Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hasiholan, Bonardo Prayogo
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya keluhan subjektif muskuloskeletal pada pekerja hamil. Adapun variabel yang diteliti adalah faktor pekerja (usia, usia kehamilan, pendidikan, lokasi tinggal dan bekerja, riwayat penyakit, riwayat cedera, frekuensi aktivitas fisik, dan kebugaran subjektif), faktor pekerjaan (bidang pekerjaan, sektor pekerjaan, riwayat bekerja, lama bekerja dalam seminggu, pola shift kerja, dan postur mayoritas pekerja), dan faktor lingkungan kerja (kepuasan visual dan kesesuaian suhu). Pengambilan data dilakukan dengan metode kuesioner daring untuk mengurangi risiko keterpaparan COVID-19. Penelitian ini melibatkan 126 pekerja hamil dari berbagai tempat di Indonesia. Hasil menunjukkan bahwa mayoritas keluhan paling banyak pada punggung bawah (62.2%), diikuti oleh bahu kiri (47.3%), pinggul (39.2%), bahu kanan (39.19%), dan punggung atas (37.8%). Adapun factor yang memiliki hubungan signifikan terhadap munculnya keluhan muskuloskeletal adalah usia (p-value: 0.022), riwayat cedera (p-value: 0.004), aspek kebugaran subjektif (kelincahan/kecepatan) (p-value: 0.025), lama kerja hari dalam seminggu (p-value: 0.042), dan kesesuaian suhu subjektif (p-value: 0.03). Dengan diketahuinya faktor yang berhubungan secara signifikan, diharapkan peran lintas sektor baik akademisi, pemberi kerja, regulator, dan pekerja hamil sendiri untuk menciptakan pekerjaan yang aman dan sehat terutama terhadap munculnya keluhan muskuloskeletal. ......This study aims to analyze the factors influencing the emergence of subjective musculoskeletal complaints in pregnant workers. The variables studied were worker factors (age, gestational age, education, location of residence and work, history of illness, history of injury, frequency of physical activity, and perception of fitness), occupational factors (field of work, occupation sector, work history, length of work in a week, work shift patterns, and the posture of the majority of workers), and work environment factors (lighting suitability and temperature suitability). Data was collected using an online questionnaire method to reduce the risk of exposure to COVID-19. This study involved 126 pregnant workers from Indonesia. The results showed that the majority of complaints were mostly on the lower back (62.2%), followed by the left shoulder (47.3%), hip (39.2%), right shoulder (39.19%), and upper back (37.8%). The factors that have a significant relationship to the emergence of musculoskeletal complaints are age (p-value: 0.022), history of injury (p-value: 0.004), subjective fitness aspects (agility/speed) (p-value: 0.025), length of working days in week (p-value: 0.042), and subjective temperature suitability (p-value: 0.03). By knowing the factors that are significantly related, it is hoped that the cross-sectoral role of academics, employers, regulators, and pregnant workers can create safe and healthy jobs, especially for the emergence of musculoskeletal complaints.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florentina Marwisitaningrum
Abstrak :
Dokter bedah dan PPDS bedah merupakan kelompok profesi yang berisiko tinggi mengalami nyeri muskuloskeletal akibat berbagai pajanan saat melakukan pekerjaan. Nyeri muskuloskeletal dapat memengaruhi kualitas kerja dan kualitas hidup. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keselarasan postur berdiri serta adanya nyeri muskuloskeletal pada PPDS Bedah di RSCM. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang pada tiga puluh tujuh subjek yang berpartisipasi sesuai dengan kriteria inklusi. Luaran dari penelitian ini adalah abnormalitas postur berdiri bidang sagital yang dinilai dari foto postur berdiri dan ada tidaknya nyeri muskuloskeletal yang dinilai dengan kuesioner Nordic terstandar. Dari penilaian postur didapatkan sebanyak 72,97% subjek mengalami abnormalitas postur berdiri pada bidang sagital. Sebanyak 46% subjek mengeluhkan adanya nyeri muskuloskeletal terkait pekerjaan. Tidak terdapat hubungan bermakna antara abnormalitas postur berdiri bidang sagital dengan nyeri muskuloskeletal (p=0,46). Dari analisis multivariat didapatkan bahwa faktor berupa status nutrisi (p=0,22), rerata durasi operasi (p=0,21), dan rerata durasi operasi per minggu (p=0,17) turut memengaruhi terjadinya abnormalitas postur berdiri bidang sagital. Faktor kebiasaan berolahraga (p=0,059), kebiasaan merokok (p=0,092), dan lama bekerja di kamar operasi (p=0,081) memengaruhi terjadinya nyeri muskuloskeletal pada subjek. