya (prematur).

ABSTRACT
Breast-milk (ASI / Air Susu Ibu) composition is most appropriate for baby's growth and also contains antibody, which is most on colostrum. Colostrum is breast milk colored yellowish which is produced the first three days after delivery. This colostrum should be given as early as possible after baby birth. The benefits of it are digestion and breast milk absorption in baby's ventricles and gastric persist fast and well. It also reduce gastroenteritis because pre lactation food giving, to stop mother's hemorrhage so the uterus will be returned normally fast, to increase length of breast feeding, and give emotional touch that affect emotional relationship between mother and child and also child's psychology growth.

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yefrida
"Pemberian Air Susu Ibu secara baik dan benar merupakan bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, terutama pemberian Air Susu Ibu secara Eksklusif yaitu pemberian hanya Air Susu Ibu saja tanpa makanan dan minuman pendamping hingga bayi berusia 4 bulan, dalam hal ini termasuk pemberian kolostrum. Namun angka pemberian Air Susu Ibu secara Eksklusif ini masih rendah, serta adanya penurunan dalam pemberian Air Susu Ibu ini. Dan hal tersebut di atas untuk mendapatkan gambaran bagaimana perilaku ibu dalam Air Susu Ibu dan faktor-faktor yang berhubungan dengan Perilaku Pemberian Air Susu Ibu secara Eksklusif, maka dilakukan penelitian di Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas. Jenis penelitian ini tergolong jenis penelitian survey dengan menggunakan quistioner sebagai alat pengumpul data, populasi dan sampel adalah ibu-ibu menyusui yang mempunyai bayi berusia 4-6 bulan yang terdaftar sebagai warga di Kelurahan Depok, dan penentuan sampelnya dilakukan secara total sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden masih memberikan Air Susu Ibu pada bayinya secara eksklusif sehanyak 75,6%, namun masih ada yang memberikan secara non eksklusif 24,4%, hubungan antar dua variabel yang menunjukkan hasil yang bermakna adalah keyakinan ibu dalam pemberian Air Susu Ibu, sikap ibu dalam pemberian Air Susu Ibu, Dukungan Petugas Kesehatan dalam Pemberian Air Susu Ibu, Dorongan keluarga ibu dalam pemberian Air Susu Ibu, Status pekerjaan ibu dalam hubungannya dengan pemberian Air Susu Ibu. Beberapa variabel walaupun tidak bermakna namun menunjukkan pola hubungan yang jelas yaitu pada ibu yang berada pada usia <35 tahun mempunyai perilaku eksklusif dalam pemberian Air Susu Ibu dan masih ada yang non eksklusif, sedangkan yang usia > 35 tahun ada yang mempunyai perilaku eksklusif dan juga non eksklusif dalam pemberian Air Susu Ibu.
Demikian juga variabel tingkat pendidikan, ibu yang mempunyai pendidikan tinggi ada yang mempunyai perilaku eksklusif dan non eksklusif dalam pemberian Air Susu Ibu dan yang berpendidikan rendah demikian juga halnya. Dan mengenai status ekonomi dalam hal ini mengenai pendapatan keluarga dalam satu bulannya, yang berpendapatan tinggi, sedang dan rendah masing-masing ada yang mempunyai perilaku eksklusif dan non eksklusif dalam pemherian Air Susu Ibu pada bayinya. Dan dari hubungan Multi variabel menunjukkan bahwa variabel yang dominan yang benar-benar sigrufikan adalah variabel keyakinan ibu dalam pemberian Air Susu Ibu, dari hasil persamaan regresi yang didapat ternyata mampu menjelaskan 75,63% terhadap populasi.
Dan berdasarkan hasil penelitian disarankan, perlu lebih ditingkatkan penyuluhan dan pengembangan materi penyuluhan bagi ibu hamil dan menyusui tentang perilaku pemberian Air Susu ibu yang baik. Bagi Puskesmas dan kader-kader Posyandu yang tidak harus dilakukan di Posyandu saja tetapi lebih luas lagi jangkauannya ke masyarakat, serta bagi penentu kebijakan perlu diberlakukan rawat gabung di tempat tempat bersalin. Dan bagi peneliti lebih lanjut, perlu adanya penelitian selanjutnya mengenai pengaruh program yang dilakukan Puskesmas tentang pemberian Air Susu Ibu secara Eksklusif dengan melihat lama, tempat tinggal, pengaruh suku dan lainnya sesuai dengan perkembangan penelitian.

