Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ivan Fathurrahman
"Penelitian ini berawal dari kegelisahan peneliti terhadap kehidupan keberagamaan di Minangkabau khususnya di Koto Tuo Panganak Bukittinggi. Meskipun hingga kini persaingan antar kelompok agama tersebut tidak terlalu nampak, sisa-sisa persaingan masih terlihat khususnya pada golongan tua dan mereka yang masih saja mempermasalahkan perbedaaan atas penafsiran agama. Kesan yang muncul bahwa Minangkabau sebagai pusat ?modernisasi? masih saja terlihat. Dengan demikian, penelitian ini mencoba menjelaskan pihak-pihak yang ?terlibat? dan berusaha menampilkan kelompok keagamaan yang pro maupun kontra atas pembahan atau pemurnian ataupun modemisasi keagamaan tersebut. Sekaligus usaha untuk menjelaskan motif-motif serta nilai-nilai yang ingin dipertahankan oleh kelompok-kelompok tersebut.
Fokus penelitian dalam kerangka penulisan tesis ini adalah pembaharuan atau modernisasi keagamaan, yaitu pemikiran-pemikinan yang menyangkut pola pikir terhadap Islam itu sendiri, bukan dalam hal-hal yang menyangkut dengan dasar atau fundamental dari ajaran Islam, tetapi memperbaharui penafsiran-penafsiran atau interpretasi terhadap ajaran-ajaran dasar Al-Quran dan Hadits. Kepercayaan terhadap penafsiran-penafsiran "baru? tersebut yang menggerakkan orang untuk melakukan perubahan terhadap penafsiran yang sebelumnya ada (gerakan modernisasi keagamaan/gerakan puritan). Sedangkan Syattari merupakan kelompok keagamaan tertua yang ada di Minangkabau. Hingga kini Syattari masih eksis dan ajarannya pun masih sama persis ketika ajaran tersebut diajarkan oleh pendahulunya. Hubungan keduanya lebih menggambarkan pertautan antara modemisasi versus tradisional.
Weber, Bellah menggambarkan modernisasi sebagai struktur dibangun dengan rasionalitas. Sedangkan Syattari menganggap ?pembangunan atau modernisasi? tersebut upaya untuk menghilangkan atau menyederhanakan unsur-unsur hakiki dalarn keagamaan. Untuk itu diperlukan penjelasan melalui teori Berger dalam upaya mempertahankan keyakinan Syattari dalam konsepnya sosialisasi makna dan fungsi agama sebagai pemeliharaan dunia.
Pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan tekniknya snowball sampling dan observasi, karena keterbatasan dalam mengidentifikasi pihak-pihak yang benar-benar paham terhadap permasalahan penelitian perlunya pengamatan alas fenomena yang akan diteliti.
Sebagai penelusuran historis dalam tesis ini, gerakan modernisasi keagamaan di Minangkabau dimotori oleh tiga orang haji yang pulang dari Mekkah. Mereka adalah Tiga orang tersebut adalah Haji Miskin, Haji Piobang dan Haji Sumanik. Pengaruh yang dibawa dan paling terasa atas gerakan tersebut adalah terkikisnya surau yang tergantikan dengan sistem pesanuen dan madrasah. Surau diidentifikasi sebagai Iembaga pendidikan tradisional Minangkabau sedangkan pesantren dan madrasah sistem pendidikan yang diadopsi dari luar Indonesia. Sebelumnya otoritas keagamaan (dalam sistem surau) di Minangkabau dipegang oleh bebempa ahli agama, mereka adalah Buya, Qari, Faqih, Qadhi, Alim dan gelar Labai, setiap gelar tersebut mempunyai otoritas masing-masing.
Analisa dalam penelitian ini adalah modernisasi agama dilihat sebagai bentuk usaha merombak pemahaman (penafsiran baru) masyarakat terhadap unsur hakiki (doktrin) dalam agama. Sedangkan pertautan antara ?tradisional-modern? atau ?konservatif-moderat? merupakan relasi sosial yang dianalisa ke dalam tiga dimensi, dimensi sejarah, dimensi kelembagaan dan dimensi gerakan sosial. Penjelasan terhadap ketiga dimensi ini adalah potret atas pola dan relasi sosial hubungan mayoritas-minoritas tersebut.
