Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Pottery is one of the old cultural product when people lived in prehistoric times. Humans have known and to make pottery from clay material since humans feel the need for containers for storing and cooking food. Pottery has a very important role in society life. Making pottery with a paddle anvile technique is a technique known in neolithic culture. Until now , these techniques are still used in several places in Indonesia, such as in sentang , Tanjung Tiram, North Sumatera."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Hasyim
"Kabupaten Maros merupakan suatu daerah yang sangat dikenal dengan ggalan arkeologis, khususnya tinggalan arkeologis berupa situs gua prasejarah gsejak awal abad ke 20 daerah ini telah menjadi pusat perhatian para arkeolog lebih seabad lamanya penelitian yang dilakukan di kabupaten Maros, para peneliti hanya memfokuskan penelitiaannya terhadap peninggalan-peninggalan gua-gua dan nanti setelah para mahasiswa Jurusan Arkeologi Unversitas Hasanuddin pada tahun 1994 melakukan kegiatan praktek lapangan mata geomorfologi di daerah kecamatan Mallawa, menemukan alat batu berupa dan beliung, serta fragmen gerabah. Setclah itu, pada tahun 1995 Suaka nggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) Sulselra, melakukan survei dalam upaya tmventarisasi situs. Kemudian pada tahun itu juga, Bidang Arkeomentri Pusat litian Arkeologi Nasional yang bertjuan untuk mengetahui jenis batuan dan, serta temuan berupa alat batu yaitu kapak dan beliung, serta gerabah yang pat di situs Mallawa. Kemudian tahun 1999 Jurusan Arkeologi Universitas Hasanuddin dan Balai Arkeologi Makassar melakukan penelitian berupa ekskavasi sekaligus melakukan pemetaan di silos Mallawa.
Dari basil penelitian yang dilakukan di situs Mallawa maka dapat ditarik lesimpulkan bahwa : Hasil uji laboratorium dengan menggunakan radiokarbon C14 di Australian National University terhadap beberapa sampel tanah (arang) dan gerabah, fragmen tulang binatang berkarbon yang diambil dari basil ekskavasi di sisi bukit bagian timur Bulu Bakung di kotak galian 1 (K1), (spit 3) ANU-1 1275 (576 +1- 80 BP) yaitu 580 BP, (spit 7) ANU-11274 (1860 +1- 70 BP) yaitu 1780 BP, dan (spit 9) ANU-11276 (2490 +1- 220 BP) yaitu 2550 BP. Dari basil uji laboratorium tersebut memberikan gambaran bahwa penghunian situs Mallawa dalam konteks neolitik telah berlangsung sejak 600 SM. (2550 P BP). Dari hasil uji laboratorium terhadap temuan alat batu (kapak dan beliung) dan bahan batuan yang ada di situs Mallawa oleh Bidang Arkeometri Pusat penelitian arkeologi Nasional di ketahui bahwa bahan pembuatan alat batu memiliki persamaan jinis batuan berupa batuan basal yang banyak ditemukan di sekitar situs Mallawa. 1lal ini berarti bahwa manusia pendukung budaya di situ Mallawa telah memanfaatkan sumberdaya batuan untuk dipergunakan sebagai bahan Baku maupun sebagai sarana pembuatan alat..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T39166
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendiarto
"Teknologi batu adalah teknologi reduktif, yakni proses pembuatan produk yang dilakukan dengan cara mengurangi volume bahan. Buangan dari proses pembuatan itu adalah limbah; sehingga secara teoritis, limbah merupakan bungkus (cetakan) dari produk, dan dapat dijadikan data untuk membina ulang proses pembuatan. Hasil ekskavasi Balai Arkeologi Yogyakarta tahun 1981 di dukuh Limbasari memperoleh data jenis ini. Bertolak dari anggapan di atas, dilakukan kajian terhadap data hasil ekskavasi tersebut untuk menjelaskan bagaimana hubungan antara limbah dengan tahapan pengerjaan dan hubungan antara 1imbah dengan teknik pengerjaan. Metode analisis bentuk, ukuran dan khusus diterapkan dalam kajian ini. Demikian pula metode kajian pustaka dan percobaan peniruan.