Feeding Air Susu Ibu (ASI) in a proper way a very mean to increase the human resources specially when it is presented in Exclusive method, that the only ASI and colostrums are given without any supplementary foods or beverages until the baby get its age of 4 month. Unfortunately such method is still rarely applied, show up in low number, even decreased. Those circumstance drives a research at Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, to figure of mother behaviors with ASI and any related factors to that Exclusive behavior.The research was a questioner based survey to absorb much datas, populations and samples of baby at Kelurahan Depok. The sample determination is a total sampling.
Results proven all the respondents feed ASI Exclusively 75,6% to babies, while 24,4% un Exclusive significant result are Convictions of ASI feeding, Mother's Attitude, Health Ulcers Supports, Mother's Family Supports, and the Work Position of Mothers. Though still it present couple of unsignificant variables, however, it indicates a clear - relationship pattern with is happened to less than 15 - years aged. Either does this is happened to those aged more than 35 - years.
High-level educational variable has an influence to Exclusive and un-Exclusive behaviors ASI feeding, either does the-level one. Economically it happens to all mothers that has high, medium, or low priced income per month. Relationship of multi-variables indicate that the most-significant one is Mother Convictions to ASI feeding. Regressional equation show it by 75,63% of population.
Based on research itself, it is recommended to share knowlegment to pregnant mother and to those feeding, of about how to give ASI in proper ways. To Puskesmas and youths of Posyandu it is recommended share widely in community. And to the discretioners are necessarily have to enable common-cares of patient in confined places. Evantually, researches quiet necessary to take some next seeking about the influence of Puskesmas program of ASI feeding. It is should have done by looking upwards the time it took, the place it got surrounded tribal-impact analysis. and other factors according to future research propagation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Kurniati Hardaningsih
"ABSTRAK
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang paling sesuai untuk bayi karena ASI mengandung semua zat-zat yang dibutuhkan bagi pertumbuhan serta perkembangan bayi dan juga mengandung zat-zat yang dapat melindungi bayi terhadap penyakit infeksi (Sastroamidjojo, 1989).
ASI mempunyai banyak kelebihan dibanding susu sapi. Protein ASI lebih mudah dicerna daripada protein susu sapi, selain itu ASI mempunyai susunan asam amino esensial yang secara biologik paling sesuai bagi bayi (Ebrahim, 1979; Heine, dkk, 1991).
Pemberian nutrisi yang optimal pada bayi kurang bulan adalah pemberian nutrisi yang akan memberikan pertumbuhan yang cepat seperti pertumbuhan dalam kandungan pada trimester ke-III sehingga dapat dicapai tumbuh kembang yang memuaskan sekarang dan pada masa yang akan datang (American Academy of Pediatrics Commitee on Nutrition, 1977).
Protein penting untuk menunjang pertumbuhan. Bila bayi kurang bulan diharapkan tumbuh dengan memuaskan, maka harus terjadi kondisi keseimbangan nitrogen yang positif atau terdapat nitrogen yang tertahan dalam tubuh dalam jumlah yang cukup dan terus menerus, sehingga pertumbuhan dapat berlangsung normal (Davies, 1977; Atkinson, dkk, 1981; Lau, dkk, 1986; Brooke, dkk, 1987 dan De Curtis, 1987).
Hal tersebut telah terbukti pada penelitian yang dilakukan oleh Atkinson, dkk, (1981), dimana bayi kurang bulan yang mendapatkan ASI dari ibunya sendiri akan menunjukkan keseimbangan nitrogen yang positif, penambahan berat badan, pertumbuhan linear dan lingkar kepala yang bermakna, dibandingkan dengan bayi kurang bulan yang mendapatkan ASI dari bank ASI (ASI ibu kurang bulan mengandung protein yang sesuai dengan kebutuhan bayi).
Lemak merupakan sumber energi terbesar didalam ASI (35-45%), juga merupakan bahan penyusun yang penting bagi sistem saraf yang mengalami perkembangan cepat pada waktu bayi, berperan dalam pengangkutan vitamin yang larut dalam lemak. Selain itu lemak merupakan unsur penting dari membran sel dan merupakan prekursor hormon (Benson, 1981).
Laktosa merupakan salah satu karbohidrat yang paling menonjol di dalam ASI. Kadar laktosa ASI lebih tinggi daripada laktosa susu sapi. Tekanan osmotik dalam ASI harus seimbang dengan plasma, keadaan ini diatur oleh kadar laktosa dan ion-ion Na, dan Cl (ion monovalen). Dalam hal ini laktosa memegang peran penting. Bila kadar laktosa lebih tinggi, maka kadar ion-ion monovalen akan lebih rendah daripada di dalam susu sapi. Keadaan ini sangat menguntungkan karena cairan dengan kadar ion monovalen yang rendah tidak membebani ginjal (Lawrence, 1989 c)."
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>