Ajaran Syattari digarisbawahi sebagai bagian dari sosialisasi makna. Artinya setiap pengikut yang terus konsisten (istiqomah) rnenerapkan ajaran Syattari secara tidak langsung ataupun langsung telah tersosialisasi makna-makna relijius dalam diri mereka. Berger menyebutkan fenomena tersebut adalah fungsi agarna sebagai pemeliharaan dunia.
Kesimpulan dalam penelilian ini yaitu terdapatnya relevansi konsep Berger mengenai agama mengenai funggsi agama seperti fungsinya sebagai pemeliharaan dunia, diyakini masih relevan dalam pernbahasan penelitiau ini. Sedangkan konsep Weber dan Bellah mengenai rasionalitas dan pembangunan yang digembar-gemborkan dalarn modernisasi keagamaan perlu digarisbawahi, karena motif-motifnya lebih menggambarkan usaha untuk mengubah unsur hakiki dalam doktrin agama. Selanjutnya kesimpulan bahwa Syattari sebeai organisasi keagaman lebih bersifat tertutup dan pengikutnya pun sangat terbatas, dan pola syiar-nya pun sembunyi-sembunyi dan berpindah Iempat sehingga lebih sulit untuk mengenal pengikut dan organisasi tersebut secara menyeluruh kecuali ikut dan bergabung didalamnya. Sedangkan, Syattariyah sebagai organisasi keagamaan tarekat, bersifat lebih terbuka meskipun keanggotaannya sudah menurun. Selanjutnya, Organisasi modem seperti Muhammadiyah, Persis, NU dan sebagainya dikategorikan sebagai organisasi keagamaan yang pengaruhnya datang kemudian atau paling terakahir.
Organisasi ini lebih terbuka dan pola syiamya menyentuh kepada aspek pengajaran (agama), pendidikan bahkan politik. Ketiganya menggambarkan kultur yang terjadi dalam sikap dan sistem masyarakat Minang."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22027
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nessa Aqila Anggraini
"Makalah Proyek Akhir ini mengkaji self-repair dalam percakapan bahasa Minang dalam acara Pacah Paruik pada kanal Youtube milik Praz Teguh. Penutur bahasa Minang dalam acara tersebut kerap melakukan recycle atau pengulangan tuturan saat melakukan interaksi percakapan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan eksplanasi penggunaan self-repair pada penutur bahasa Minang dalam acara Pacah Paruik berkenaan dengan jenis, realisasi, dan karakteristik self-repair. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan desain deskriptif. Sumber data adalah acara Pacah Paruik dan tuturan dalam acara tersebut menjadi data pada penelitian ini. Hasil menunjukkan bahwa penutur bahasa Minang melakukan self-initiated other- repair, self-initiated self-repair, dan other-initiated self-repair. Realisasi perbaikan tuturan secara lansung direct dan tak lansung indirect. Karakteristik perbaikan yang dilakukan adalah pengulangan/recycle, penggantian/replacement, penambahan/inserting, dan penghapusan/deleting. Temuan lainnya adalah pengulangan tuturan bertujuan memberikan intensitas atas tuturan itu sendiri dan memperbaiki tuturan.

This final project examines Self-Repair in Minang language conversations in Pacah Paruik program which Praz Teguh's Youtube channel. Minang language speaker often recycle or repeat speech when carrying out conversational interactions. The purpose of this study is to provide an explanation of the use of self-repair to speakers of Minang language in Pacah Paruik regarding the types, realization, and characteristics of self- repair. The method used in this research is a qualitative method with a descriptive design. The data source is Pacah Paruik and the utterances become the data for this study. The results show that speakers of Minang language do self-initiated other-repair, self-initiated self-repair, and other-initiated self-repair. Realization of speech improvement directly and indirectly. Characteristics of the self-repair are repetition, replacement, inserts, and deleting. Another finding is speech repetition aims to give intensity to the speech itself and improve speech.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Iqbal Iskandar
"Kebudayaan dan adat istiadat Minangkabau merupakan salah satu unsur kebudayaan yang sering ditampilkan dalam karya sastra Indonesia. Di dalam kebudayaan Minangkabau tersebut terdapat falsafah dan moralitas adat yang diyakini dan dijalankan oleh masyarakatnya. Salah satu cara untuk melestarikan falsafah adat tersebut adalah melalui alat budaya. Penelitian ini membahas peran Kaba, tradisi lisan Minangkabau, sebagai alat budaya dalam merepresentasikan falsafah dan moralitas adat dalam novel Jemput Terbawa (2018) karya Pinto Anugrah. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra khususnya dari sudut pandang kebudayaan Minangkabau. Hasil analisis mengungkapkan bahwa falsafah adat Minangkabau yang ditampilkan secara menonjol dalam novel tersebut adalah perihal menjaga martabat dan harga diri. Falsafah tersebut dikaitkan dengan masalah moralitas adat yang dialami para tokoh utama perempuan di dalam novel. Peran Kaba dalam novel ini adalah sebagai alat untuk melestarikan dan menegakkan falsafah dan moralitas adat Minangkabau tersebut kepada tokoh dan pembaca. Kaba dalam novel ini tidak hanya didefinisikan sebagai tradisi lisan yang dilestarikan dari zaman ke zaman tetapi juga sebagai segala upaya masyarakat Minangkabau untuk menjaga martabat dan harga diri seorang perempuan atau ibu dalam lingkungan masyarakat.

