Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abd. Rachman Rosidi
Abstrak :
Demam berdarah adalah penyakit demam yang berlangsung akut menyerang baik orang dewasa maupun anak-anak tetapi lebih banyak menimbulkan korban pada anak-anak berusia di bawah 15 tahun, disertai dengan perdarahan dan dapat menimbulkan renjatan (syok) yang dapat mengakibatkan kematian penderita. Penyebabnya adalah virus dengue dan penularannya melalui gigitan nyamuk Aedes. Demam berdarah ini menjadi masalah kesehatan di Asia Tenggara sejak tahun lima puluhan dan masuk ke Indonesia Sejak tahun 1968. Di Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka pada tahun 2004 terdapat 40 kasus demam berdarah turun menjadi 6 kasus pada tabus 2005. Permasalahan yang ada adalah belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan antara penggerakan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN-DBD) dan Angka Bebas Jentik di Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tabun 2006. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan antara penggerakan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSNDBD) dan angka bebas jentik dalam rangka menurunkan angka penyakit Demam berdarah di Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tabun 2006. Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan desain crass sectional. Dari perhitungan uji Chi Square didapatkan hasil antara lain: untuk variabel musyawarah masyarakat desa setelah dilakukan uji statistik menggunakan Chi Square, dengan a = 0,05 didapatkan basil X2 = 3,975 dengan df sebesar 2, P value = 0,137 (Pvalue > a) , maka Ho gagal ditolak, berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara musyawarah masyarakat desa dan angka bebas jentik di Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun 2006. Demikian pula untuk variabel lainnya seperti adanya kader jumantik, adanya dana kegiatan PSN-DBD, kunjungan rumah dan bimbingan teknis tidak ada hubungan yang bermakna dengan angka bebas jentik.Untuk variabel Penyuluhan kelompok tentang DBD dengan a= 0,05 didapatkan hasil X2 = 7,525 dengan df sebesar 2 , P value = 0,023 (Pvalue < a) , maka Ho ditolak, berarti ada hubungan yang bermakna, demikian seterusnya untuk variabel ada hubungan dengan angka babas jentik antara lain: variabel kegiatan pemberantasan sarang nyamuk DBD, sarana pendukung PSN-DBD, serta pemantauan jentik secara berkala. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan antara penggerakan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue dan angka bebas jentik di Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun 2006 antara lain: penyuluhan kelompok tentang demam berdarah dengue, kegiatan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue, sarana pendukung PSN-DBD, serta pemantauan jentik secara berkala. Hasil penelitian secara statistik menunjukkan tidak ada ads hubungan yang bermakna antara. penggerakan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue dan angka bebas jentik di Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka Tahun 2006. Bagi pihak Dinas Kesehatan diharapkan agar mengupayakan kesinambungan program demam berdarah dengue khususnya untuk daerah-daerah endemis DBD secara lebih intensif, juga perlu mempertimbangkan upaya program demam berdarah sesuai pola budaya masyarakat setempat seperti ikanisasi dalarn rangka pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue.
Dengue is an acute fever disease which can happen to children and adults but the largest number of victims are children under 15 years old, accompanied with blood and it makes a shock and death of patient. This happens because of dengue virus and it infects by an Aides mosquito bite. It becomes a health problem in South-east Asia since 1950 and coming into Indonesia since 1968. There are 40 dengue cases at district of Sumberjaya, sub-province of Majalengka in year 2004; it becomes 6 cases in 2005. Current problems are related factors to effectiveness of movement eradication of dengue mosquito breeding places (PSN-DBD) at district of Sumberjaya, sub-province of Majalengka in 2006 have not been known yet. This purpose to know related factors to effectiveness of movement eradication of dengue mosquito breeding places (PSN-DBD) for a free larva rate on degradation level of dengue disease at district of Sumberjaya, sub-province of Majalengka in 2006. This research used a quantitative and descriptive method with a cross sectional design. From calculating a Chi Square test got results: for a district community discussion variable after a statistical test using Chi Square test with a = 0, 05 got result of X2 = 3,975 with df was equal to 2, P Value = 0,137 ( P value > a), so Ho was failure refused. This means that there is not a significant relation between district community discussions with a free larva rate at district of Sumberjaya, sub-province of Majalengka in 2006. There is not a significant relation with a free larva rate for the other variables such as the existing of jumantik cadre; eradication of dengue mosquito breeding places (PSN-DBD) activity, home visit and technical guide. For a group counseling variable concerning dengue with a = 0, 05 got result of X2 = 7,525 with df was equal to 2 , P Value = 0,023 (P value < a), so Ho was refused. This means that there is a significant relation, further for variable which related with a free larva rate, such as: eradication of dengue mosquito breeding places activity, supported facility and monitoring larva periodically. From the research result can be concluded that related factors to effectiveness of movement an eradication of dengue mosquito breeding places to a free larva rate at district of Sumberjaya, sub-province of Majalengka in 2006, such as : group counseling concerning dengue, eradication of dengue mosquito breeding places activity, supported facility, and monitoring larva periodically. Research result indicated that there was not a significant relation between the effectiveness of movement an eradication of dengue mosquito breeding places with a free larva rate at district of Sumberjaya, sub-province of Majalengka in 2006. It is expected to Public Health Service for striving a continuity of Dengue program especially for the endemic areas of Dengue by more intensive, it is all important to consider an effort of Dengue program based on a local socio cultural in eradication of dengue mosquito.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19022
