Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susanto Zuhdi
"Sejauh ini sejarah Indonesia mengenai kelautan masih sedikit dilakukan. Konsep bahwa negara Indonesia berbentuk kepulauan mengisyaratkan betapa pentingnya kajian mengenai aspek laut agar dapat mengimbangi kajian yang sudah lebih banyak mengenai daratan. Kajian sejarah Indonesia pun lebih banyak tertuju pada bagian barat saja. Atas dasar pertimbangan itulah maka penelitian sejarah dengan sumber lokal di Butun, yang merupakan bagian dari Indonesia timur yang potensial di bidang kelautan penting dilakukan.
Penelitian ini menganalisis sumber lokal sebagai alternatif atau sebagai bahan yang dapat melengkapi sumber yang dihasilkan oleh Barat (Eropa). Permasalahan yang diangkat adalah sejauh mana menulis sejarah masyarakat di Kepulauan Indonesia tanpa sepenuhnya bergantung pada sumber Barat. Apalagi diketahui bahwa dalam periode tertentu yakni sebelum kedatangan orang Barat, banyak ditemukan dari sumber lokal. Sumber lokal yang dikaji adalah sebuah syair yang dapat dinyanyikan kabanti (dalam bahasa Wolio) berjudul Kanturuna Mohelana (Lampunya Orang yang berlayar").
Sumber lokal ini mengungkap baik tema 1) tentang asal-usul negeri Wolio/Butun, 2) masuknya Islam, dan 3) hubungan kerajaan Butun dengan VOC/Belanda. Sumber ini mempunyai kekuatan dalam hal memberi gambaran berupa gagasan atau ide dan sistem kepercayaan masyarakat Butun. Jadi dari sumber lokal ini bukan data faktual yang diperoleh tetapi struktur pengalaman masyarakat. Kelemahannya adalah dalam hal anakronis, menempatkan sesuatu yang tidak pada zamannya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Afina Hawna Farizal
"Sejak jaman dahulu, sebelum kota Jakarta terbentuk, masyarakat Sunda Kelapa sudah hidup di kawasan maritim dan mengadu nasib di sana. Pesisir laut sebagai jantung kehidupan masyarakat, berperan penting dalam kehidupan orang-orang yang tinggal dan berhuni di daerah tersebut. Selain itu pelabuhan dan perdagangan di kawasan maritim ini membuat kota Sunda Kelapa mengalami tumbuh menjadi kota yan lebih besar. Dalam perkembangannya sampai menjadi kota Jakarta, kawasan maritim justru mengalami kemunduran. Lingkungan perairan perlahan menjadi tidak baik. Kualitas air laut cenderung memburuk (tercemar), ditambah juga isu lingkungan kota lainnya seperti semakin terbatasnya sumber energi listrik dan meningkatnya kadar CO2 di udara, serta ancaman dari alam seperti abrasi, erosi, dan gelombang tinggi air laut. Keadaan ini mendorong perlu adanya suatu program dalam kawasan maritim ini agar keberlangsungan kehidupan tetap berjalan dengan baik. Kawasan Pasar Ikan dalam rencana kawasan Wisata Terpadu Jayakarta mengambil konsep kawasan sebagai Berandan Maritim. Letaknya yang strategis, yaitu diapit oleh perairan laut dan dua kanal besar membuatnya memiliki potensi yang menarik untuk menghadirkan solusi mengenai masalah lingkungan di maritim. Salah satu program yang dihadirkan dalam kawasan adalah area wisata edukasi, dimana pada kawasan ini akan berisi dengan kegiatan yang berhubungan dengan pengetahuan mengenai kemaritiman.


Since long time ago, before the city of Jakarta was formed, the Sunda Kelapa community had lived in the maritime area and tried their luck there. Coastal sea where peoples lives, plays an important role in the lives of people who live and inhabit the area. Besides that, ports and trade in this maritime area have made the city of Sunda Kelapa grow into a bigger city. In its development until it became the city of Jakarta, the maritime area actually suffered a setback. The aquatic environment slowly becomes not good. Seawater quality tends to deteriorate (tainted), added with other urban environmental issues such as increasingly limited sources of electrical energy and rising levels of CO2 in the air, as well as threats from nature such as abrasion, erosion, and high waves of sea water. This situation encourages the need for a program in this maritime area so that the continuity of life continues to run well.

Pasar Ikan Area in the Jayakarta Integrated Tourism area plan takes the concept of the area as Maritime Home. Its strategic location, which is flanked by sea waters and two large canals makes it has an interesting potential to present solutions to environmental problems in the maritime. One of the programs presented in the area is the education tourism area, which in this area will contain activities related to maritime knowledge."

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Natkiel, Richard
New York: Facts on Eile, 1986
R 912 NAT a
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
"De tweede druk van Het Indische boek der zee wordt door de commissie van redactie met buitengewoon veel genoegen hierbij ingeleid. De tweede uitgaaf immers is een verblijdend feit, want er wordt door bewezen dat het boek gewild is, en dat het algemeene belangstelling heeft mogen vinden ook buiten de kringen waarvoor het speciaal bestemd was ..."
Leiden: G. Kolff, 1927
K 623 RIN i
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library