Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sugiharto
"ABSTRAK
Bogie pada monorel jenis straddle berfungsi sebagai penumpu kabin penumpang, pemegang, dan pengarah gerak monorel dilintasannya. Bogie adalah komponen yang memberikan fleksibilitas gerak pada kabin penumpang saat melakukan gerak belok, naik dan turun. Struktur bogie jika ditinjau dari jumlah poros roda traksi yang digunakan dapat diklasifikasikan pada bogie poros tunggal single axle , bogie poros ganda double axle dan bogie poros jamak multi axle . Jumlah poros roda traksi yang digunakan merupakan fungsi dari kapasitas angkutnya, untuk kapasitas menegah dan besar umumnya menggunakan bogie poros ganda atau poros jamak. Pada bogie poros ganda atau multi poros untuk model poros non-steerable memiliki kemampuan belok yang relatif rendah jika dilewatkan pada lintasan dengan radius belok kecil.Monorel ukuran medium dengan panjang kabin 10 m sampai dengan 13 m umumnya menggunakan bogie jenis poros ganda double-axle , untuk model poros non-steerable yang dipasang secara independent memiliki kemampuan belok pada R ge; 60 m, dan kemampuan menanjak pada gradien le; 5 . Untuk meningkatkan kemampuan belok pada lintasan dengan radius belok yang lebih kecil R ? 60 m dilakukan dengan menempatkan bogie pada sambungan antar dua kabin coupler bogie atau digunakan bogie model poros steerable steerable-axle , akan tetapi kedua cara tersebut struktur bogie menjadi tidak sederhana dan cara perawatan relatif komplek.Prototipe industri monorel jenis straddle sudah dibuat di Indonesia adalah adalah monorel MC motor car ukuran sedang dengan dimensi panjang 13.145 m, jarak sumbu antar bogie 8.4 m, desain kemampuan belok pada radius R ge; 60 m dikecepatan gerak 20 km/jam, berat total kabin dan penumpang didefinisikan sebesar 24 ton. Rangka bogie dibuat dari material baja SS400 yang dibentuk dengan sambungan las. Dua unit motor penggerak dipasang pada tiap bogie adalah motor DC 750 V dengan daya 45 kW dan torsi maksimum 284 Nm.Untuk meningkatkan kemampuan belok pada prototipe monorel tersebut dilakukan evaluasi dan pengembangan desain model rangka bogienya. Evaluasi kemampuan belok dilakukan secara numerik pada satu model train consist. Bogie yang digunakan pada model train consit adalah model bogie prototipe dan model bogie hasil pengembangan, bogie pengembangan adalah bogie yang dipilih dari delapan model alternatif konsep, pemilihan alternatif dilakukan dengan metoda Analytical Hierarchy Process AHP .Hasil evaluasi dan pengembangan model train consist saat dilewatkan pada lintasan belok menunjukan, model train consist dengan bogie hasil pengembangan menunjukan bahwa torsi total pada roda penggerak dan penurunan energi kinetik yang terjadi lebih kecil dari model train consist dengan bogie model prototipe. Model train consist dengan bogie hasil pengembangan masih masih dijalankan pada radius belok R = 40 m dengan kecepatan gerak 20 km/jam, 30 km/jam, 40 km/jam, dan 50 km/jam.Nilai torsi yang terjadi pada model train consist untuk tiap lintasan belok selanjutnya dinormailisasi terhadap nilai torsi yang terjadi pada lintasan lurus untuk setiap kecepatan gerak. Hasil normalisali dapat dijadikan dasar rujukan dalam pemilihan bogie yang akan digunakan yang disesuaikan dengan kondisi sarana lintasan yang akan dilaluinyaHasil analisis FEM pada rangka bogie hasil pengembangan, tegangan maksimum terjadi pada semua alternatif konsep terjadi pada poros roda penggerak dengan nilai rata-rata sebesar 40 dari tegangan tariknya, defleksi yang terjadi dalam arah vertikal dan lateral yang terjadi nilainya kurang dari 1 mm.Model alternatif yang dipilih adalah alternatif konsep 2, model alternatif ini memiliki bentuk rangka utama menyerupai angka ldquo;8 rdquo;, dengan model pemasangan roda penyetabil dipasang sejajar dengan roda kemudi. Model desain ini selanjutnya direkomendasikan untuk digunakan dan dikembangkan lebih lanjut dengan melakukan optimasi dimensi rangka dan penurunan beratnya.

