Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Meilany Widiasari
"ABSTRAK
Remaja adalah suatu periode transisi dimana terjadin peralihan masa
kanak-kanak ke masa dewasa. Sejalan dengan periode remaja sebagai periode
transisi, terlihat gejala-gejala yang menunjukkan bahwa remaja berupaya
melahirkan suatu budaya remaja khusus dan mencerminkan orisinalitas identitas
mereka sebagai anak muda. Berkaitan dengan budaya tersebut terdapat suatu
aktifitas kultural yang secara universal banyak memberikan kontribusi pada
keseharian remaja yaitu musik. Dalam proses interaksional kultur musik,
seseorang yang menciptakan atau memainkan suatu aliran musik tertentu dapat
menjadikan dirinya idola kharismatik dimata penggemar musik tersebut (Garrison
dalam Hanurawan, 1993).
Para artis idola tersenut menyadari bahwa penggemar adalah aset yang
berharga dan bernilai tinggi, sehingga belakangan ini muncul fenomena baru yaitu
maraknya fans club (klub penggemar) dan anggotanya sebagian besar adalah
remaja. Dari hasil penelitian Cheng, S. T (1997) di Hongkong, didapatkan adanya
perbedaan harga diri yang signifikan antara remaja yang menjadi anggota fans
club dengan remaja yang tidak menjadi anggota fans club. Harga diri terdiri dari
tiga komponen harga diri yaitu feeling of belonging, feeling of competence, dan
feeling of worth. Salah satu komponen yaitu feeling of belonging dihasilkan pada
saat seseorang menjadi anggota suatu kelompok tertentu, atau pada saat ia sudah
tiojftk menjadi anggota kelompok tersebut. Cheng mengasumsikan remaja anggota
fans. Club memiliki harga diri yang rendah, sehingga ia ingin meningkatkan harga
dirjtjya dengan cara memperoleh kebanggaan dari fans club yang dimasukinya,
sefja mencapai status dan respek dari teman sebaya melalui item-item yang
d/hubungkan dengan idola dan dalam beberapa kasus denagn mengimitasi
i.dplanya.
Penelitian ini mencoba-untuk mendapatkan gambaran harga diri remaja
anggota fans club dibandingkan dengan remaja anggota fans club. Melihat belum
adanya penelitian yang khusus membahas aspek harga diri remaja anggota fans
club di Jakarta. Ada tiga teori besar yang mendasari penelitian ini, yaitu teori
perkembangan remaja, teori yang berhubungan dengan fans, dan teori harga diri.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitaif yang bersifat deskriptif,
melalui metode survey dengan menggunakan kuesioner Sel f Esteem Inventory dari
Coopersmith (1967) versi lengkap 58 item pada subyek 50 remaja anggota fans
club dan 50 remaja bukan anggota fans club.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa harga diri remaja anggota fans club
secara signifikan lebih rendah daripada remaja yang bukan anggota. Untuk
penelitian selanjutnya, disarankan agar membandingkan faktor jenis kelamin
subyek untuk melihat adakah perbedaan harga diri diantara kelompok tersebut,
dikarenakan subjek dalam penelitian ini yang sebagian besar berjenis kelamin
perempuan, diduga menyebabkan hasil penelitian menjadi bias sebab dari
sejumlah penelitian yang pernah dilakukan diketahui bahwa harga diri remaja
perempuan lebih rendah daripada remaja laki-laki disebabkan oleh berbagai
faktor, walaupun penelitian lain menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Selain
itu, faktor usia dan tingkat pendidikan dicurigai turut memberikan efek terhadap
hasil yang didapat, sehingga disarankan untuk menyamakan usia subyek pada
kedua kelompok (misalnya remaja awal dengan remaja awal).
Disarankan juga untuk melengkapi metode pengumpulan data dengan
wawancara mendalam untuk mengetahui apakah benar harga diri anggota fans
club tersebut rendah sehingga memotivasinya untuk memasuki fans club untuk
meningkatkan harga dirinya. Saran praktisnya adalah anggota fans club
sepatutnyalah diberikan dukungan emosional dan sosial oleh keluarga dan
lingkungan terdekatnya."
2002
S3166
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Aulia Rahman
"Taylor Swift, sebagai ikon pop global yang mampu menciptakan suatu fenomena bernama “Swiftonomics”, mengundang ketertarikan studi tentang dinamika interaksi penggemarnya melalui media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengaruh pengalaman bersama, identifikasi kelompok, dan keterlibatan emosional terhadap perilaku keterlibatan audiens dengan konten musik Taylor Swift di platform media sosial. Dengan menggunakan metode survei yang dilaksanakan melalui kuesioner daring, penelitian ini menganalisis respons dari 339 partisipan di wilayah Jabodetabek yang mendengarkan musik Taylor Swift menggunakan teknik analisis deskriptif dan regresi linier hierarkis. Hasil menunjukkan bahwa participation dan resonant contagion berperan penting dalam meningkatkan semua jenis keterlibatan audiens. Selain itu, keterlibatan emosional, khususnya arousal, berkorelasi positif dengan perilaku keterlibatan proaktif dan aktif. Sementara itu, escapism dan pleasure tidak menunjukkan korelasi yang signifikan dengan perilaku keterlibatan. Instagram teridentifikasi sebagai platform utama yang digunakan oleh penggemar untuk interaksi ini, mencerminkan pentingnya platform ini dalam strategi pemasaran digital musik. Penelitian ini memberikan kontribusi pada pengembangan teori perilaku informasi dalam konteks musik dan media sosial, serta menawarkan wawasan strategis bagi praktisi industri musik dalam merancang kampanye yang lebih efektif untuk menggali keterlibatan audiens

Taylor Swift, as a global pop icon capable of creating a phenomenon known as "Swiftonomics," has sparked interest in studying the dynamics of her fan interactions on social media. This research aims to understand the influence of shared experiences, group identification, and emotional engagement on audience engagement behaviors with Taylor Swift's music content on social media platforms. Utilizing a survey method conducted through an online questionnaire, this study analyzes responses from 339 participants in the Greater Jakarta area who listen to Taylor Swift's music, using descriptive analysis and hierarchical linear regression techniques. The results indicate that participation and resonant contagion play significant roles in enhancing all types of audience engagement. Furthermore, emotional engagement, particularly arousal, is positively correlated with proactive and active engagement behaviors. In contrast, escapism and pleasure did not show a significant correlation with engagement behaviors. Instagram was identified as the primary platform used by fans for these interactions, highlighting the importance of this platform in digital music marketing strategies. This research contributes to the development of information behavior theory in the context of music and social media and offers strategic insights for music industry practitioners in designing more effective campaigns to foster audience engagement."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library