Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
At normal service tenperatures,wearing course asphalt mixtures may have ductile cracking. Aggregate gradation characteristic is important to avoid the premature cracking.....
ITJOICT
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Daswiyanto
Abstrak :
Sebagian besar aspal pertamina hanya digunakan sebagai pelapis jalan raya. Hal ini disebabkan terbatasnya jenis dan kelas yang dihasilkan, padahal dengan sedikit modifikasi aspal bisa digunakan diberbagai bidang. Untuk itu perlu dilakukan modifikasi agar aspal pertamina mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi aspal pertamina dengan mencampurnya dengan aspal buton kemudian dijadikandalam bentuk emulsi. Penelitian ini dimulai dengan menumbuk dan mengekstrak aspal buton, setelah itu dicampur dengan aspal pertamina dengan berbagai variasi konsentrasi, kemudian diemulsikan dengan sabun (sodium oleat). Aspal emulsi yang terbentuk dilakukan uji spesifikasi yang sesuai dengan aspal emulsi lapisan pelindung lIogam dan lapisan pelindung atap menurut ASTM. Campuran aspal pertamina dengan aspal buton dapat meningkatkan kualitas aspal emulsi.
Part of pertamina asphalt is only used as road coating. This is because of limited kind and grade produced, whereas by only scanty modifications, it can be used in various sectors. For that reason, modifications are needed so that the pertamina asphalt may possess a higher additional value. In this research, modifications of pertamina asphalt were done by blending with buton asphalt and transformed into emulsion form. This research begined with grinding and extracting buton asphalt, then, it was blended with pertamina asphalt by applying various concentrations, and after that, it was emulsified with soap (sodium oleate). The ready-processed emulsion asphalt was examined suitable for protective coating in metal emulsion asphalt and protective coating in roofing as per ASTM specification. The mixture of pertamina asphalt and buton asphalt may 'increase the quality of emulsion asphalt.
Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hizkia Adhikaratma
Abstrak :
Berdasarkan hasil uji stabilitas dan volumetrik Marshall, kualitas campuran aspal dan agregat ditentukan melalui besar Kadar Aspal Optimum (KAO). Dalam pembuatan sampel, rentang prediksi KAO ditentukan dengan menghitung berdasarkan ukuran fraksi agregat (agregat kasar, agregat halus, dan bahan pengisi) sesuai dengan pedoman Asphalt Institute dan RSNI M-06-2004. Dewasa ini, banyak peneliti yang melakukan pengembangan campuran beton aspal modifikasi menggunakan bahan aditif dengan proses basah atau kering. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan antara model prediksi KAO Asphalt Institute yang tercantum dalam RSNI M-06-2004 dengan model hasil regresi linear penelitian ini; membuktikan pengaruh perubahan proporsi fraksi ukuran agregat terhadap perubahan nilai KAO; dan melakukan analisis terkait perubahan koefisien setiap fraksi ukuran agregat pada model prediksi KAO pada campuran aspal konvensional dan campuran aspal modifikasi. Hasil model regresi linear bahwa fraksi agregat kasar tidak mempengaruhi penentuan nilai KAO, sementara agregat halus dan bahan pengisi memiliki pengaruh. Meningkatnya proporsi agregat halus menyebabkan peningkatan nilai KAO, yang mana pada campuran aspal konvensional lebih signifikan daripada campuran aspal modifikasi. Peningkatan proporsi bahan pengisi dapat meningkatkan nilai KAO pada proses kering, sebaliknya dapat menurunkan nilai KAO pada proses basah. ......Based on the stability and volumetric Marshall test results, the quality of asphalt and aggregate mixtures is determined by the Optimum Asphalt Content (OAC). In sample production, the predicted range of OAC is determined by calculating based on the aggregate fraction sizes (coarse aggregate, fine aggregate, and filler) according to the Asphalt Institute’s guidelines and RSNI M-06-2004. Nowadays, many researchers are developing modified asphalt concrete mixtures using additive materials through wet or dry processes. This study compared the Asphalt Institute's OAC prediction model, as stated in RSNI M-06-2004, with the regression model developed in this research. It aimed to demonstrate the influence of changes in aggregate size fraction proportions on the OAC value and analyze the coefficient changes for each aggregate size fraction in the OAC prediction model for both conventional and modified asphalt mixtures. The linear regression model results showed that the coarse aggregate fraction did not affect the determination of the OAC value. In contrast, the fine aggregate and filler material had an influence. Increasing the proportion of fine aggregate led to an increase in the OAC value, which was more significant in conventional asphalt mixtures than in modified asphalt mixtures. Increasing the proportion of filler material could increase the OAC value in the dry process. However, conversely, it could decrease the OAC value in the wet process.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Satria