Minangkabau culture is one of many cultural points of view that are often represented in Indonesian literature. Within the said culture, traditional philosophy and morality are believed and carried out by the people. One of the ways to preserve that traditional philosophy is through the cultural tool. This study discusses the role of Kaba, a verbal tradition from Minangkabau, as a tool to represent one of Minangkabau's traditional philosophies and morality in a novel titled Jemput Terbawa (2018) by Pinto Anugrah. The method used in this research is a descriptive qualitative method with a sociology literature approach from the point of view of Minangkabau culture. The results from the analysis found that the traditional philosophy of Minangkabau that is represented the most in the novel is about preserving dignity and self-esteem. That philosophy is linked to the moral issues that the female main characters in the novel are facing. The role of Kaba in this novel is a tool to preserve and uphold that philosophy and morality for the characters and the readers. Kaba in this novel is not only defined as a verbal tradition that has been preserved through generations but also as any efforts that the Minangkabau people make to preserve and protect the dignity and self-esteem of the women or mothers in their society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Irwandi
"Tesis ini berisi tentang dinamika dan fungsi organisasi sosial masyarakat Minang di perantauan, dalam hal ini adalah Gebu Minang. Walaupun didirikan di perantauan, sebetulnya organisasi dan studi ini berkaitan dengan relasi rantau dan ranah pada masyarakat Minangkabau. Bagi masyarakat Minang, keduanya (rantau-ranah), tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Dengan mengkaji organisasi ini sebetulnya juga memperlihatkan bahwa dalam perjalanan proses relasional rantau dan ranah ini terjadi dinamika tersendiri yang sangat menarik untuk diikuti dan dikaji.
Organisasi ini mempakan organisasi sosial yang didirikan oleh para elit Minang di perantauan yang memiliki beragarn fungsi. Sebagai forum untuk aspek-aspek sekular dari identitas etnik, wahana untuk mengekspresikan identitas etnik, mekanisme adaptif, wahana interaksi, media penghubung rantau-ranah dengan perwujudan ekspresi filantropi dan sekaligus juga ajang pengakuan eksistensi elit itu sendiri.
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian terlibat, wawancara mendalam dan juga studi pustaka. Dalam studi ini penulis melihat organisasi sosial secara lebih dinamis, tidak terpaku pada struktur fungsi semata, tapi bagaimana para aktor di dalamnya secara kreatif manipulatif menjalankan organisasi sosial ini sesuai dengan kebutuhan mereka.
