Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tarigan, Anita Khairani
Abstrak :
Otot merupakan fungsi dari aktivitas sehari-hari. Seiring bertambahnya usia, perubahan organ tubuh menyebabkan penurunan massa otot yang berakibat pada individu lanjut usia mengalami penurunan kekuatan tubuh sehingga mobilitasnya berkurang, kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, kesulitan menjaga keseimbangan tubuh, meningkatkan resiko seseorang mengidap penyakit. orang lanjut usia mudah jatuh dan mengalami patah tulang. Namun demikian tidak semua metode pengukuran massa otot apendikuler praktis dan murah sehingga diperlukan metode lain yang dapat mengukur massa otot apendikuler dengan biaya yang sederhana, praktis, dan murah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan model prediksi massa otot apendikuler berdasarkan lingkar tengah paha, lingkar betis dan lingkar lengan atas sebagai alternatif pengukuran massa otot pada lansia. Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang dengan jumlah sampel 101 individu berusia ≥60 tahun (37 laki-laki dan 64 perempuan) di Desa Kadumanggu. Model prediksi yang dihasilkan adalah Massa Otot Apendikuler (kg) = (64.171 x Tinggi Badan (m)) + (1.710 x Indeks Massa Tubuh (kg / m2)) - (0.109 x Lingkar Lengan Atas (cm)) + 0.178 x Lingkar Betis (cm)) + (0,033 x Lingkar Paha Tengah (cm)) - (0,535 x Berat Badan (kg)) - (0,065 x Usia (tahun)) - 98,098 untuk pria lanjut usia (R2 = 0,710; LIHAT = 1, 43 kg ; p <0,05) dan Massa Otot Apendikular (kg) = (8,987 x Tinggi Badan (m)) - (0,170 x Indeks Massa Tubuh (kg / m2)) - (0,117 x Lingkar Lengan Atas (cm)) + (0,121 x Lingkar Betis (cm)) - (0,025 x Lingkar Paha Tengah (cm)) + (0,160 x Berat Badan (kg)) - (0,059 x Usia (tahun)) - 6,491 untuk wanita (R2 = 0,700; LIHAT = 1,23 kg; p <0,05). Model prediksi ini menunjukkan bahwa berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, umur, lingkar tengah paha, lingkar betis, dan lingkar lengan atas memiliki hubungan yang signifikan dengan massa otot apendikuler. ......Muscle is a function of daily activities. With age, changes in body organs cause a decrease in muscle mass which results in elderly individuals experiencing a decrease in body strength so that their mobility is reduced, difficulty in carrying out daily activities, difficulty maintaining body balance, increasing a person's risk of suffering from disease. elderly people fall easily and have broken bones. However, not all methods of measuring appendicular muscle mass are practical and inexpensive so that another method is needed that can measure appendicular muscle mass at a cost that is simple, practical, and inexpensive. The purpose of this study was to obtain a predictive model for appendicular muscle mass based on mid-thigh circumference, calf circumference and upper arm circumference as an alternative to measuring muscle mass in the elderly. This study used a cross-sectional study design with a total sample of 101 individuals aged ≥60 years (37 males and 64 females) in Kadumanggu Village. The resulting prediction model is Appendicular Muscle Mass (kg) = (64,171 x Body Height (m)) + (1,710 x Body Mass Index (kg / m2)) - (0.109 x Upper Arm Circumference (cm)) + 0.178 x Calf Circumference (cm)) + (0.033 x Mid Thigh Circumference (cm)) - (0.535 x Body Weight (kg)) - (0.065 x Age (years)) - 98.098 for elderly men (R2 = 0.710; VIEW = 1.43 kg; p <0.05) and Appendicular Muscle Mass (kg) = (8.987 x Body Height (m)) - (0.170 x Body Mass Index (kg / m2)) - (0.117 x Upper Arm Circumference (cm)) + (0.121 x Calf Circumference (cm)) - (0.025 x Mid Thigh Circumference (cm)) + (0.160 x Body Weight (kg)) - (0.059 x Age (years)) - 6.491 for women (R2 = 0.700; VIEW = 1.23 kg; p <0.05). This predictive model shows that body weight, height, body mass index, age, mid-thigh circumference, calf circumference, and upper arm circumference have a significant relationship with appendicular muscle mass.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Septiani Farhan