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rikeish R. Muralitharan
Abstrak :
Delapan kasus baru filariasis kronis telah ditemukan di Jakarta Selatan yang bukan merupakan daerah endemis. Untuk memotong rantai penularan, pemberian obat Diethylcarbamazine (DEC) dan albendazole tiap tahun selama lima tahun harus dilakukan. Oleh karena itu , pekerja kesehatan primer di Jakarta Selatan membutuhkan penyuluhan kesehatan untuk melakukan pencegahan filariasis dengan benar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penyuluhan kesehatan mengenai program minum obat massal pencegahan (POMP) filariasis pada petugas kesehatan primer di Jakarta Selatan. Desain penelitian ini adalah eksperimental dengan metode pre -post studi. Pengumpulan data dilakukan di Jakarta Selatan pada 26 Juni 2013 dengan meminta semua pekerja perawatan kesehatan primer yang hadir untuk mengisi pre- dan post-tes kuesioner (n = 54). Kuesioner terdiri dari delapan pertanyaan mengenai POMP filariasis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum penyuluhan kesehatan, 83,3 % dari peserta memiliki pengetahuan yang buruk, 14,8 % memiliki pengetahuan rata-rata dan 1,9 % dari peserta memiliki pengetahuan yang baik mengenai POMP filariasis. Setelah penyuluhan kesehatan, 64,8 % dari peserta memiliki pengetahuan yang baik mengenai POMP filariasis, 27,8 % memiliki pengetahuan rata-rata dan hanya 7,4 % dari peserta memiliki pengetahuan yang kurang mengenai POMP filariasis (tes homogenitas marginal pre dan post tes < 0.001* ). Oleh karena itu, disimpulkan bahwa penyuluhan kesehatan efektif dalam meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan primer mengenai POMP filariasis. ......Eight new cases of chronic filariasis have been discovered in South Jakarta, a nonedemic area. To cut the chain of transmission, administration of diethylcarbamazine (DEC) and albendazole yearly for five years should be performed 1 . Therefore, primary health care workers in South Jakarta require health education to perform filariasis prevention correctly. This research aimed to study the effectiveness of health education on filariasis mass drug administration (MDA) among primary health care workers in South Jakarta. This study used experimental design with pre-post study method. Data collection was done in South Jakarta on the 26th of June 2013 by asking all the attending primary health care workers to fill pre- and post-test questionnaires (n=54). The questionnaire comprised of eight questions regarding filariasis MDA. The results showed that before health education, 83.3% of participants had poor knowledge, 14.8% had average knowledge and 1.9% of participants had good knowledge on filariasis MDA. Following health education, 64.8% of participants had good knowledge on filariasis, 27.8% had average knowledge and only 7.4% of participants had poor knowledge on filariasis MDA (marginal homogeneity of pre and post tests <0.001*). Hence, it was concluded that health education is effective in increasing the knowledge of primary health care workers on filariasis MDA.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspa Dewi
Abstrak :
Filariasis disebabkan oleh cacing filaria yang menyerang kelenjar getah bening yang pada akhirnya dapat mengakibatkan penurunan produktivitas kerja dan kerugian ekonomi bagi negara. Eliminasi filariasis adalah salah satu prioritas nasional pemberantasan penyakit menular dengan salah satu strateginya berupa pemberian obat masal pencegahan (POMP) filariasis dan indikator keberhasilan berupa cakupan pengobatan. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan warga mengenai obat filariasis dengan cakupan pengobatan filariasis di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan data diperoleh dari kuesioner. Responden di Kelurahan Sukmajaya dengan cakupan pengobatan 53.5% memiliki tingkat pengetahuan yang rendah mengenai obat masal pencegahan filariasis sebesar 26.3%, sedang sebesar 42.5%, dan tinggi sebesar 28%; di Kelurahan Tirtajaya dengan cakupan pengobatan 49% memiliki tingkat pengetahuan rendah sebesar 30.2%, sedang sebesar 47.2%, dan tinggi sebesar 24%. Uji Chi-Square didapatkan nilai p<0.05 menunjukkan hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan warga mengenai obat filariasis dengan cakupan pengobatan filariasis di kedua Kelurahan. Di Kelurahan Sukmajaya didapatkan aspek pengetahuan yang paling rendah adalah manfaat obat, sasaran, dan kontraindikasi pengobatan filariasis; sedangkan di Kelurahan Tirtajaya didapatkan aspek pengetahuan yang paling rendah adalah manfaat obat filariasis. Tingkat pengetahuan yang rendah mengenai pengobatan filariasis menunjukkan kurangnya sosialisasi dan edukasi mengenai pengobatan filariasis kepada masyarakat, oleh karena itu kegiatan tersebut harus lebih ditingkatkan lagi.