Abstrak :
Campuran aspal emulsi mulai dilirik sebagai lapis-an sub base, base, maupun lapisan permukaan (aus) dan patching (penambahan). Campuran ini dibuat tanpa proses pemanasan, memiliki nilai struktural setara hot mix, dapat dibuat dengan menggunakan peralatan yang sederhana seperti beton molen dan campuran dapat disimpan (stock) beberapa hari. Studi karakteristik campuran aspal emulsi ini dilakukan untuk melihat sampai berapa lama campuran ini dapat disimpan (stock). Proses penelitiannya dimulai dari pemeriksaan masing-masing material campuran, pemeriksaan kadar air pelekatan, pemeriksaan kadar air pemadatan, pemeriksaan kadar aspal emulsi campuran, pemadatan benda uji, dan pengujian Marshall. Pengujian dilakukan dalam tahapan watt 0 hari sampai dengan 21 hari, sehingga dapat dilihat parameter Marshall yang bergeser atau berobah dan dibandingkan antara campuran Dense Graded dengan Open Graded berdasarkan spesifikasi Asphalt Institute. Parameter yang paling menentukan adalah total void dan stability, dan dari basil pengujian Marshall untuk campuran aspal emulsi CSS-1 dengan aggregat bergradasi rapat bisa disimpan (stock) maksimum selama 7 hari. Dan untuk campuran bergradasi terbuka tidak dapat ditentukan karena salah sate parameter Marshall yaitu Total Void tidak memenuhi persyaratan spesifikasi Asphalt Institute sehingga pengujian harus diulang.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35695
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Fahmi
Abstrak :
Guna mengantisipasi pesatnya pembangunan sarana perhubungan darat, dikembangkan campuran yang menggunakan aspal emulsi sebagai bahan perekatnya. Campuran aspal emulsi bisa digunakan sebagai lapisan pondasi atas, maupun lapisan permukaan. Campuran ini memiliki nilai struktura! hampir setara dengan hot mix, dan dapat dibuat dengan menggunakan peralatan yang sederhana, karena tidak memerlukan proses pemanasan. Kelemahan campuran dengan menggunakan aspal emulsi adalah nilai rongganya yang cukup besar. Hal ini akan mempengaruhi sifat-sifat campuran seperti stabilitas sisa (immersed stability). keawetan (durability}, dan permeability nya. Dalarn penelitian ini dicoba untuk membuat campuran yang menggunakan aspat emulsi CSS-1, sebagai bahan perekatnya, dengan aggregat bergradasi rapat. Hasilnya dibandingkan dengan campuran aspal emulsi CSS-1 dengan aggregat bergradasi rapat ditambah 2 % semen. Proses penelitiannya dimulai dari pemeriksaan masing-masing material campuran, pemedksaan kadar air pelekatan. pemeriksaan kadar air pemadatan, pemeriksaan kadar aspal emulsi optimum, pembuatan benda UJl, dan ·pengujian mars-haiL Nilai parameter yang dlperbandingkan adalah stabilitas, rongga, berat isi kering, dan kelelehan. Dari hasil penelitian didapat bahwa campuran emutsi bergradasi rapat ditambah 2% semen memiliki stabilitas 21,05 % lebih tinggi (perawatan dengan perendaman), dan 6,64 % (perawatan tanpa perendarnan) dibandingkan dengan campuran emulsi bergradasi rapat tanpa semen. Total rongga campuran emulsi bergradasi rapat ditambah 2% semen memiliki nilai 5,79 % lebih kecil dari campuran emulsi bergradasi rapat tanpa semen. Berat isi kering campuran emulsi bergradasi rapat ditambah 2 % semen memiliki nilai 0,96 % lebih besar dari campuran emulsi bergradasi rapat tanpa semen. Sedangkan nilai kelelehan campuran emulsi bergradasi rapat ditambah 2 % semen lebih kecil 36,23 % dibandingkan campuran emulsi bergradasi rapat tanpa semen. Fleksibilitas campuran emulsi bergradasi rapat ditambah 2 % semen memiliki nilai lebih rendah dari campuran emulsl bergradasi rapat tanpa semen.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35699
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafi Farrassaid Setyawan
Abstrak :