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan menambah cakupan subjek. Sebagai tambahan, sebaiknya juga dilanjutkan dengan analisis kamar operasi dan pemeriksaan postur selama melakukan berbagai tindakan operasi. Surgeons and surgery residents are professional groups that are high risk of experiencing musculoskeletal pain due to various exposures while doing work. The study determined the alignment of sagittal standing posture and the presence of musculoskeletal pain in surgery resident at RSCM. This study was a cross-sectional study in thirty-seven subjects according to inclusion criteria. The outcome was the abnormality of sagittal standing posture by photographs and the presence of musculoskeletal pain as assessed by Nordic standardized questionnaire. It was found that 72.97% of the subjects experienced abnormalities in sagittal plane of standing posture. Approximately 46% of the subjects complained of work-related musculoskeletal pain. There was no relationship between abnormal standing posture in the sagittal plane and musculoskeletal pain (p=0.46). From multivariate analysis, it was found that nutritional status (p=0.22), mean duration of surgery (p=0.21), and average duration of surgery per week (p=0.17) influenced the occurrence of abnormal standing posture in the sagittal plane. The factors of exercise habits (p=0.059), smoking habits (p=0.092), and length of work in the operating room (p=0.081) influenced the occurrence of musculoskeletal pain. Further research is needed by increasing scope of the subject. In addition, it is advisable to continue with operating room analysis and posture checks during various operations. 
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifatun Milah Ratri
Abstrak :
Proses kerja pada pembuatan furniture berisiko terjadi MSDs pada pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan gambaran tingkat risiko ergonomi yang berpotensi menimbulkan musculoskeletal disorders pada pekerja Indria Furniture Depok. Desain studi adalah cross sectional, menggunakan metode Quick Exposure Check (QEC) dan Rapid Entire Body Assessment (REBA) untuk menilai tingkat risiko ergonomi di tiap tahapan kerja. Hasil penelitian berdasakan penilaian QEC menunjukan level tindakan 3 pada proses pembuatan pola dan finishing dan level tindakan 4 pada proses pemotongan, perakitan, dan loading. Berdasarkan penilaian REBA, terdapat level tindakan 3 pada proses finishing, level tindakan 4 pada proses pembuatan pola, pemotongan, dan perakitan, dan level tindakan 5 pada proses loading. Memperbaiki desain meja kerja yang sesuai dengan antropometri pekerja, sosialisasi, dan pemberian informasi mengenai ergonomi di tempat kerja merupakan rekomendasi yang dapat dilakukan untuk mencegah tingginya tingkat risiko ergonomi pada pekerja. ......Working process in the furniture manufacturing has the risk of MSDs to workers. This study aims to describe the risk level of ergonomic which potentially generates musculoskeletal disorders in Indria Furniture Depok. The design of this study is cross sectional, using Quick Exposure Check (QEC) and Rapid Entire Body Assessment (REBA) as a method to assess the ergonomics risk level at each stage of working process. Based on the study results using QEC assessment shows that there are action level 3 in the process of making pattern and finishing and action level 4 in the process of cutting, assembling, and loading. Based on the study results using REBA assessment shows that there are action level 3 in the finishing process, action level 4 in the process of pattern making, cutting, and assembling, and action level 5 in the loading process. Improving the design by using the appropriate workstation which suits worker’s anthropometry, socialization, and providing information about ergonomics in the workplace is a recommendation that can be done to prevent the improvement of ergonomics risk level to workers.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irot Chairotul Muslimat
Abstrak :