Filariasis is caused by filarial worm attacking lymph nodes which in the end could cause decrease of productivity in labor and economical loss for the nation. Filariasis elimination is one of the national priority in eradicating infectious disease with filariasis mass drug administration (MDA) as one of its strategy and coverage of MDA as its indicator of achievement. This study has an aim to understand the association between citizen?s level of knowledge regarding the filariasis treatment and coverage of MDA in Depok City. This study used cross-sectional design with data gathered from the questionnaire. Respondents in Sukmajaya Village with coverage of MDA 53.5% who have low level of knowledge are 26.3%, intermediate level are 42.5%, and high level 28%; respondents in Tirtajaya Village with coverage of MDA 49% who have low level of knowledge are 30.2%, intermediate level are 47.2%, and high level are 24%. Chi-square test presented p value <0.05 that showed significant association between citizen?s level of knowledge and coverage of MDA. In Sukmajaya Village showed the lowest aspect of knowledge is function of filariasis medication; while in Tirtajaya Village showed the lowest aspects of knowledge are function of filariasis medication, target, and contraindication of filariasis medication. Low level of knowledge regarding filariasis treatment shows lack of socialization and education about filariasis treatment to the citizens, thus those activities should be improved.
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Sania
Abstrak :
Filariais is a tropical disease , which is caused by microfilaria of filarial worm and is spread by mosquitoes bites and shows acute or chronic clinical manifestation. Therefore, this disease becomes one of national priority to eradicate infectious diseaseand listed as medium-term National development plan 2010 --2014. Mass-drug administration (MDA) program for filariasis has been done in Depok since 2008. Yet, there are still gap in realization of mass drug administration for prevent filariasis in Sukmajaya and Tirtajaya and there had never been done any researches about this program before. Now, we're doing a research about relationship between implementation of drug distribution with mass drug administration coverage to prevent filariasis. This research is used consecutive sampling cross sectional methode with questionnaire in target population with CI 95%. In the results we know the p value is more than 0,05 in both village. So there are no relation between implementation of drug distribution with mass drug administration coverage to prevent filariasis. Implementation of mass-drug administration distribution to prevent filariasis using standard operational number at Tirtajaya is 5.7% and Sukmajaya 7%. So that, drug coverage number is also low. Thus, in the next research it is suggested to distributing mass drug administration to prevent filariasis based on standard operational then the similar research done later.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clarissa Emiko Talitaputri
Abstrak :
Filariasis merupakan salah satu penyakit infeksi yang endemis di Indonesia, salah satunya di Kota Depok. Penyakit ini menyebabkan cacat permanen sehingga menurunkan produktivitas seseorang dan berdampak pada perekonomian suatu negara. Salah satu strategi untuk mencegah dan memutus rantai penularan penyakit ini yaitu melalui program pemberian obat massal pencegahan (POMP) filariasis dengan cakupan pengobatan sebagai indikator keberhasilan. Desain penelitian ini adalah studi cross-sectional, dilakukan dengan pengambilan data melalui kuesioner pada 106 responden yang dipilih secara consecutive sampling di dua Kelurahan. Pengolahan data dilakukan dengan program SPSS 11.5 yang dilanjutkan analisis dengan uji chi-square. Tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan cakupan pengobatan (p=0,408) dan pengetahuan masyarakat mengenai filariasis dengan cakupan pengobatan (p=0,501) di Kelurahan Sukmajaya. Namun sebaliknya diperoleh adanya hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan cakupan pengobatan (p=0,000) dan pengetahuan masyarakat mengenai filariasis dengan cakupan pengobatan (p=0,013) di Kelurahan Tirtajaya. Tingkat pengetahuan dan pendidikan dapat berpengaruh terhadap cakupan pengobatan filariasis, namun hal ini masih dapat dipengaruhi hal lain seperti perbedaan nilai yang dianut kelompok masyarakat yang berbeda.