Di negara wilayah tropis selama musim panas, HVAC pada gedung-gedung di area tropikal memiliki peran besar, namun sisi buruknya adalah HVAC juga menjadi pengkonsumsi energi terbesar pada suatu gedung. PCM bisa berguna untuk mengurangi penggunaan energi pada suatu gedung. Dengan memaksimalkan penggunaan thermal properties seperti latent heat of fusion and specific heat capacity ini bisa membantu material untuk menyerap panas dari ruangan dan hal tersebut sekaligus menambah efisiensi pendinginan. Tujuan pembuatan skripsi ini adalah untuk mengkarakterisasi PCM yang berbahan dasar minyak zaitun, minyak kedelai, dan minyak sawit yang dicampurkan dengan CEG 0-0.5wt%. Karakterisasi pun di lakukan terhadap PCM. Morfologi dari CEG diamati dengan menggunakan SEM EDS yang dilakukan di LIPI. Konduktivitas Termal diamati dengan menggunakan Hubertube thermostatic bath dan KD2 Pro analyzer yang dilakukan di UI. Perubahan fasa diamati dengan Differential Scanning Calorimetry (DSC) yang dilakukan di LIPI di range 0-40oC untuk tiap tipe minyak dan tiap w%. Berdasarkan pengujian kenaikan konduktivitas thermal sebesar 20% terjadi pada fraksi massa 0.5 wt%.Dari DSC juga terlihat bahwa pada fraksi massa 0.5 wt% PCM yang berbahan dasar minyak sawit mengalami peruhbahan fasa pada 5 oC yang membuat PCMnya terbukti mampu menyerap panas ruangan dan menjadi bahan yang menjanjikan untuk dijadikan PCM di suhu 0-40oC ......Buildings in tropical area’s HVAC system plays a major role due to hot condition, but the negative side of it is that HVAC systems in buildings eat up most of the energy which is usually more that 60% of total energy usage. A solution is given by making a Phase Change Material (PCM) that can help the cooling system of a building to reduce its energy consumption. By maximizing its thermal properties such as latent heat of fusion and specific heat capacity, it allows the material to help absorb the heat from the room and subsequently increase cooling efficiency. The purpose of this essay is to characterize the PCM from various types of oils such as Olive, Soya, and Palm Oil mixed with compressed expanded graphite (CEG) with a mass fraction of 0-0.5wt%. Then the characterization was done towards the PCMs. The morphology of CEG was observed the Scanning Electron Microscope -Energy Disperse Spectrometry (SEM-EDS) in LIPI. Thermal conductivity increase was observed by experiment using Hubertube thermostatic bath and KD 2 Pro analyzer was done in UI. Differential Scanning Calorimetry(DSC) was done in LIPI to know the phase change through out the temperature range 0-40 oC of each types of oils. The result in this study showed that expanded graphite and various oil mixture shows an improvement in thermal conductivity with around 20% at mass fraction of 0.5wt%. Also thru DSC it shows that at 0.5wt% the PCM made from palm oil shows a phase change at 5 oC that allows it to absorb heat from the room and be a promising material to be made a s PCM for a temperature range of 0-40 oC.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Illyin A. B.
Abstrak :
ABSTRAK
Indonesia mengimpor 500.000 ton aspal minyak per tahun walaupun memiliki potensi Asbuton sebesar 677 juta ton. Pelarut anorganik dapat mengestrak aspal dari batuannya sampai 100%, seperti HCl. Masalahnya, mahalnya proses yang menggunakan pelarut yang mahal membuat industri ini sulit berkembang. Penggunaan asam asetat dengan konsentrasi rendah maupun tinggi dapat digunakan untuk melarutkan pengotor CaCO3 dalam asbuton secara sempurna. Pelarutan CaCO3 akan semakin besar dengan dilakukannya peningkatan suhu dan konsentrasi sampai pada kondisi optimum, yaitu 3 M asam asetat dan suhu operasi 80oC. Dari proses pelarutan ini menghasilkan aspal dengan kualitas yang cukup tinggi, yaitu 67,08%.
ABSTRACT
Even though has a potential of 677 million tonnes Asbuton, Indonesia import 500,000 tons of asphalt per year. Inorganic solvents can extract bitumen from the rock until 100%, such as HCl. The problem is the expensive process requiring expensive solvent so the method can?t be applied. The use of acetic acid with low and high concentrations can be used to dissolve impurities asbuton CaCO3 in perfectly. CaCO3 dissolution will be even greater with increasing temperature and concentration until optimum conditions; there are 3 M acetic acid and the 80 °C operating temperature. With this dissolution, process produces asphalt with a high quality which is 67.08%.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43191
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
This book presents a liber amicorum dedicated to Wolfgang H. Müller, and highlights recent advances in Prof. Mullers major fields of research: continuum mechanics, generalized mechanics, thermodynamics, mechanochemistry, and geomechanics. Over 50 of Prof. Mullers friends and colleagues contributed to this book, which commemorates his 60th birthday and was published in recognition of his outstanding contributions.