ABSTRACT
A bogie function on a straddle-type monorail is a passenger cabin holder, holder, and motion control a monorail on the trajectory. Bogie is the component that provides the flexibility of movement in the passenger cabin during a turn, uphill, and downhill. The bogie structure when viewed from the number of traction wheel shafts used can be classified on single axle bogie, double axle bogie and multiple axle bogies. The number of traction wheel shafts used is a function of the capacities, for large and medium capacity generally using double-axle or multiple axles. The bogies of a double-axle or multiple-axle model for the non-steerable axle, models have a relatively low curving ability when passing on the path with a small curving radius.The Medium-sized monorails with cabin lengths of 10 m up to 13 m generally use double-axle bogies. For non-steerable axle models as independently mounted, has a curving ability at R ge; 60 m, and uphill ability on gradient le; 5 . To improve the curving-ability on the path with a small curving radius R ? 60 m is performed by placing the bogie on the connection between two cabins coupler-bogie or using the steerable-axle bogie models, but both the ways make the bogie structure become not simple and relatively complex of maintenance.The industrial prototype of the straddle-type monorail already has made in Indonesia is a medium-size MC monorail with length dimension of 13.145 m and distance center between of bogies is 8.4 m, design of curving ability at R ge; 60 m, on motion speed 20 km/h, a total weight of cabins and passengers are defined at 24 tons. The bogie frames have made of SS400 steel material formed with welded joints. Two motor drive units mounted on a bogie are 750 V DC 45 kW and maximum torque of 284 Nm.To improve the curving-ability on the monorail prototype is performed the evaluation and development of the model design of a bogie frame. Evaluation of the curving-ability is performed numerically on the model of a train-consist. Bogie used in the train-consit model is a bogie model of a prototype and a model of development result, a bogie of development result is a selected bogie from eight alternative concept model, alternative selection is done by Analytical Hierarchy Process AHP method.The result of evaluation and development of train-consit model when passed on the curving trajectory showed the train-consist model using a bogie of development result the total torque on the traction wheels and reduction of kinetic energy has smaller than the train-consist model using a prototype bogie model. The train-consist model using a bogie of development result is still run on a curving radius of R = 40 m with motion speed 20 km/h, 30 km/h, 40 km/h, and 50 km/h.The torque values that occur in the train-consist model for each curving path are then normalized against the torque values that occur on a straight path for each motion velocity. Normalized results can be used as the basis of reference in the selection of bogies to be used that are conformed to the conditions of the path that will be passed.The results of FEM analysis on the bogie frame of the development result, the maximum stress occurs at all alternative concept occurs at the traction wheel axle with an average value only of 40 of a yield stress, deflection value occurs in the vertical and lateral axis is less than 1 mm.The selected alternative model is a concept 2, this alternative model has a main frame shape resembling the number 8 , with the placement model of stabilizing wheels mounted parallel to the steering wheels. The design model is then recommended to be used and further developed by optimizing the dimensions of the frame and a decrease in weight."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
D2517
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Siswantoro
"Dalam menghadapi era globalisasi perdagangan bebas, issue mengenai kemandirian daerah dalam mengelola pembangunan harus segera mendapat perhatian. Di era globalisasi pembangunan suatu bangsa tidak akan cepat dan merata apabila pembangunan di daerah selalu ditentukan pemerintah pusat. Pemerintah daerah harus memiliki kemandirian dan inisiatif bagi kemampuan pembangunan daerahnya. Oleh karena itu, pembangunan daerah di DKI Jakarta merupakan bagian dari pembangunan nasional, Pembangunan yang sudah dilaksanakan selama ini semakin beragam dan semakin komplek. Tetapi harus disadari pula bahwa masih terdapat kelemahan dan kekurangan dalam pembiayaan pembangunan yang selama ini dilakukan oleh Pemerintah DKI Jakarta. Oleh karenanya, sumber pembiayaan pembangunan harus di.evaluasi setiap akhir tahun atau setiap periode tertentu termasuk jenis/proyek yang akan dibiayainya. Kewenangan Pemerintah Daerah untuk rnelakukan penerbitan Obligasi Daerah terlebih dahuiu mendapat persetujuan DPRD maupun pemerintah pusat dan penerbitan obligasi daerah tersebut hanya digunakan untuk membiayai proyek-proyek investasi yang bersifat income generated.
Beranjak dari hal tersebut, perlu ditakukan kajian dan atau analisis mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Obligasi Daerah yang akan diterbtikan Pemerintah DK Jakarta sebagai implementasi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004. Pada dasarnya ketentuan mengenai pinjaman daerah sebagaimana diamanatkan dalam kedua undang-undang tersebut akan diterbitkan Peraturan Pemerintah namun hingga saat ini, ketentuan tersebut belum direalisasi atau masih dalam taraf pembahasan lebih lanjut oleh pemerintah.
