Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marini Mihardjanti
"Pendahuluan : Braket Stainless Steel merupakan salah satu bahan yang banyak digunakan dalam bidang ortodonti oleh karena banyak memiliki kelebihan seperti sifat mekanis, kekuatan serta biokompatibilitas yang baik. Akan tetapi logam ini juga memiliki kekurangan salah satunya yaitu korosi. Pada beberapa individu dilaporkan ion logam yang dihasilkan dari produk korosi seperti ion Nikel dan Kromium dapat menyebabkan reaksi alergi dan mutagenik. Kondisi lingkungan mulut dapat memicu terjadinya korosi. Salah satu hal yang dapat merubah kondisi lingkungan mulut adalah obat kumur.
Tujuan : Untuk mengetahui jumlah lepasan ion Nikel dan Kromium yang dihasilkan dari braket Stainless Steel pada perendaman berbagai jenis obat kumur dan Akuades.
Material dan metode : Subjek penelitian terdiri dari 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 17 braket premolar rahang atas slot .022. Tiap kelompok dilakukan perendaman dengan obat kumur dan Akuades selama 30 hari di dalam inkubator suhu 37°C. Setelah 30 hari perendaman lepasan ion diukur menggunakan alat ICP-MS (inductively coupled plasma-mass spectrometer). Uji statistik yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney.
Hasil : Terdapat perbedaan bermakna jumlah lepasan ion Nikel (p=< 0.05) dan ion Kromium (p=<0.05) pada kelompok A, B, C dan Akuades. Kelompok B memberikan nilai lepasan ion Nikel dan ion Kromium yang tertinggi dibandingkan kelompok lain. Kelompok D memberikan nilai lepasan ion Nikel dan Kromium yang terendah dibandingkan kelompok lain.
Kesimpulan : Terdapat perbedaan jumlah lepasan ion Nikel dan Kromium yang dihasilkan dari perendaman obat kumur. Nilai tertinggi ditunjukkan pada kelompok B yaitu 22.63 ± 4.50 µg/L untuk ion Nikel dan 7.15 ± 8.97 µg/L untuk ion Kromium. Lepasan ion yang dihasilkan masih memiliki nilai yang kecil yaitu dibawah batas asupan perhari yang disarankan WHO.

Introduction : Stainless Steel bracket is one of material that is widely used in the orthodontics because of many advantages such as mechanical properties, strength and good biocompability. However, under some conditions this metal also has disadvantages such as corrosion. In some individuals reported that metal ions resulting from corrosion products such as Nickel and Chromium ions can cause allergic reactions and mutagenic. Enviromental conditions can lead to corrosion. One of the conditions that can alter the oral environment is mouthwash.
Objective : The aim of this study was to measure the Nickel and Chromium ion release from Stainless Steel bracket on immersion mouthwashes and aquadest.
Material and methods : Subjects consisted of four groups, each group consisted of 17 maxillary premolar bracket slot .022. Each group immersed in different mouthwash and aquadest and incubated 37°C for 30 days. After 30 days of immersion ion released was measured using ICP-MS (Inductively couples plasma-mass spectrometer). For statistical analysis Kruskal-Wallis and Mann-Whitney were used.
Results : There are differences of Nickel ion release (p=<0.05) and Chromium ion release (p=<0.05) between for groups. Nickel and Chromium ion release is higher in group B than in other groups. Nickel and Chromium ion release in group D is lower than the other groups.
Conclusions : There are differences in the number of Nickel and Chromium ion release resulting from immersion mouthwash and aquadest. Highest values shown in group B is 22.63 ± 4.50 µg/L for nickel ion and 7.15 ± 8.97 µg/L for chromium ion. The resulting ion release still has a small value that is below the limit of daily intake recommended by the WHO.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T35039
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marissa Dwi Bestari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan obat kumur yang mengandung chlorine dioxide (ClO2) dalam mengatasi halitosis. Empat puluh orang dibagi rata ke dalam kelompok uji (berkumur dengan obat kumur yang mengandung chlorine dioxide) dan kelompok kontrol (berkumur dengan aquadest). Skor VSC dan skor organoleptik diukur saat sebelum kumur serta 30menit, 2jam, 4jam dan 6jam setelah kumur. Analisis uji Wilcoxon menunjukkan perbedaan signifikan (p<0,05) pada rata-rata skor VSC antara kelompok uji dengan kelompok kontrol pada keempat pengukuran setelah berkumur. Hasil penelitian membuktikan penggunaan obat kumur yang mengandung chlorine dioxide (ClO2) efektif dalam mengatasi halitosis.