Salah satu pekerjaan yang paling banyak menimbulkan cedera adalah manual handling. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis postur dan faktor risiko MSDs di PT. Frisian Flag Indonesia Jakarta serta memaparkan faktor yang berkontribusi terhadap pekerjaan manual handling yang dilakukan oleh pekerja UHT Packing. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif menggunakan teknik observasi dan pengukuran serta kajian literatur dengan desain penelitian cross sectional study. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fakor risiko MSDs pada aktivitas stacking di area UHT Packing yaitu pekerjaan, postur, durasi, frekuensi, beban, dan mesin/peralatan. Semua variabel tersebut saling berinteraksi satu sama lain. Postur janggal, beban, frekuensi yang tinggi dan durasi yang lama disebabkan oleh tuntutan kerja dan lingkungan kerja yang terdapat pada UHT packing. Pekerja UHT packing bekerja berdasarkan target produksi dengan jumlah produksi dalam satu shift sebanyak 18.000 karton. ......Manual handling is one of the most cause injury. The purpose of this research is to analyse posture and risk factor of MSDs in PT. Frisian Flag Indonesia and describes causes of those risk factor on manual handling job that be done by UHT Packing workers. This research is qualitative-descriptive with observation, measurement and literatur review as data collection techniques and uses cross sectional study as design research. The result shows that risk factor of MSDs on manual handling job area UHT packing is posture, weight, duration, frequency, and equipment/machine. All variables are connected each others. Awkward posture, weight, long duration, high frequency, and poor design of equipment/machine are caused by task requirement and and work environment. UHT packing worker working by production targets where the amount of production is 18.000 cartons in one shift.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64322
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Lestari
Abstrak :
Ketersediaan energi yang rendah merupakan gangguan kesehatan yang sering ditemukan pada atlet dan prevalensinya lebih tinggi di olahraga yang mementingkan estetika seperti menari. Karakteristik ketersediaan energi yang rendah yang sering ditemui pada penari itu adalah gangguan menstruasi, cedera muskuloskeletal dan gangguan pencernaan. Untuk pertama kalinya, studi ini mengevaluasi proporsi dan karakteristik ketersediaan energi yang rendah serta melihat korelasinya pada penari elit wanita di sekolah tari X Jakarta. Studi ini merupakan studi potong lintang pada 22 penari elit wanita di sekolah tari X Jakarta. Ketersediaan energi yang rendah dinilai dengan kuesioner ketersediaan energi yang rendah, pengukuran komposisi tubuh dengan metode bioimpedance analysis dan pengambilan biomarker hormon T3 total dan kortisol. Perilaku makan para penari dinilai dengan kuesioner EAT-26. Pengambilan data melalui kuisioner yang disebarluaskan secara daring. Sebanyak 36,3% penari elit wanita memiliki risiko ketersediaan energi yang rendah sehingga kesehatan dan performa mereka bermasalah. Ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara skor EAT-26 dengan penari yang berisiko ketersediaan energi yang rendah (p<0,05). Karakteristik ketersediaan energi yang rendah yang terbanyak adalah gangguan menstruasi, kemudian disfungsi pencernaan dan yang terakhir adalah cedera muskuloskeletal. Sebagai studi pilot, penelitian ini memperlihatkan bahwa kuesioner ketersediaan energi yang rendah dan EAT-26 dapat memaparkan gejala fisiologis dan psikologis pada penari elit wanita. ......Low energy availability is a health problem that is often found in athletes and its prevalence is higher in aesthetic sports, such as dancing. Characteristics of low energy availability that are often encountered in dancers are menstrual disturbance, musculoskeletal injuries, and digestive dysfunction. For the first time, this study evaluates the proportion and characteristics of low energy availability and its correlation between elite female dancers at X dance school in Jakarta. This study is a cross-sectional study with a total sampling of 22 elite female dancers at X dance school Jakarta. Low energy availability was assessed by using a low energy availability questionnaire, the dancer’s body composition was measured using the bioimpedance analysis method and blood sample of total T3 and cortisol were also checked. The dancer’s eating behavior was assessed using the EAT-26 questionnaire. The questionnaires were distributed online. As many as 36.3% of female elite dancers have a risk of low energy availability, thus, they have problem in their health and performance. It was found that there was a significant relationship between the EAT-26 score and dancers with risk of low energy availability (p<0.05). The most common characteristic of low energy availability is menstrual disorders. The second is digestive dysfunction and the last is musculoskeletal injury. As a pilot study, this study demonstrated that the low energy availability questionnaire and the EAT-26 can describe physiological and psychological symptoms in female elite dancers.