Filariasis is one of the infectious diseases endemic in Indonesia, including Depok city. This disease causes permanent disability resulting in lower productivity and have impact on economic aspect of a country. One strategy to prevent and break the chain of transmission of filariasis is through mass preventive-drug administration with coverage of taking mass preventive-drug administration as an indicator of success. The study design was cross-sectional study, conducted by collecting data through questionnaires to 106 respondents that were selected by consecutive sampling in their respective villages. Data processed by the SPSS 11.5 program analysis followed by chi-square test. There was no significant association between level of education towards treatment coverage of taking medication (p=0.408) and knowledge about filariasis towards treatment coverage of taking medication (p=0.501) in Sukmajaya. On the contrary in Tirtajaya, there is significant correlation between level of education towards treatment coverage of taking medication (p=0.000) and knowledge about filariasis towards treatment coverage of taking medication (p= 0.013) in Tirtajaya. The level of education and knowledge about filariasis can affect the coverage of taking mass preventive-drug, but it can still be influenced by other things such as differences in shared values of different community.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yun Istatik
Abstrak :
Filariasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai spesies nyamuk bersifat menahun dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap Saat ini dilaporkan lebih dari 1 milyar penduduk dunia memiliki risiko menderita filariasis Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat pengetahuan kader puskesmas mengenai filariasis terhadap cakupan Pengobatan Massal Filariasis di Depok Penelitian ini menggunakan metode potong lintang Sampel penelitian adalah kader Puskesmas di Kelurahan Sukmajaya dan Tirtajaya yang dipilih melalui cara total sampling Variabel berupa tingkat pengetahuan didapatkan dengan kuisioner sedangkan angka kepatuhan minum obat massal pencegahan filariasis per kepala keluarga didapatkan dari data sekunder milik kader kelurahan setempat tahun 2014 Hasil penelitian didapatkan hubungan antara tingkat pengetahuan kader dengan angka cakupan minum obat dengan p 0 006 Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan kader memiliki hubungan dengan cakupan Pengobatan Massal Filariasis di daerah yang memang kadernya lebih banyak berperan dalam hal ini Kelurahan Tirtajaya Dengan demikian diharapkan adanya penelitian lanjutan mengenai kepatuhan minum obat pada penderita filariasis bukan hanya dari faktor pengetahuan kader namun juga dari faktor faktor lainnya yang sekiranya berperan.
Filariasis is a chronic communicable disease caused by filarial worm that was transmitted by various species of mosquitoes and could cause permanent disability if untreated More than 1 billion people in the world reported having risk to filariasis The purpose of this study is to identify whether there is association between the level of knowledge about filariasis among the Puskesmas cadre and compliance of filariasis mass drug administration MDA in Depok This was a cross sectional study involving Puskesmas cadres in Sukmajaya and Tirtajaya villages as the study subjects selected by total sampling The level of knowledge in filariasis was obtained through questionnaires data on filariasis mass drug administration in those two villages was obtained from the village cadres in 2014 The result showed there was an association between the level of cadre rsquo s knowledge in filariasis and compliance of fiariasis mass drug administration p 0 006 It is concluded that the level of knowledge of Puskesmas cadre in filariasis has a significant association with the compliance of filariasis mass drug administration at Tirtajaya village which has better cadre participation Further study on other factors contributed to compliance rate of filariasis mass drug administration is necessary.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Putra Firnadi
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26512
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mayumi Nitami
Abstrak :
Cibinong merupakan kecamatan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang diketahui memiliki kasus DBD paling banyak setiap tahun. Peningkatan kasus dan KLB DBD dapat dipengaruhi banyak faktor salah satunya yaitu kurangnya peran serta masyarakat dalam pengendalian DBD, terutama pada kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dari kesadaran pribadi. Indikator keberhasilan dari PSN adalah ditemukannya Angka Bebas Jentik (ABJ) ≥ 95%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi PSN pada ibu rumah tangga di kecamatan Cibinong serta faktor ? faktor yang mempengaruhi meliputi pekerjaan, pengetahuan, sikap, perilaku ibu rumah tangga, penyuluhan, keaktifan jumantik, pemberian abate, dan jumlah konteiner. Desain penelitian cross-sectional dan jenis penelitian observasional. Sampel penelitian yaitu ibu rumah tangga di Kecamatan Cibinong sebanyak 125 orang. Analisis pada penelitian ini menggunakan chi-square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian lainnya menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap penerapan PSN adalah penyuluhan, kader jumantik. Sedangkan hubungan yang tidak signifikan terhadap penerapan PSN adalah pendidikan, pengetahuan, dan sikap. Faktor yang paling mempengaruhi penerapan PSN adalah penyuluhan dengan OR 93,615 (95% CI 12,174 ? 719,855).