This study aims to ascertain the effectiveness of the use of mouthwash containing chlorine dioxide (ClO2) in addressing halitosis. Forty people were divided equally into Test Group (gargling with mouthwash containing chlorine dioxide) and Control Group (gargling with aquadest). VSC score and organoleptic score were measured before gargling and 30minutes, 2hours, 4hours and 6hours after gargling. Wilcoxon test analysis shows significant difference (p<0.05) on the average of VSC score between Test Group and Control Group on four testing periods after gargling. The results prove that the use of mouthwash containing chlorine dioxide (ClO2) is effective in addressing halitosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gyachienta Nuriftitie Pranaditha
"Propolis adalah senyawa resin yang mengandung flavonoid yang memiliki potensi hambat untuk aktivitas enzim glukosiltransferase dalam pembentukan biofilm Streptococcus mutans dan Enterococcus faecalis. Penelitian ini bertujuan menganalisis efektivitas obat kumur yang mengandung ekstrak propolis dan obat kumur yang tidak mengandung ekstrak propolis terhadap bakteri Streptococcus mutansdan Enterococcus faecalis. Biofilm Streptococcus mutansdan Enterococcus faecalisdiinkubasi selama 4 jam, 12 jam dan 24 jam pada suhu 37ºC. Ketiga model biofilm dipapar obat kumur yang mengandung ekstrak propolis dengan konsentrasi 0.1ml/ml, 0.05ml/ml, 0.025ml/ml. Persentase inhibisi dinilai dengan menggunakan MTT assay. Persentase inhibisi tertinggi pada konsentrasi 0.1ml/ml dalam waktu inkubasi 4 jam. Propolis mampu menghambat biofilm Streptococcus mutansdan Enterococcus faecalisdalam berbagai fase pembentukan.

Propolis is a resin compound as an antibacterial agent containing flavonoids which can inhibit glucosiltransferase activity and inhibit the formation of biofilm of Streptococcus mutans and Enterococcus faecalis. Analyzing the effectiveness inhibition of propolis mouthwash against Streptococcus mutans and Enterococcus faecalis bacteria and comparing it with mouthwash that does not contain propolis. Streptococcus mutans and Enterococcus faecalis biofilms were incubated for 4 hours, 12 hours and 24 hours at 37ºC. The three biofilm models were exposed to propolis with a concentration of 0.1ml/ml, 0.5ml/ml, 0.025ml/ml. The inhibition was assessed using the MTT assay. The highest inhibition percentage was at a concentration of 0.1ml/ml in a 4 hour incubation time. Propolis is able to inhibit Streptococcus mutans biofilms and Enterococcus faecalis in various phases of formation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julia Dharmawan
"Pendahuluan: Ulser traumatik merupakan salah satu penyakit rongga mulut yang sering terjadi dan dapat menimbulkan sakit sehingga mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Penderita ulser mencari pengobatan untuk mengurangi rasa sakit dan mempercepat waktu penyembuhan. Hingga saat ini belum terdapat standar terapi ulser sehingga penemuan obat terapi ulser sangat diperlukan.
Tujuan: Mengetahui efektivitas obat kumur propolis UI sebagai obat ulser rongga mulut.
Metode: Penelitian in vivo menggunakan 18 ekor Mus musculus sebagai model ulser trumatik termal pada mukosa bukal. Pembentukan ulser dengan paparan trauma termal dilakukan pada hari pertama. Kelompok penelitian terdiri dari kelompo obat kumur propolis UI, obat kumur klorheksidin glukonat 0,2% dan larutan saline sebanyak 0,2 ml. Bahan uji dipaparkan setiap hari pada model ulser. Pengamatan makroskopis dilakukan setiap hari berupa berat badan, diameter ulser kemerahan, pembengkakan dan presentase penyembuhan ulser. Mus musculus dikorbankan pada hari pertama dan kesembilan untuk dibuatkan sediaan histopatologis dan pengamatan gambaran mikroskopis berupa penilaian skor radang Eda dan Fukuyama.
Hasil: Penyembuhan ulser traumatik termal Mus musculus kelompok obat kumur propolis UI lebih baik dibandingkan pada kelompok larutan saline namun tidak lebih baik dari obat kumur klorheksidin 0,2%.
Kesimpulan: Efektivitas obat kumur propolis UI pada ulser mukosa mulut lebih baik dari saline namun belum setara dengan klorheksidin glukonat 0,2%