 

Keywords: Dancers, low energy availability, menstrual disorders, digestive dysfunction, musculoskeletal injuries

Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syawal Kamiluddin Saptaputra
Abstrak :
Perawatan Metode Kanguru (PMK) memerlukan pendekatan yang komprehensif di antaranya sarana yang ergonomis untuk memperbaiki postur dan mengurangi risiko keluhan muskuloskeletal. Penelitian ini bertujuan untuk merancang desain sofa ergonomis dan mengetahui efektivitasnya dalam memperbaiki postur dan menurunkan risiko keluhan muskuloskeletal pada ibu yang melakukan PMK. Desain penelitian pada tahap I adalah Research and Development. Pembuatan virtual human dan virtual sofa design menggunakan software Jack Tecnometrix Siemens. Desain Penelitian tahap II adalah pre and post test experimental controlled group design. Pengukuran postur duduk menggunakan Rapid Upper Body Limb Assessment (RULA). Pengukuran keluhan muskuloskeletal menggunakan Nordic Body Map (NBM). Kelompok intervensi adalah ibu yang menggunakan sofa ergonomis PMK sedangkan kelompok kontrol adalah ibu yang menggunakan kursi yang tersedia di rumah sakit. Hasil pengukuran keluhan muskuloskeletal diketahui pada umumnya ibu mengalami keluhan pada berbagai anggota tubuh. Keluhan yang paling banyak antara lain pada bagian bokong (55.1%), pinggul (42%), bahu kanan dan kiri (37.7%), punggung (37.7%), pinggang (36.2%). Berdasarkan uji Mann-Whitney diketahui kelompok kontrol memiliki postur tubuh yang lebih berisiko mengalami keluhan muskuloskeletal dibandingkan kelompok intervensi dengan p value = 0.000. Berdasarkan uji Mc Nemar diketahui bahwa setelah dilakukan intervensi, kelompok kontrol memiliki keluhan muskuloskeletal yang lebih tinggi dibandingkan kelompok intervensi yaitu pada bagian leher atas (p value = 0.000), bahu kiri (p value = 0.008), bahu kanan (p value = 0.002), tengkuk (p value = 0.021), lengan kiri atas (p value = 0.031), dan punggung (p value = 0.031). Desain sofa ergonomis PMK berpotensi menurunkan risiko keluhan muskuloskeletal pada ibu yang melakukan PMK. Postur tubuh kelompok intervensi memiliki risiko lebih rendah mengalami keluhan muskuloskeletal dibandingkan kelompok kontrol. Setelah dilakukan intervensi, kelompok intervensi memiliki keluhan muskuloskeletal yang lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol yaitu pada leher atas, bahu kiri, bahu kanan, tengkuk, lengan kiri atas, dan punggung. Rumah sakit diharapkan dapat menyediakan fasilitas kursi yang ergonomis untuk menunjang PMK sehingga postur duduk menjadi lebih baik dan menurunkan risiko keluhan muskuloskeletal. ......Kangaroo Mother Care (KMC) requires a comprehensive approach, including ergonomic means to improve posture and reduce the risk of musculoskeletal disorders. The aim of study was to design an ergonomic sofa design and determine its effectiveness in improving posture and reducing the risk of musculoskeletal disorders and in mothers who perform KMC. The research design in phase I was Research and Development. Developing virtual human and virtual sofa designs using the Jack Tecnometrix Siemens software. Research Design Phase II research is a pre and post test experimental controlled group design. Measurement of sitting posture using the Rapid Upper Body Limb Assessment (RULA). Measurement of musculoskeletal complaints using the Nordic Body Map (NBM). The intervention group was the mother who used the KMC ergonomic sofa while the control group was the mother who used the existing chair that available at the hospital for KMC. The measurement of musculoskeletal was known in general, mothers experience complaints in various parts of the body. The most common complaints were the buttocks (55.1%), hips (42%), right and left shoulders (37.7%), back (37.7%), waist (36.2%). Based on the Mann-Whitney test, it is known that after intervention the control group has a posture that is more at risk of experiencing musculoskeletal complaints than the intervention group with a p value = 0.000. Based on the Mc Nemar test, it was found that after intervention, the control group had higher musculoskeletal complaints than the intervention group, namely in the upper neck (p value = 0.000), left shoulder (p value = 0.008), right shoulder (p value = 0.002), nape (p value = 0.021), left upper arm (p value = 0.031), and back (p value = 0.031) The design of the KMC ergonomic sofa has the potential to reduce the risk of musculoskeletal complaints among mothers who perform KMC. Posture of the intervention group had a lower risk of experiencing musculoskeletal complaints than the control group. After the intervention, the intervention group had lower musculoskeletal complaints than the control group, namely in the upper neck, left shoulder, right shoulder, nape, upper left arm, and back. Hospitals are expected to be able to provide ergonomic chair facilities to support KMC so that the sitting posture becomes better and reduces the risk of musculoskeletal complaints.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah
Abstrak :
