Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Bunga Kasih Samtesamka
"Slash fiction bukan lagi menjadi fenomena baru di dunia fandom. Hingga saat ini, mayoritas produksi serta konsumsinya masih didominasi oleh perempuan. Slash fiction banyak ditemukan tersebar di internet, dan Twitter telah menjadi salah satu pilihan penggemar untuk mengakses slash fiction karena tidak membutuhkan rentang perhatian yang tinggi. Tulisan ini merupakan studi kualitatif dengan metode netnografi dan analisis tematik untuk
mengeksplorasi bentuk textual poaching kekuasaan penggemar perempuan dalam memproduksi kembali teks menjadi slash fiction pada fandom My Hero Academia di Twitter. Temuan dari studi ini menunjukkan bahwa penggemar memiliki kuasa untuk menginterpretasikan karakter dalam narasi asli menjadi homoseksual, yang kemudian menjadi landasan untuk menulis slash fiction. Lebih jauh lagi, kegiatan menulis slash fiction bagi penggemar perempuan dapat berperan sebagai subversif terhadap budaya resmi yang ada serta menantang dominasi heteronormatif karena kemampuannya untuk menciptakan dunia cerita sendiri.
Slash fiction is no longer a new phenomenon in the fandom world. Until now, women still dominate the majority of the production and consumption of slash fiction. On the internet, Slash fiction is everywhere, and Twitter has become one of the choices for fans to access slash fiction because it does not require a high attention span. This paper is a qualitative study using netnographic methods and thematic analysis to explore the form of textual poaching of female fans' power in reproducing text into slash fiction in the My Hero Academia fandom on Twitter. The findings of this study show that fans can interpret the characters in the original narrative to be homosexual, which then becomes the basis for writing slash fiction. Furthermore, writing slash fiction for female fans is subversive to the existing official culture and challenge heteronormative domination because of fans' ability to create their own story world."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
"Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memahami pola aktivisme digital yang dilakukan netizen terhadap penahanan Aleksei Navalny, salah satu figur oposisi politik di Rusia dalam bentuk video TikTok. Aksi demo atas tuntutan pembebasan Aleksei Navalny tidak hanya terjadi dengan cara turun langsung namun juga secara daring, salah satunya melalui video TikTok. Data dalam artikel diambil dari video TikTok bertema aksi demo tanggal 23 Januari sampai dengan 21 April 2021 yang menggunakan tagar #свободунавальному, #freenavalny, #митинг23января, #митинг31января, #митинг2февраля, #любовьсильнеестраха, dan #митинг21апреля yang diunggah pada Januari hingga Mei 2021. Konsep oposisi politik dan aktivisme digital digunakan sebagai dasar analisis data dan menggunakan metode Netnografi oleh Kozinets. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivisme digital dalam bentuk video TikTok bertema demo muncul dalam beragam jenis video yang didominasi video jenis rekaman saat demo, sebagian besar dibuat oleh akun pribadi di TikTok dan mendapat berbagai jenis respon dengan sebagian besar respon yang diterima dalam video berupa komentar respon positif.
The aim of this article is to identify and understand the pattern of digital activism by netizens to one of Russian political opposition, Aleksei Navalny’s detainment by making TikTok videos. Not only joined by people who took to the streets in support of Aleksei Navalny’s freedom, the demonstration was also supported by people online through TikTok videos. This article used data that were taken from TikTok videos that are related to demonstrations which happened between January 23rd until 21st April 2021 and were uploaded in January until May 2021 under some hashtags: #свободунавальному, #freenavalny, #митинг23января, #митинг31января, #митинг2февраля, #любовьсильнеестраха, dan #митинг21апреля. This article used political opposition and digital activism concepts to analyze the data by using Netnography by Kozinets as its method. The result shows that digital activism in the form of TikTok videos with demonstration-related content appear in many kinds and are dominated by footages that were taken during the protest, most of these videos were made by personal TikTok accounts, and most of mixed reactions that they got were positive comments."
[Depok, Depok]: [Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia], 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library