Gebu Minang dengan segala dinamikanya merupakan pengorganisasian modal sosial masyarakat Minangkabau untuk pertama kalinya yang berskala nasional. Supra nagari, jaringan, dan adanya pilantropi adalah diantara yang ingin diterapkan oleh elit Minang di dalam Gebu Minang. Upaya ini belum mendapatkan respon yang baik, walaupun tetap eksis, karena faktor elitis dan kuatnya identitas dan solidaritas nagari-nagari dan sub-sub insitusi yang ada di bawahnya, serta egaliterianisme yang membalut masyarakat Minangkabau."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21939
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiyos Fira
"Laporan penelitian yang diuraikan dalam tesis ini, tersusun berdasarkan penelitian tentang aktivitas kantau yang dilakukan oleh sebagian besar perantau Minang di Pasar Cipulir. Penelitian ini dilaiarbelakangi oleh merantau sebagai pola migrasi orang Minang dalam hubungannya dengan perkembangan dunia industri dan pasar garmen di Jakarta. Fokus penelitian adalah pada konsep kantau sebagai salah satu pilihan okupasi perantau Minang di Jakarta. Terdapai tujuh pokok pertanyaan yang menjadi dasar penelitian ini, untuk memudahkan analisa, sepuluh pertanyaan tersebut terbagi dalam dua aspek, yailu 1). Bagaimana aspek historis kantau, Apa itu kantau dan bagaimana asal mulanya kantau dalam aktivitas pasar garmen dalam hubungannya dengan komunilas orang Minang di Pasar Cipulir? Bagaimana profile Tukang Kantau/Pengantau dan bagaimana proses integrasi individu dalam aktivitas kantau tersebut, Apakah kantau merupakan perkembangan dari pola okupasi orang Minang di perantauan yang terkait dengan modal individu (human capital) dan modal budaya (culture capital) orang Minang? Dan 2). Bagaimana eksistensi institusi kantau dalam jaringan sosial yang ada di Pasar Cipulir, Bagaimana gambaran umum komunitas etnik Minang di Pasar Cipulir?, Bagaimana posisi kantau dalam struktur komunitas etnik Minang pelaku kantau di sektor gannen alau bagaimana community prome kantau?, Nilai-nilai apa yang terbentuk dalam aktilitas kantau dalam hubungannya dengan bonding, bridging, linked modal sosial dalam kegiatan kantau? Bagaimana tipologi kegiatan mengantau tersebut dan apakah kantau dapat menjadi Iembaga yang berkembang atau hanya sebagai batu Ioncatan bagi para pelakunya? Penelitian ini menggunakan metode kualitalif dengan tipe eksploratif.
Pengumpulan data dan analisa difokuskan pada kajian holistik pada subyek-subyek penelitian yailu para Tukang Kantau. Pada analisa hasil penelitian dilakukan pemilahan, kategorisasi dan klasifikasi subyek penelitian untuk mendapalkan pemetaan yang lengkap tentang konsepsi kantau ilu sendiri. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, observasi dengan partisipasi pasif dalam aktivitas mengantau, dilengkapi dengan studi literatur untuk menggali segi-segi historis yang ada. Pemilihan informan dilakukan dengan teknik snowball.
Hasil penelitian ini secara umum menuniukan bahwa secara historis, konsep kantau terkait erat dengan konsepsi merantau orang Minang di Jakarta. Anak kantau adalah satu dari generasi anak dagang yang lahir dalam dinamika dunia perantauan orang Minang. Pengertian tukang kantau pada pasar garmen menunjuk pada posisi perantara (middleman) dalam arus pemasaran dan proses lndustri garmen. Sementara itu dalam tataran yang lebih kompleks, kantau menjadi sebuah konsep yang Iebih luas, yaitu meliputi proses integrasi individu dan regenerasi pedagang-produsen garmen di Pasar Cipulir. Munculnya aktivitas kantau di Pasar Cipulir dapat ditelusuri sampai tahun 70-an. Temuan peneliti menunjukan adanya periodesasi dalam perkembangan Pasar Cipulir, yaitu; Periode pasar kodian, periode pasar lusinan dan periode kompetisi bebas.
Aklivitas kantau lahir seiak periode pertama. Profil tukang kantau yang ditemukan adalah mengantau sebagai batu loncatan, mengantau sebagai katup penyelamat dan peluang mempertahankan eksistensi di pasar dan industri garmen, mengantau kearah hulu dan hillr dalam rantai produksi dan pemasaran produk garmen serta profile akhir dari profesi tukang kantau. Kemudian dilemukan pula tipologi tukang kantau yailu; menurut posisi bertindak, terdiri dari tukang kantau perantara, tukang kantau penjual, tukang kantau berkeliling antar pasar atau daerah dan tukang kantau garmen dibawah standar. Sementara itu menurut jenis barang, tukang kantau dapat dibedakan, tukang kantau bahan baku dan tukang kantau barang jadi, Temuan penelitian menunjukan bahwa aktivitas kantau memiliki eksistensi dan kontribusi yang signifikan dalam perkembangan pasar dan industri garmen di Pasar ClpuIir sehingga, kantau terus ada sebagai reproduksi komunitas orang Minang d Pasar Cipulir. Nilai yang ditemukan dalam aktivitas kantau adalah menjaga kepercayaan sehingga menjadi bridging modal sosial aktivitas kantau. Melekatnya kantau dengan komunitas pedagang menyebabkan kantau tidak akan pernah memiliki bonding modal sosial yang solid, oleh karena itu aktivitas kantau tidak dapat menjelma menjadi sebuah lembaga formal dan berkembang."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21995
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salman Alfarisi
"[ABSTRAK
Masyarakat Minangkabau dikenal aktif melakukan pergerakan keluar dari daerah asalnya atau disebut merantau. Merantau telah melembaga dalam sistem sosial. Itulah sebabnya penelitian geografi kebudayaan mengenai pola pergerakan dalam merantau menarik untuk dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan mewawancarai delapan informan. Pada dasarnya, merantau merupakan budaya yang digunakan untuk meningkatkan kualitas diri laki-laki Minang. Merantau dipengaruhi daya dorong dari ranah berupa sistem sosial, budaya, dan kondisi fisik serta daya tarik yang kuat dari rantau berupa perekonomian dan pendidikan yang menimbulkan kesenjangan di kedua wilayah. Faktor pribadi individu berupa motivasi dan tujuan, kekerabatan, serta identitas diri juga berperan penting dalam menentukan keputusan merantau. Pola pergerakan dalam proses merantau terlihat mengarah ke kota-kota dengan kondisi perekonomian dan pendidikan yang baik.