Cibinong is a sub-district in Kabupaten Bogor, West Java which known to have the most dengue cases in every year. Increasing cases and outbreaks of DHF can be affected by many factors. One of them is lack of community participation of controlling DHF, especially on the activities of PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) of personal awareness. Success indicator of PSN is found ABJ (Angka Bebas Jentik) > 95%. This study aims to determine the factors that affect of PSN on housewife in Kecamatan Cibinong and factors that influence were job, knowledge, attitude, behavior of housewife, counseling, active jumantik, giving abate and the number of container. Study design which is applied was cross-sectional and type of study was observational. Sample of research which was housewife in Cibinong sub-district is 125 people. In this research, analysis used chi-square and multiple logistic regression. Other study showed a significant correlation to implementation of PSN were conselling, jumantik framework. While correlation insignificant toward implementation of PSN were education, knowledge and attitude. Factors the most influence of PSN implementation was conselling with OR 93,615 (95% CI 12,174 - 719, 855).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46200
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haekal Ariq
Abstrak :
ABSTRACT
Nyamuk merupakan vektor beberapa penyakit yang masih menjadi masalah di berbagai daerah Indonesia seperti Malaria, filariasis, dan demam dengue. Salah satu usaha untuk mengurangi penyebaran penyakit tersebut adalah dengan penggunaan perangkap nyamuk dewasa. Namun, efektivitas cara ini cenderung rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan efektivitas perangkap adalah dengan mengoptimalkan atraktan, seperti CO­2. Penelitian untuk mengetahui efektivitas atraktan CO2 pada perangkap nyamuk dewasa Sunatrap termodifikasi telah dilakukan pada 27 rumah di Desa Pangkah, Kabupaten Tegal. Sembilan Sunatrap termodifikasi dengan larutan gula dan saccharomyces cerevisiae, gula dan Rhizopus oryzae, serta tanpa atraktan dibagikan ke 27 rumah tersebut untuk kemudian dilhat kemampuan menangkap nyamuknya setelah 7 hari. Hasil penelitian menunjukan spesies nyamuk yang tertangkap yaitu Aedes aegypti dan culex quinquefasciatus. Sunatrap dengan S. cerevisiae berhasil menangkap nyamuk sebanyak 142, Sunatrap dengan R. oryzae menangkap sebanyak 46, dan Sunatrap tanpa atraktan tidak menangkap nyamuk sama sekali. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa karbondioksida dari S. cerevisiae dan karbondioksida dari R. oryzae lebh efektf bandingkan sunatrap termodfiikasi tanpa atraktan (P=0.00), dan karbondioksida dari S. cerevisiae meningkatkan efektivitas Sunatrap termodifikasi secara signifikan dibandingkan R. oryzae (P=0.01).
ABSTRACT
Mosquitoes are vectors to a plethora diseases in Indonesia, such as Malaria, filariasis, and dengue fever. One of the ways to control the spread of the diseases is adult mosquito trap. However, the effectivity of said traps remain low. One of the ways to increase effecivity of the traps is to optimalize the attractant, such as CO2. This study evaluates the effectivity of CO2 attractant with modified sunatrap in 27 houses in Desa Pangkah, Kabupaten Tegal. Nine modified sunatrap with sugar and Saccharomyces cerevisiae solution, sugar and Rhizopus oryzae solution, and without attractant, are given to each of the 27 houses to have their effectivity evaluated after 7 days. Results shows species captured by the traps are Aedes aegypti and Culex quinquefasciatus. Traps with S. cerevisiae captured 142 mosquitoes, traps with R. oryzae captured 46 mosquitoes, while the control trap captured none.  It is concluded that carbondioxide from S. cerevisiae and R. oryzae significantly increases the effectivity of modified sunatrap without attractant (P=0.00) and the use of S. cerevisiae is more effective than the use of R. oryzae (P=0.01).
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Slamet Mulyati
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S26490
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>