Switzerland: Springer Nature, 2019
e20509298
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Gita Bhaskara
Abstrak :
[ABSTRAK Dalam mendesain jalan raya perlu memperhatikan faktor pelayanannya, salah satunya adalah faktor keselamatan jalan dilihat dari kekesatannya. Kekesatan suatu jalan raya dapat diketahui dengan menggunakan alat British Pendulum Tester(BPT) yang mana akan dapat dilihat dari nilai Skid Numbernya. Penggunaan aspal modifikasi digunakan untuk merubah nilai viskositas pada campuran aspal panas dan hangat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh viskositas pada campuran aspal ACWC. Aditif yang digunakan berupa BNA-R pada campuran hangat dan Tire Rubber Powder pada campuran panas, yang menyebabkan nilai viskositas yang semakin tinggi tiap kadarnya sehingga akan menaikan skid number yang ada.
ABSTRACT , In Pavement design we must consider every major and minor factors to create safetiness in using highways. One of them is skid resistance which measure the roughness in pavements. Using British Pendulum Tester we can measure the skid number from road pavements. Modified Asphalts helps to influence the viscosity number in hot and warm mix asphalt. The study aims to determine the influence of viscosity according to Asphalt Concrete Wearing Course (AC-WC). Contribution of asphalt modified crumb rubber, using BNAR and tire rubber powder is increasing the skid number, which is mix in warm temperature and hot temperature. By increasing the number of viscosity it will increase the skid number from different content ]
2015
S60280
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syaebani
Abstrak :
Penelitian ini menggunakan metode teknologi campuran beraspal hangat yang memungkinkan pengurangan temperatur pada campuran aspal. Penggunaan BNA-R sebagai bahan tambah pada campuran hangat diharapkan sebagaimana dapat mengurangi dampak buruk lingkungan yang dihasilkan dari metode hotmix, serta lebih ramah lingkungan. Proses pencampuran aspal dengan BNA-R yaitu dengan menggunakan alat pengaduk modifikasi dengan kecepatan maksimum 3000 rpm. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bahan dan Material Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, dan Laboratorium BBPJN IV, Cikampek-Karawang, Jawa Barat. Kadar BNA-R yang digunakan yaitu 10%, 15%, 20%, dan 25%. Penelitian ini menggunakan variasi kadar aspal 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, dan 7% untuk mendapatkan kadar aspal optimum dan digunakan sebagai acuan awal dalam job mix penelitian ini. Lalu dilakukan analisis dengan metode deskriptif analitis, yaitu dengan analisis regresi dan korelasi. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang kuat antara nilai ITS dengan MR yaitu dengan persamaan ?MR (MPa) = 0,010 ITS ^1,236?, dengan R² = 0,837. Selain itu terdapat pola hubungan antara nilai ITS dengan kadar BNA-R dimana pertambahan BNA-R akan meningkatkan nilai ITS. Pola tersebut dinyatakan dalam persamaan ?y = 3306x² - 1049x + 836.2?. Sedangkan, pola hubungan antara Modulus Resilien dengan kadar BNA-R dinyatakan dalam persamaan ?y = 20900x² - 5658x + 9138?.
This research used warm-mix asphalt technology which allows a reduction in the temperature of the asphalt mix. The used of BNA-R additive as material added to enhance performance of the asphalt with penetration 60/70 mixture of bitumen and the warm-mix asphalt are expected to reduce the bad effects of hot-mix method, also more environmentally-friendly. Mixing process of asphalt modified was used modification mixer with max. 3000 rpm. This research was conducted at the Laboratory of Substances and Materials Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering, University of Indonesia, and Laboratory BBPJN IV, Cikampek-Karawang,West Java. The BNA-R content that have been used are 10%, 15%, 20%, and 25%. This research used a variation of asphalt content; 5%, 5.5%, 6%, 6.5%, and 7%, to obtain the optimum aspalt content. Researcher must find the optimum asphalt content first before starting to mix the modification of the asphalt.. Then analyzed with descriptive analytical method; the regression and correlation analysis.The result of this research show the strength relation between ITS value and Resilient Modulus with equation ?MR (MPa) = 0,010 ITS ^1,236?, dengan R² = 0,727. In order that, there is a relation either between ITS value and BNA-R content that made in equation ?y = 3306x² - 1049x + 836.2?. And then, there is a relation too between Resilient Modulus and BNA-R content which ?y = 20900x² - 5658x + 9138?.
2015
S60253
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>