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Kelelahan (fatigue) adalah suatu fenomena fisiologis teljedinya penurunan toleransi terhadap kerja flsik. Penyebabnya sangat spesiflk bergantung pada karakteristik kerja tersebut. Ada dua pendapat yang menjelaskan timbulnya kelelahan otot pada olahraga dengan intensitas tinggi dan durnsi singkat. Pertama, bahwa penimbunan asam laktat merupakan penyebub timbulnya kelelahan otot, hal ini disebabkan pemenuhan kebutuhan energi bergantung pada sistem fosfagen dan glikolisis anaerob dan jalur metabolisme int menghasilkan produk samping yaitu asam laktat. Dengan meningkatnya ketergantungan energi dari gHkolisis anaerob menyebabkan terjadinya akumulasi asam laktat. Pada pendapat kedua, kelelahan timbul akibat penimbunan It bebas yang berasal dari basil Hidrolisis ATP dan glikolisis anaerob pada otot yang aktif. Kedua proses ini menghasi!kan H+ bebas. Dengan makin meningkatnya intensitas dan kebutuhan akan ATP, maka proses glikolisis anaerob dan ATP hidrolisis semakin meningkat, maka akumulasi H+ bebas tersebut akan menimbulkan kelelahan otot. Tujuan: Bagaimanakah pengaruh 1-F dan laktat terhadap timbulnya kelelahan otot yang ditandai dengan menurunnya kekuatan kontraksi dari otot rangka tersebut? Metode: Penelitian ini menggunakan 3 kelompok perlakuan. Otot gastrocnemius Rana sp di rendarn dalam larutan perlaknan yang berbada yaitu sodium laktat (kelompok 1), asam laktat (kelompok 2) dan asam sitrat (kelompok 3) selama 30 menit. Otot yang Ielah direndam kemudiao dirangsang dengan kontraksi submaksimal dengan frekuensi 5 Hz dan voltase 20 volt. Gambatan kontraksi direkam dengan menggunakan mekanomiogram. Dihitung durasi mulai awal konttaksi hingga timbulnya penurunan kekuatan kontraksi 50%. Data dianalisis dengan uji ANOVA. Hasil: Terdapat perbedaan yang bermakna antara waktu kelelahan yang ditimbulkan oleh sodium laktat dibandingkan dengan asam laktat (P<0,0T32809-Fanny septiani farhan5), Terdapat perbedaan yang bermakna aot:ara waktu kelelahao yang ditimbulkan oleh sodium laktat dibandingkan dengan asam sitrat (P<0,05), dan terdapat perbedaan yang bennakna ant:ara waktu kelelahan yang ditimbulkan oleh asam laktat dibaodingkan dengan asam sitrat (P<0,05), sehingga urutan timbulnya kelelahan dari yang tereepat hingga yang terlarna adalah asam sitrat, asam laktat dan natrium laktat. Kesimpulan: H+ merupakan faktor utama terhadap timbulnya kelelahan otot pada otot rangka Rana sp.
Abstract
Background: Fatigue describes a condition in which a muscle is no longer able to generate or sustain the expected power output. Fatigue is influenced by the intensity and duration of the contractile activity. Multiple factors have been proposed to play a role in fatigue. The popular opinion says that the accumulation of lactic acid as the main cause of fatigue. During intense exercise, muscle and blood lactate can rise to very high levels. Lactic acid becomes accumulated, has a direct detrimental effect on muscle performance. The second opinion show that an increase concentration of hydrogen ions and a decrease in pH (increase in acidity) within muscle or plasma, causes fatigue. The accumulation of hydrogen ion release from glycolysis and ATP hydrolysis. The cell buffering capacity is exceeded and fatigue developed. Aims: The present study was designed to evaluate the role of W and lactate· in causing muscle fatigue. Design: the research uses 3 groups of treatment. Gastrocnemius muscle of Rana sp is submerge in 3 different solutions. Sodium lactate (group 1), lactic acid (group 2) and citric acid (group 3) for 30 minutes. The muscle is being stimulated using stimulator in sub maximum contraction with frequency 5 Hz and 20 volt. the duration of fatigue is observed from the initiation of contraction until 50% reduction of the muscle contraction. Data is analyzed with ANOVA. Result: The result of analysis showed that there were statistical differences on duration of fatigue between sodium lactate and lactic acid, between lactic acid and citric acid, and between lactic acid and citric acid (P
2009
T32809
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library