Dari hasil penelitian ini dapat dikenali enam tahapan pengerjaan produk beliung dan tujuh tahapan pengerjaan produk gelang. Keseluruhan tahapan pengerjaan ini terbagi atas dua proses kegiatan, kegiatan pembentukan dan penghalusan. Pada proses kegiatan pembentukan digunakan teknik--teknik penyerpihan, sedangkan pads proses kegiatan penghalusan digunakan teknik asah; untuk membentuk gelang digunakan teknik bor..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S11872
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas Sutikna
"Karakteristik Song Gupuh scbagai situs hunian neolitik, memiliki arti yang sangat penting dalam konteks neolitik di daerah Punung atau wilayah Gunung Sewu secara keseluruhan. Hal itu disebabkan karena informasi atau bukti arkeologis mcngenai situs hunian neolitik di daerah tersebut sangat minim. Selama ini informasi yang diperoleh sebagian besar berasal dari situs-situs perbengkelan neolitik yang banyak ditemukan di daerah Punung dan sekitarnya. Meskipun situs perbengkelan juga merupakan salah satu bagian atau salah satu bahasan dalam studi permukiman, namun informasi yang dapat diperoleh dari situs semacam ini cenderung terbatas mengcnai aspek teknologi ataupun sistem produksi. Apalagi sebagian besar situs perbengkelan neolitik di daerah Punung terletak di bentang alam terbuka (open sites) yang tidak memiliki konteks hunian secara jelas, misalnya sisa-sisa makanan, bekas perapian, ataupun tembikar. Jikapun ditemukan, akan tetapi kualitas maupun kuantitasnya sangat terbatas. Kondisi tersebut menjadi faktor yang menyulitkan ketika melakukan rekonstruksi kehidupan masa lalu dalam konteks neolitik di daerah Punung. Jika Situs Song Gupuh dapat dijadikan sebagai model kehidupan neolitik di daerah Punung, maka gambaran kehidupan neolitik di daerah ini secara umum kemungkinan tidak jauh berbeda dengan yang ditemukan di Situs Song Gupuh. Strategi subsistensi yang diterapkan tampaknya masih' menunjukkan kuatnya aktivitas eksploitasi sumberdaya lingkungan secara angsung, yaitu melalui perburuan dan mengumpulkan bahan makanan. Di sisi lain, strategi subsistensi melalui budidaya tanaman tampaknya tetap belum dapat digambarkan secara jelas, meskipun basil penclitian di Telaga Guyang Warak menunjukkan adanya indikasi pembukaan lahan, tetapi belum dapat dibuktikan secara arkeologis bahwa aktivitas tersebut berkaitan dengan aktivitas budidaya tanaman. Jika dilihat dari banyaknya situs perbengkelan neolitik di daerah Punung, yang sebagian besar menghasilkan produk berupa calon beliung, maka jelas bahwa produk tersebut sudah jauh melebihi kebutuhan lokal. Sehingga dapat memberikan gambaran bahwa calon beliung yang diproduksi dalam skala besar pada situs-situs perbengkelan, kemungkinan merupakan komoditi alat tukar dengan komoditi lain yang berasal dari luar daerah Punung. Komoditi dari luar tersebut kemungkinan berupa wadah, terutama tembikar dan benda-benda dari logam. Jika demikian, maka aktivitas pembuatan beliung dalam skala besar tersebut cenderung bersifat ekonomis daripada praktis (dalam arti hanya dipergunakan untuk keperluan sendiri). Berdasarkan basil pertanggalan C 14, kehidupan neolitik Situs Song Gupuh telah berlangsung sejak 3.300 ± 100 BP. Sementara situs-situs perbengkelan neolitik di daerah Punung antara lain memiliki pertanggalan 1.100 ± 120 BP untuk Situs Padangan dan 2.100 ± 220 BP untuk Situs Ngrijangan. Korclasi antara pertanggalan dari situs habitasi (ceruk atau gua) dan situs perbengkelan, memberikan gambaran bahwa kehidupan awal neolitik di daerah Punting tampaknya masih mcmanfaatkan ceruk atau gua scbagai tempat tinggal, kemudian area aktivitas secara bertahap beralih ke bentang alam terbuka. Rentang waktu kehidupan neolitik tersebut torus berlangsung hingga budaya logam masuk di daerah Punting, bahkan hingga jauh memasuki jaman sejarah."
2001
T11829
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Souvatzi, Stella G., 1966-
""The study of households and everyday life is increasingly recognized as fundamental in social archeological analysis. This volume is the first to address the household as a process and as a conceptual and analytical means through which we can interpret social organization from the bottom up. In case studies from Neolithic Greece, Stella Souvatzi examines how the household is defined socially, culturally, and historically. Her study is enriched by an in-depth discussion of the framework for the household in the social sciences and the synthesis of many anthropological, historical, and sociological examples. It reverses the view of the household as passive, ahistorical, and stable, showing it instead to be active, dynamic, and continually shifting."--BOOK JACKET."
Cambridge: Cambridge University Press, 2008
938 SOU s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas, Julian
London: Routledge, 1996
930.1 THO t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Edmonds, Mark
London: Routledge, 1999
936.1 EDM a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library