Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ginting, Jadigia
Abstrak :
Penelitian monomerimida model matriks komposit dimaksudkan untuk mencari alternatip baru dalam pengembangan material. Pemilihan poliimida sebagai matriks komposit akan memberikan kualitas komposit yang tahan pada suhu tinggi. Sintesis monomer imida dilakukan dengan metode PMR 15. Hasil sintesis monomer maleimida , bismaleimida, tetrahidroftalimida dan bistetrahidroftalimida masing-masing diperoleh sebanyak 65,3 % , 68,0 % , 73,1 %dan 83,4 % . Karakterisasi hasil sintesis diukur dengan HPLC , FTIR , 1H dan I3C - NMR serta dengan XRD, data ini menunjukkan struktur kimia monomer yang disintesis sesuai dengan yang diharapkan. Dari termogram DTA diketahui titik leleh masing-masing monomer pada 160 °C untuk maleimida , 160 °C untuk bismaleimida , 122 °C untuk tetrahidroftalimida dan untuk bistetrahidroftalimida adalah 202 °C serta telah ditentukan pula zona temperatur polimerisasi sebagai puncak eksotermal yaitu masing-masing pada 250 - 310 °C untuk maleimida , 210 - 280 °C untuk bismaleimida, 150 - 206 °C untuk tetrahidroftalimida serta 377 - 450 °C untuk bistetrahidroftalimida. Studi fisikokimia dilakukan pada kisaran temperatur ini. Penentuan kondisi polimerisasi optimal dilakukan dengan studi kinetika dan mekanisme polimerisasi dengan analisis fisikokimia menggunakan spektrofotometer FTIR. Polimerisasi optimal diperoleh pada temperatur dan waktu masing - masing pada 258 °C selama 5 jam; 231 °C selama 3 jam ; 201 °C selama 5 jam dan pada 407 °C selama 3 jam masing-masing untuk maleimida, bismaleimida , tetrahidroftalimida dan bistetrahidroftalimida.Data FTIR, XRD GPC dan DTA menunjukkan monomerimida mengalami polimerisasi dengan pemanasan.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yahya Darmawan
Abstrak :
Secara umum di negara maju 95% wanita hamil mendapat pertolongan dokter dan 50% di antaranya ditolong oleh dokter ahli Obstetri dan Ginekologi, tetapi dinegara yang sedang berkembang pertolongan oleh dokter ahli Obstetri dan Ginekologi hanya 1% selebihnya mendapat bantuan bidan, perawat dan dukun beranak. Di Indonesia angka morbiditas dan mortalitas maternal maupun perinatal masih tinggi. Sebagai contoh angka kematian maternal di Indonesia pada tahun 1986 masih berkisar antara 400-450 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di negara ASEAN lainnya seperti Malaysia 69 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 142 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 100 per 100.000 kelahiran hidup dan bahkan Singapura sudah mencapai 5 per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab kematian ibu ini adalah perdarahan obstetrik disamping preeklampsia/eklampsia dan infeksi. I dan kawan kawan melaporkan bahwa di12 rumah sakit pendidikan di Indonesia antara 1977-1980 didapatkan angka kematian ibu terdiri dari perdarahan 30,4%, infeksi 22,2% dan pre/eklampsia 16,3%. Sedangkan Agustina selama tahun 1981-1982 di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung menemukan proporsi komplikasi obstetrik sebagai berikut: perdarahan 37,5%, preeklampsia/eklampsia 28,5% dan infeksi 19,7%. Sukirna melaporkan bahwa selama tahun 1988 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta kematian maternal terdiri atas Preeklampsia/eklampsia 46,15%, perdarahan 33,3% dan infeksi 7,69%. Perdarahan obstetrik mempunyai penyebab bermacam macam, salah satu penyebab perdarahan adalah koagulasi intravaskular diseminata (KID) yang dapat pula disebabkan oleh patologi pendarahan. KID merupakan suatu keadaan di mana mekanisme pembekuan dan fibrinolisis bekerja pada saat yang bersamaan. KID bukan merupakan suatu penyakit tetapi merupakan suatu penyulit dari patologi solusio plasentae, preeklampsia, kematian janin, atonia uteri, robekan jalan lahir, sisa plasenta dan kelainan pembekuan darah. Kekerapan KID belum diketahui pasti tetapi beberapa penulis mencoba untuk mengungkapkannya di antaranya Phillips (1975) di Amerika Serikat yang mendapatkan 24,3% dari kasus kematian janin, 17,6% dari 34% kasus syok septik, dan 19% kasus preeklampsia /eklampsia. Di Indonesia Hudono (1981) mengatakan bahwa komplikasi obstetrik yang paling sering disertai penyulit ini adalah solusio plasentae (10-30%)?.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eny Kusrini
Abstrak :