Berbagai masalah yang perlu diketahui apabila Pemerintah Daerah DKI Jakarta menerbitkan obligasi Daerah untuk membiayai investasi seperti monorel kereta api, yakni:
1. Apakah obligasi dapat dijadikan salah satu sumber keuangan dalam pengadaan monorel di DKI Jakarta?
2. Bagaimana kesiapan Pemerintah Daerah DKI Jakarta dalam menerbitkan Obligasi Daerah?"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T18404
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghazian Zhafiri Ismiarso
"ABSTRAK
Dibutuhkan moda transportasi darat yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat modern. Kereta monorail adalah salah satu solusinya. Telah dilakukan perancangan boogie monorail, tetapi masih diperlukan perbaikan. Axle support merupakan bagian yang akan di-redesign. Proses redesign meliputi perubahan dimensi, fatigue design analysis, dan fatigue strength improvement study pada komponen flange hub, support ring, upper base, dan frame. Dari hasil redesign didapatkan total penurunan massa sebesar 4,9 % (9,11 kg) dari massa total. Dari hasil fatigue design analysis didapat bahwa komponen-komponen tersebut masih memenuhi kriteria fatigue design. Direkomendasikan beberapa alternatif peningkatan kekuatan fatigue pada komponen-komponen tersebut, antara lain heat treatment (carburizing), burr grinding, impact peening, dan ultrasonic impact peening

ABSTRAK
It takes land transport modes to meet the needs of modern society. Train monorail is one of the solutions. Boogie monorail design has been done, but still needed improvement. Axle support is a part that want to be redesigned. Redesigning process includes dimensional changes, fatigue design analysis, and fatigue strength improvement study on the hub flange, support ring, upper base and frame. From the results obtained, redesigning has total mass loss of 4.9% (9,11 kg). From the results of fatigue design analysis found that the components still meet the criteria for fatigue design. There are some reccomended fatigue strength improvements for these components, such as heat treatment (carburizing), burr grinding, impact peening, and ultrasonic impact peening.
"
2016
S63628
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Yohanna
"Penelitian ini bertitik tolak dari hasil survei komuter Jabodetabek 2019 yang diadakan oleh Badan Pusat Statistik yaitu sebesar 80,6% komuter berkegiatan utama bekerja. Hasil analisis faktor yang memengaruhi penglaju untuk menggunakan angkutan umum terintegrasi berdasarkan prioritas pada tahun 2021 di Jabodetabek adalah kenyamanan, keselamatan, keamanan, keterjangkauan, keteraturan, dan kesetaraan. Jakarta sebagai daerah tujuan komuter, perlu menyediakan fasilitas sosial dan umum sebagai kinerja konektivitas yang memenuhi aspek prioritas pengguna angkutan umum. Kawasan Dukuh Atas dengan sebagian besar sub-zona perkantoran dan sebagai daerah percontohan pengembangan Transit Oriented Development (TOD) tidak terlepas dari aspek fasilitas transit transfer yang memudahkan akses konektivitas. Sesuai dengan judulnya penelitian ini memiliki tujuan mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menilai kesesuaian eksisting fasilitas transit transfer di kawasan Dukuh Atas dengan standar yang berlaku di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif menggunakan instrumen kuesioner online mengenai tingkat kepentingan kepuasan pengguna layanan terhadap fasilitas transit transfer di kawasan Dukuh Atas yang memuat moda Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta, Bus Rapid Transit (BRT) Transjakarta, Kereta Api Bandara (Railink), dan Kereta Komuter (Commuterline). Kesimpulan dari penelitian ini adalah saran prioritas perbaikan fasilitas transit transfer berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA) dan indeks kepuasan pengguna layanan dengan metode Customer Satisfaction Index (CSI). Diperoleh indeks kepuasan pengguna layanan MRT Dukuh Atas, BRT Tosari, Kereta Api Bandara BNI City dengan kriteria “Puas” dan indeks kepuasan pengguna layanan KRL Sudirman dengan kriteria “Cukup Puas”.

Based on the findings of the 2019 Jabodetabek commuter survey conducted by Badan Pusat Statistik, which is 80.6% of commuters whose main activity is working. The results of the analysis of factors that influence commuters to use integrated public transportation based on priorities in 2021 in Jabodetabek are comfort, safety, security, affordability, regularity, and equality. As a commuter destination, Jakarta must provide social and public facilities as a connectivity performance that meets the priority aspects of public transport users. The Dukuh Atas area with most of the office sub-zones and as a pilot area for the concept Transit Oriented Development (TOD) is inseparable from the aspect of transit transfer facilities that facilitate connectivity access. As the title suggests, this research aims to identify, evaluate, and assess the suitability of the existing transfer transfer facilities in the Dukuh Atas area with the standards applicable in Indonesia. This study uses a quantitative approach using an online questionnaire instrument regarding the level of importance and satisfaction service of transit transfer facilities in the Dukuh Atas area which includes the Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta, Bus Rapid Transit (BRT) Transjakarta, Airport Train (Railink), and Commuterline. The conclusion of this research is the suggestion of priority for improvement of transit transfer facilities based on the calculation results using the Importance Performance Analysis (IPA) method and the service user satisfaction index using Customer Satisfaction Index (CSI) method. The satisfaction index of Dukuh Atas MRT, Tosari BRT, BNI City Airport Train users was obtained with the “Satisfied” criteria and the Sudirman Coummuterline service user satisfaction index with the “Quite Satisfied” criteria."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library