ABSTRACT
Minangkabau community is known for actively migrating out from their origins, the tradition called "merantau". Merantau has been institutionalized in a particular social systems. The nature made the study of cultural geography regarding the movement patterns in merantau is fascinating. This research was conducted using qualitative method by interviewing eight informants. Basically, ?merantau? is a culture that is used to improve the quality of men in Minang Merantau is influenced by the outer stimuli ranging from the form of social system, culture, and physical conditions and the strong appeals of the ?rantau?, the destination areas, in the form of economic and education opportunities that constituted gaps in the two distinct regions. Individual personal factors such as motivation and purpose, kinship, and identity also plays an important role in determining the decision to undergo "merantau". Movement patterns in the process of merantau have inclinations to prefer cities with good economic conditions and good educational opportunities.
;Minangkabau community is known for actively migrating out from their origins, the tradition called "merantau". Merantau has been institutionalized in a particular social systems. The nature made the study of cultural geography regarding the movement patterns in merantau is fascinating. This research was conducted using qualitative method by interviewing eight informants. Basically, ?merantau? is a culture that is used to improve the quality of men in Minang Merantau is influenced by the outer stimuli ranging from the form of social system, culture, and physical conditions and the strong appeals of the ?rantau?, the destination areas, in the form of economic and education opportunities that constituted gaps in the two distinct regions. Individual personal factors such as motivation and purpose, kinship, and identity also plays an important role in determining the decision to undergo "merantau". Movement patterns in the process of merantau have inclinations to prefer cities with good economic conditions and good educational opportunities.
, Minangkabau community is known for actively migrating out from their origins, the tradition called "merantau". Merantau has been institutionalized in a particular social systems. The nature made the study of cultural geography regarding the movement patterns in merantau is fascinating. This research was conducted using qualitative method by interviewing eight informants. Basically, “merantau” is a culture that is used to improve the quality of men in Minang Merantau is influenced by the outer stimuli ranging from the form of social system, culture, and physical conditions and the strong appeals of the “rantau”, the destination areas, in the form of economic and education opportunities that constituted gaps in the two distinct regions. Individual personal factors such as motivation and purpose, kinship, and identity also plays an important role in determining the decision to undergo "merantau". Movement patterns in the process of merantau have inclinations to prefer cities with good economic conditions and good educational opportunities.
]"
Universitas Indonesia, 2016
S61817
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridjaluddin Shar
Jakarta: Themis Publishing , 2016
899.224 4 RID t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Katubi
"Tindak tutur meminta maaf merupakan tindak tutur yang mengemban fungsi perbaikan jika berkaitan dengan permintaan maaf retrospektif. Sementara itu, tindak tutur meminta maaf dapat mengemban fungsi pelunakan jika berkaitan dengan permintaan maaf antisipatoris atau prospektif. Penelitian ini bertolak dari tindak tutur meminta maaf sebagai tindak retrospektif.
Agar penutur dan petutur tidak kehilangan muka, dalam interaksi penutur perlu memilih strategi meminta maaf. Dengan menggunakan parameter solidaritas dan kekuasaan dalam tiga jenis pelanggaran, penelitian ini melihat strategi meminta maaf dan ungkapannya dalam bahasa Indonesia oleh kelompok etnis Minangkabau. Setelah itu, hasil penelitian dianalisis dari perspektif gender.