In this research, we studied the preparation of nanochitosan from the addition of potassium persulfate as an initiator for monomer polymerization and monocarboxylic acid—namely acetic acid, lactic acid, and formic acid—to a chitosan solution. To obtain the dried form of chitosan nanoparticles, we investigated the effects of oven and spray drying systems toward the physicochemical properties and morphology of chitosan nanoparticles. Successfully prepared chitosan nanoparticles were characterized by Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR), Field Emission Scanning Microscopy/Energy Dispersive X-ray Analysis (FESEM-EDX), and a particle size analyzer (PSA). The structures of nanochitosan prepared in different acids were quite similar based on the FTIR spectra. By increasing the concentrations of potassium persulfate, the yields of chitosan nanoparticles also increased. The concentration of potassium persulfate had a significant influence on the production of chitosan nanoparticles. The lowest concentration of potassium persulfate (0.6 mmol) did not produce an observable formation of chitosan nanoparticles. By using formic acid and potassium persulfate in various concentrations from 1.2–3.0 mmol, chitosan nanoparticles were obtained. A particle size distribution of chitosan nanoparticles was produced from a formic acid solution having a smaller size compared to others. The acidity effect of monocarboxylic acids in the formation of chitosan nanoparticles was better compared to the addition of other acids. Furthermore, synthesized chitosan nanoparticles (50–110 nm) produced from formic acid solutions have potential applications for drug carrier purposes.
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2015
UI-IJTECH 6:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Rima Debora
Abstrak :
Bisphenol A (BPA) adalah bahan kimia yang banyak digunakan sebagai monomer dalam produk plastik dan kaleng makanan atau minuman. Metil Paraben banyak digunakan secara luas sebagai pengawet dalam makanan olahan, produk perawatan pribadi, dan obat-obatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek yang dihasilkan oleh campuran senyawa Bisphenol A (BPA) dan Metil paraben (MeP) yang diberi paparan sinar UV-A pada pembentukan senyawa DNA-Adduct 8-Hidroksi-2’Deoksiguanosin (8-OHdG). Analisis 8-OHdG yang terbentuk dilakukan dengan menggunakan HPLC fasa terbalik dan detektor UV/Vis pada panjang gelombang 254nm. Fasa gerak yang digunakan berupa campuran larutan buffer fosfat dan metanol. Kondisi optimum HPLC diperoleh pada kondisi perbandingan fasa gerak 85:15 dengan laju alir 1,2mL/menit.  Penelitian ini dilakukan dengan variasi pH 7,4 dan 8,4 dan dengan waktu inkubasi 5 dan 7 jam pada suhu 37°C serta waktu paparan sinar UV-A 7 jam. Pada penelitian ini diperoleh bahwa senyawa campuran BPA dan MeP menghasilkan efek antagonis pada kondisi pH 7,4 dan menghasilkan efek adisi pada kondisi pH 8,4 terhadap pembentukan 8-OHdG dengan apabila dibandingkan dengan konsentrasi 8-OHdG yang terbentuk apabila BPA dan MeP diberikan secara terpisah pada waktu paparan yang sama.
Bisphenol A (BPA) is a chemical that is widely used as a monomer in plastic products and cans of food or drinks. Methyl Paraben (MeP) is widely used as a preservative in processed foods, personal care products, and medicines. This research was conducted to determine the effect produced by a mixture of BPA and MeP compounds given UV-A exposure in the formation of DNA-Adduct 8-Hydroxy-2'Deoxiguanosin (8-OHdG) compounds. Analysis of the formed 8-OHdG was performed using reverse phase HPLC and a UV/Vis detector at a wavelength of 254nm. The mobile phase used is a mixture of phosphate buffer solution and methanol. The optimum HPLC conditions were obtained at a mobile phase ratio of 85:15 with a flow rate of 1.2 mL/min. This research was conducted with a pH variation of 7.4 and 8.4 and with an incubation time of 5 and 7 hours at 37°C and 7hour UV-A exposure time. In this study it was found that a compound of BPA and MeP produced an antagonistic effect at pH 7.4 and produced an addition effect at pH 8.4 to the formation of 8-OHdG when compared to the 8-OHdG concentration formed when BPA and MeP were administered separate at the same exposure time.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library