Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
S.F. Teguh Wardaya
Abstrak :
Trauma adalah cedera atau rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional. Untuk mengidentifikasi status mortalitas pasien trauma dibutuhkan skor trauma yang digunakan untuk menilai korban trauma diantaranya adalah RTS, ISS dan TRISS. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui skor trauma yang paling optimal digunakan di IGD RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo sehingga dapat diketahui batasan skor yang dapat mengancam nyawa dengan menggunakan disain kohort retrospektif. sampel yang digunakan adalah seluruh pasien trauma yang datang ke IGD RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 2013 sebanyak 1306. Skor RTS yang optimal pada penelitian ini sebesar 7,69 dengan sensitivitas 35,3% dan spesifisitas 99,4%, dengan OR 97,247 yang berarti skor RTS < 7,69 mampu mengidentifikasi 97,247 kali dibandingkan dengan skor RTS ≥ 7,69. Skor ISS yang optimal pada penelitian ini sebesar 39,5 dengan sensitivitas 11,8% dan spesifisitas 15%, dengan OR 45,084 yang berarti skor ISS ≥ 39,5 mampu mengidentifikasi 45,084 kali dibandingkan dengan skor ISS < 39,5. Skor TRISS yang optimal sebesar 99,35 dengan sensitivitas 76,5% dan spesifisitas 60,2% dengan OR 4,924 yang berarti skor TRISS < 99,35 mampu mengidentifikasi 4,924 kali dibandingkan dengan skor TRISS ≥ 99,35. Batasan skor TRISS yang digunakan di IGD RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo untuk mengidentifikasi status mortalitas sebesar 99,35.
Trauma is an injury or involuntary or emotional or psychological harm. To identify status mortality of trauma patients are needed trauma scores which used to assess trauma victims such as RTS, ISS, and TRISS. This study aims to determine the most optimal trauma score to be used in Emergency Unit of RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo so that can be known limitation score that may threaten the lives. This research used retrospective cohort design method. The study sampel were all patients who come to Emergency Unit of RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo in 2013 as many as 1.306 people. Optimal RTS scores in this study was 7.69 with a sensitivity of 35.3%, a specificity of 99.4%, and OR 97,247. It means RTS score < 7,69 were able to identify the status of trauma patient mortality 97.247 times compared with RTS score ≥ 7.69. Optimal ISS score in this study was 39,5 with a sensitivity of 11,8%, a specificity 15%, and OR 45,084. It means ISS score ≥ 39,5 were able to identify the status of trauma patient mortality 45,084 times compared with ISS score < 39,5. Optimal TRISS score in this study is 99,35 with a sensitivity of 76,5%, a specificity 60,2%, and OR 4,924. It means TRISS score < 99,35 were able to identify the status of trauma patient mortality 4,924 times compared with TRISS score ≥ 99,35. Limitation of TRISS score in Emergency Unit of RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo to identify status mortality was 99.35.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T43646
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rifqi
Abstrak :
Kematian eksistensial hanya terjadi pada eksistensi. Kematian ini bukan bagian dari dunia manusia, meskipun terjadi pada tiap-tiap manusia. Akan tetapi, kematian dapat dihadirkan dalam dunia manusia melalui domestifikasi seiring berkembangnya kemampuan manusia untuk meningkatkan harapan hidupnya. Hal ini mengakibatkan kematian selalu mengalami pergeseran dan perubahan, bukan hanya pada tataran konseptual, tapi juga secara faktual. Konstruksinya tergantung pada kemampuan manusia untuk mempertahankan kehidupannya. Meskipun memiliki kemampuan untuk mengorganisasi kematian, namun manusia tidak mungkin menundukkannya secara penuh. Ini berarti, manusia tidak mungkin menjadi immortal. Bukan karena teknologi belum memungkinkan, tapi karena immortalitas melenyapkan kemanusiaan.
Existential death occurs only on existences. Existential death is not part of human-world, although it happens to every human. But, death may presents on human-world through its domestification along development of human_s ability to increase their lifespan. As the result, there always displacement and alteration of death, not only conceptually, but also factually. Construction of death depends on human_s ability to survive. Although, human ables to organize death, but impossible to defeat it completely. It means, human can not be immortal. It is not because of disability of technology, but immortality vanishes our humanity
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S16054
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library