Responden penelitian ini berjumlah 196 orang yang terdiri atas 102 responden wanita dan 94 responden pria. Semua responden berusia 27--50 tahun dan semuanya staf pengajar di Universitas Bung Hatta, Padang. Hal itu dimaksudkan agar ada kesamaan kelompok usia, latar sosial, dan profesi karena variabel itu turut berperan dalam penelitian bahasa dan gender.
Hasil analisis data menunjukkan adanya perbedaan strategi meminta maaf yang digunakan oleh responden kelompok wanita dan pria. Perbedaan penggunaan strategi itu tampak, baik pada pelanggaran I, II, dan III maupun secara keseluruhan berdasar penghitungan statistik uji F.
Perbedaan penggunaan strategi meminta maaf itu dapat dijelaskan dari perspektif gender. Dalam pandangan adat Minangkabau, wanita dikonstruksi secara berbeda dengan pria dalam konteks sosial budaya. Salah satu aturan dan pantangan yang harus dipatuhi wanita Minangkabau adalah aturan dan pantangan berbahasa. Aturan seperti itu tidak ditemukan pada kelompok pria. Oleh sebab itu, sangat mungkin perbedaan itu berpengaruh terhadap penggunaan strategi berbahasa, termasuk meminta maaf."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T3673
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Anggraini Oktavia
"Ikatan-ikatan pada struktur sosial dan budaya masyarakat Saniangbaka yang berdasarkan kepercayaan anggotanya telah mampu menciptakan kekuatan sosial-ekonomi pada masyarakat Saniangbak secara keseluruhan. Pembahasan dalam penelitian ini difokuskan pada Kapital Sosial yang tertambat pada struktur sosial masyarakat Minangkabau, yaitu dalam bentuk organisasi warga Saniangbaka di Jakarta. Dalam membahas hal tersebut diteliti a). Apakah struktur sosial dan budaya Minangkabau berpengaruh terhadap struktur dan organisasi IWS di Jakarta, b). Apakah dari struktur sosial dan budaya Minangkabau dan struktur organisasi IWS di Jakarta itu muncul kapital-kapital sosial yang fungsional, c). Apakah dari struktur budaya itu muncul kapital-kapital budaya.
Adapun tujuan penelitian pada tesis ini adalah sebagai berikut: a). Untuk mengidentifikasi kapital sosial yang tertambat pada struktur sosial Minang dan organisasi IWS, b). Untuk mengidentifikasi kapital budaya Minang dan organisasi IWS, c). Untuk mengidentitikasi fungsi kapital sosial bersama kapital-kapital lainnya dalam mencapai tujuan-tujuan orang Saniangbaka di Jakarta.
Kajian ini di teliti dengan menggunakan kerangka berfikir tentang ikatan struktur sosial-budaya masyarakat Saniangbaka mengenai kapital sosial sebagai suatu nilai Mutual Trust (kepercayaan) antara anggota masyarakat terhadap pemimpinnya. Kapital sosial didefinisikan sebagai institusi sosial yang melibatkan jaringan (networks), norrna-norma (norms), dan kepercayaan sosial (social trust) yang mendorong pada sebuah kolaborasi sosial (koordinasi dan kooperasi) untuk kepentingan bersama. (Putnam: 1993) Putnam ( l993B: 3) juga melihat bahwa struktur sosial dalam bentuk jaringan "Civic Engagement" dapat mernfasilitasi koordinasi dan komunikasi, serta komunitas. Jaringan Civic Engagement seperti: relasi-relasi ketetanggaan, koperasi-koperasi, perkumpulan massa partai, kelompok-kelompok olahraga, dan assosiasi-assosiasi yang Iain, menggambarkan interaksi horizontal yang intensif. Sebab itu, secara hipotetik Putnam (1993a: 173) menyatakan semakin padatjaringan-jaringan di dalam komunitas, semakin mungkin warga warga bekerja sama untuk memperoleh manfaat secara bersama-sama (mutual benefit).