Background: Traumatic ulcer is one of oral diseases that often occur and produce pain which can affects someones life quality. Ulcers patients search therapy to relieve pain and speed up healing time. There hasnt been a standard therapy for ulcer so that drug development and research is really needed.
Objectives: Discover efficacy of UI propolis-based mouthwash as oral ulcer medication.
Methods: In vivo study on 18 Mus musculusas thermal traumatic ulcer model on buccal mucosa. Establishment of thermal traumatic ulcer done on the first day. Research groups consist of 0,2 ml UI propolis-based mouthwash group, chlorhexidine gluconate 0,2% group and saline group. Test material is given everyday on ulcer model. Macroscopic observation was done every day by observing Mus musculuss weight, ulcers diameter, redness and swollen around the ulcers and ulcers healing percentage. Mus musculus was decapitated on the first and ninth day to be made into histopathology specimen and observed microscopically by scoring inflammation score of Eda and Fukuyama.
Results: Healing of thermal traumatic ulcer of Mus musculus on propolis-based mouthwash is better than saline group but not better than chlorhexidine gluconate 0,2% mouthwash.
Conclusion: Efficacy of UI propolis-based mouthwash on oral ulcer is better than saline but not yet equal with chlorhexidine gluconate 0,2%. "
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathasya Humaira Adriani
"ABSTRAK
Tanaman kunyit Curcuma longa telah lama dikenal manfaatnya sebagai tanaman obat. Pada penelitian ini, pemurnian senyawa kurkuminoid terhidrogenasi dengan katalis Pd/C telah berhasil dilakukan. Senyawa kurkuminoid dihidrogenasi untuk menghilangkan warna kuning agar dapat dijadikan dasar studi penggunaan kurkuminoid sebagai senyawa aktif dalam obat kumur. Senyawa kurkuminoid didapatkan melalui ekstraksi menggunakan Soxhlet kemudian dihidrogenasi selama 210 menit. Senyawa hasil hidrogenasi ini kemudian dipisahkan menggunakan kromatografi kolom gravitasi dengan n-hexana:etil asetat sebagai eluen sehingga didapatkan tetrahidrokurkuminoid dengan konversi sebesar 23,45 . Pemurnian terhadap senyawa tetrahidrokurkuminoid menjadi tiga senyawa, yaitu tetrahidrokurkumin THC , tetrahidrodemetoksikurkumin THDC , dan tetrahidrobisdemetoksikurkumin THBDC . Ketiga senyawa ini dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan diketahui bahwa ketiga senyawa ini memiliki perbedaan puncak serapan, yaitu pada 282 nm untuk senyawa THC; pada 283 nm untuk senyawa THDC; dan pada 280 nm untuk senyawa THBDC. Selain itu juga dilakukan karakterisasi dengan spektrometer FTIR dan didapatkan ketiga senyawa ini memiliki puncak serapan CH-sp3 2932 cm-1 dan pergeseran pada serapan C-O 1231 cm-1 dimana ada tidaknya gugus metoksi merupakan ciri khas dari masing-masing senyawa. Ketiga senyawa ini kemudian diuji aktivitas antibakterinya menggunakan metode disk cakram terhadap bakteri Staphylococcus aureusdan Streptococcus mutans. Hasilnya, senyawa THC memiliki aktivitas antibakteri tingkat sedang terhadap bakteri S. aureusdengan zona inhibisi 5,5 mm dan senyawa THDC memiliki aktivitas antibakteri tingkat sedang terhadap bakteriS. mutans dengan zona inhibisi 5,5 mm.

ABSTRACT
Turmeric Curcuma longa has been known for its benefit as one of medicine herbs. In this study, purification of hydrogenated curcuminoid compounds by using Pd C catalyst has been conducted. Curcuminoid compounds were hydrogenated in order to eliminate its yellow color to be used as the basis of the use of curcuminoid as an active ingredient in mouthwash. Curcuminoid compounds obtained from Soxhlet extraction then was hydrogenated for 210 minutes. The hydrogenated compounds then were separated by using gravity column chromatography with n hexane ethyl acetate as an eluent, to obtained tetrahydrocurcuminoid with percent conversion of 23.45 . Afterwards, purification process of tetrahyrocurcuminoid was conducted and three derivative compounds of tetrahydrocurcuminoid were isolated, i.e. tetrahydrocurcumin THC , tetrahydrodemethoxycurcumin THDC , and tetrahydro bisdemethoxycurumin THBDC . These three compounds were characterized by using UV Vis spectrophotometer resulted in three peaks in three different wavelengths 282, 283, and 280 nm for THC, THDC, and THBDC, respectively. Characterization with FTIR spectrometer were also been carried out and these three compounds showed a CH sp3peak 2932 cm 1 and the shift in C O groups 1231 cm 1 , indicated the existancy of methoxy group that can distinguish one compound to others. These three compounds then were evaluated for its antibacterial activity against Staphylococcus aureusand Streptococcus mutans. The result showed that THC had moderate antibacterial activity against S. aureuswith inhibition zone of 5.5 mm and THDC also showed moderate antibacterial activity against S. mutans with inhibition zone of 5.5 mm."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library