Pekerja industri cat dan pelapis berisiko tinggi terhadap terjadinya gangguan otot rangka. Gangguan otot rangka dapat mempengaruhi produktivitas, absensi, kompensasi dan kualitas kerja pekerja. Tujuan penelitian adalah menganalisis hubungan faktor risiko fisik, individu, dan psikososial terhadap gejala gangguan otot rangka pada pekerja. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2020 pada 72 pekerja di PT X. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan lembar QEC, kombinasi kuesioner psikososial, dan Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ). Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara faktor risiko individu yaitu status merokok dengan gejala gangguan otot rangka pada leher dan jenis pekerjaan dengan gejala gangguan otot rangka pada bahu dan punggung bawah. Hasil penelitian pada faktor risiko fisik ditemukan hubungan yang signifikan pada faktor risiko sangat tinggi dengan gejala gangguan otot rangka pada leher, bahu, dan punggung bawah. Pada faktor risiko psikososial ditemukan hubungan yang signifikan pada tuntutan kerja dengan gejala gangguan otot rangka pada leher dan bahu, kepuasan kerja dengan gangguan otot rangka pada punggung bawah, dan stress kerja dengan gejala gangguan otot rangka pada leher, bahu, dan punggung bawah. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian dan intervensi lebih lanjut untuk mengurangi risiko yang diterima pekerja. ...... Painting and coating industry workers were at high risk for musculoskeletal disorders. Musculoskeletal disorders can affect productivity, absenteeism, compensation and work quality of workers. The aim of this study was to analyze the correlation of physical, individual, and psychosocial risk factors against musculoskeletal disorders symptoms in workers. This research was conducted on March till June 2020, involving 72 workers at PT X. This study used a cross sectional design with QEC assessment, the combination of psychosocial questionnaire, and Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ). The result of this study on individual factors showed that there were significant associations between smoking status with musculoskeletal disorder symptoms of the neck and type of work with musculoskeletal disorder symptoms of the shoulder and low back. The result of this study on physical factors showed that there were significant associations between very high level of physical risk with symptoms of musculoskeletal disorders on the neck, shoulder, and low back. The result of this study on psychosocial factors showed that there were significant associations between work demand with musculoskeletal disorder symptoms of the neck and shoulder, job satisfaction with musculoskeletal disorder symptoms of the low back, and work stress with musculoskeletal disorder symptoms of the neck, shoulder, and low back. Therefore, further controls and interventions are needed to reduce the risks that workers receive.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Fajri
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang faktor risiko keluhan gangguan otot dan tulang rangka (Gotrak) akibat kerja di industri manufaktur PT Croda Indonesia tahun 2022. Penelitian bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor individu, faktor pekerjaan, dan keluhan Gotrak, dilakukan pada buan Februari – Mei 2022 dengan menggunakan kuesioner SNI 9901;2011, RULA, REBA, dan data sekunder yang diperoleh dari penelitian sebelumnya. Desain studi cross-sectional dengan melibatkan seluruh pekerja sebanyak 58 orang. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian mendapatkan 41% pekerja memiliki tingkat risiko Gotrak sedang, dengan keluhan paling banyak dirasakan berturut-turut pada bagian leher (52%), punggung bawah (45%), dan punggung atas (43%). Terdapat hubungan antara faktor individu yaitu indeks massa tubuh, faktor kerja yaitu postur kerja, gerakan berulang, dan kejadian Gotrak. Pola hidup sehat utamanya menerapkan pola makan sehat, gizi seimbang dan menu bijak sesuai kondisi kesehatan dan pola kerja sehat utamanya postur tubuh tidak menyimpang dari garis tubuh, perlu ditingkatkan untuk meminimalisir keluhan Gotrak. ...... This thesis discusses the risk factors for Work-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs) on Manufacturing Workers at PT Croda Indonesia in 2022. The study aimed to analyze the relationship between individual factors, work factors, and work-related musculoskeletal, conducted in February – May 2022 using the SNI 9901;2011 questionnaire, RULA, REBA, and secondary data obtained from the previous study. The design of the study was cross-sectional involving all 58 workers. Data analysis using chi- square test. The results of this study found that 41% of workers had a moderate risk level of Gotrak, with the most complaints felt consecutively in neck (52%), lower back (45%), and upper back (43%). There is a relationship between individual factors, namely body mass index, work factors, namely work posture, repetitive movements, and Gotrak incident. A healthy lifestyle mainly applies a healthy diet, balanced nutrition, and a wise menu according to health conditions and healthy work patterns, especially posture does not deviate from the body line, needs to be improved to minimize Gotrak complaints.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library