Pendekatan penelitian kali ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada warga Saniangbakar di Jakarta yang berasal dari Saniangbaka Kabupaten Solok-Sumatera Barat. Penggalian data dan informasi dilakukan pada organisasi masyarakat Saniangbaka di Jakarta yaitu dalam organisasi Ikatan Warga Saniangbakar (IWS). Kelompok-kelompok yang berada dalam organisasi tersebut dijadikan subjek penelitian karena mereka tergabung dalarn Ikatan Warga Saniangbakar yang telah lama menjalani semua aktifitas masyarakat Saniangbakar di Jakarta.
Dalam penelitian ini, dipilah yang menjadi informan dalam melengkapi informasi tentang Warga Saniangbakar di Jakarta Adapaun Informan yang dituju terbagi atas dua yaitu informan kunci (key informan) dan informan biasa. Informan Kunci dilakukan dengan metode wawancara mendalam (indepth inrerview) Pengumpulan data penelitian yang dilalcukan pada metode kualitatif. Pertama, data atau informasi yang di dapat melalui wawancara mendalam (indepth Interview). Kedua. peneliti juga melakukan pengarnatan lapangan atau observasi untuk menambah informasi. Untuk menambah informasi dilakukan wawancara dengan melakukan kuisioner dan pengamatan yang mana peneliti ikut berperan serta. Dengan didapatkannya data lapangan, maka kemudian dilakukan analisa data hasii penelitian mulai dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Huberman dan Miles, 1994: 428-429). Data yang ada dipilah-pilah, hasil penelitian kemudian dikelompokkan kedalam pola-pola, kategori-kategori, atau tema-tema tertentu (Creswell, 1994: 154).
Hasil penelitian didapat bahwa struktur sosial-budaya yang melekat kuat pada individu-individu dalam masyarakat Saniangbaka, memunculkan kapital-kapital yang berfungsi sebagai pemersatu dan pendorong kesejahteraan masyarakat Saningbakar. Jadi masih ada struktur sosial-budaya pada masyarakat Saniangbaka di perantauan. Jaringan-jaringan yang terbentuk, berbentuk jaringan kerjasama anggota-anggota Ikatan Warga Saniangbaka, baik dengan anggotanya sendiri maupun dengan anggota organisasi dan masyarakat lain secara informal ataupun formal, seperti: Perdagangan dan organisasi yang berperan rneningkatkan kesejahteraan anggota Ikatan warga Saniangbaka. Kapital sosial masyarakat Saniangbaka juga membentuk kapital fisik, kapital Manusia dan kapital-kapital lainnya: Agama, bahasa dan perdagangan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22198
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fithratul Miladiyenti
"Tesis ini menganalisis pemaknaan metafora pada pituah-pituah dalam prosesi Malam Bainai dalam adat perkawinan Minangkabau. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan semiotik. Pemaknaan metafora dilakukan dengan menganalisis pemetaan bentuk konkret referen sekunder ke dalam konsep abstrak referen primer yang berfokus pada penelaahan aspek referensial dan relasi tanda yang terdapat di dalam metafora sebagai suatu tanda yang kompleks. Penelaahan aspek referensial dan relasi tanda dilakukan dengan menggunakan teori metafora semiotik Danesi-Perron serta menggunakan model trikotomi Peirce. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemaknaan metafora sangat berkaitan erat dengan proses pemetaan referen sekunder (representamen) ke dalam referen primer (objek) yang mengungkap pesan-pesan kearifan budaya Minangkabau (interpretan). Nilai-nilai kearifan budaya tersebut direpresentasikan representamen-representamen yang ada melalui fungsi, karakteristik, ciri khas, sifat, struktur, manfaat, maksud serta kondisi unik yang dimiliki oleh representamen-representamen tersebut. Hasil penelitian juga mengungkap pola representasi metafora di dalam budaya Minangkabau.

This thesis analyzes the interpretation of metaphor in Pituah-pituah in Malam Bainai ritual in Minangkabau traditional wedding. This research is a qualitative research by means of semiotic analysis. The interpretation of metaphor is conducted by analyzing the vehicle-topic mapping focused on observing the relational and referential aspects of the sign in the metaphor as a complex sign. The observation of relational and referential aspects is conducted by using Danesi-Perron?s metaphor theory and Peirce?s trichotomy model. The results of this research show that the interpretation of metaphor is closely related to the vehicle (representamen)-topic (object) mapping deciphering cultural wisdom messages (interpretant). The representamens represent the values of cultural wisdom through their functions, characteristics, structures, benefits, intentions and unique conditions. The results of this research also reveal the representational pattern of metaphor in Minangkabau culture."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T33307
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>