Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1548 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anjrah Gumelar
Abstrak :
ABSTRAK
Jaringan VSAT memiliki kemampuan untuk menghubungkan sejumlah temninal baik dari titik ke titik maupun dari titik ke banyak titik, ataupun sebalik nya. Deegan semakin berkembangnya kebutuhan komunikasi yang mengacu pada aplikasi multimedia, jaringan VSAT konvensional yang unummya berbentuk jaringan bintang dan membutuhkan dua kali jangkauan dituntut untuk lebih fleksibel agar dapat melakukan komunikasi waktu riil. Salah satu aktematif yang dapat dilakukan adalah dengan menggabungkan topologi jaringan mate jala pads jaringan VSAT konvensionai sehingga membertuk suatu jaringan penuh. Dalam penggabungan ini, perlu dilakukan suatu analisa kelayakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan setiap kombinasi secara umum. Dalam tugas akhir ini akan dibalm mengenai penggabungan kedua topologi tersebut, analisa kelayakan secara umum, dan perhitungan lintasan dari suatu simulasi kasus dalam penerapannya di Indonesia.
1996
S38935
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Wira Reza P
Abstrak :
Mobile IPv6 memiliki dua metode dalam komunikasi antara mobile node dengan corresspondent node, yaitu Bidirectional Tunneling dan Route Optimization. Bidirectional Tunneling tidak membutuhkan bantuan correspondent node dan dapat tersedia walaupun mobile node tidak meregistrasi binding terbarunya terlebih dahulu. Route Optimization memerlukan dukungan mobile node untuk meregistrasi binding-nya pada correspodent node. Proses handover pada MIPv6 dibagi manjadi dua, yakni horizontal handover dan vertical handover. Horizontal handover merupakan handover yang terjadi pada saat mobile node berpindah access point namun masih berada pada Home Network yang sama, sedangkan vertical handover merupakan handover yang terjadi pada saat mobile node berpindah dari Home Network ke Foreign Network. Akan dijelaskan mengenai perbandingan performansi throughput, packet loss, dan delay antara Bidirectional Tunneling dengan Route Optimization menggunakan aplikasi HTTP. Hasil pengukuran pada home link, didapatkan throughput pada bidirectional dan route optimization memiliki perbandingan 15.7%, pada pengukuran packet loss memiliki perbandingan 0.007%, dan pada pengukuran delay memiliki perbandingan 1.77%. Hasil pengukuran pada foreign link, didapatkan throughput pada route optimization 36.77% lebih cepat dibandingkan bidirectional tunneling. Paclet loss pada route optimization 1.76% lebih sedikit dibandingkan bidirectional tunneling, dan pengukuran delay pada route optimization 41.45 lebih cepat dibandingkan bidirectional tunneling. ......Mobile IPv6 has two methods in communication between mobile node with correspondent node, those are Bidirectional Tunneling and Route Optimization. Bidirectional Tunneling does not need help of correspondent node and no need registration of binding from mobile node. Route Optimization requires support of mobile node to register the binding on correspondent node. MIPv6 handover process is divided into two, those are horizontal handover and vertical handover. Horizontal handover is a handover that occurs when the mobile node moves to the other access point but still in the same Home Network, while vertical handover is a handover that occurs when the mobile node moves from Home Network to Foreign Network. Will be explained about the comparative performance of throughput, packet loss, and delay between Bidirectional Tunneling with Route Optimization using HTTP applications. Measurement result on home link, shows the throughput on bidirectional tunneling and route optimization having comparison about 15.7%, packet loss about 0.007%, and delay about 1.77%. Measurement result on foreign link, shows that throughput on route optimization is 36.77% faster than on bidirectional tunneling. Packet loss on route optimization is 1.76% lesser than bidirectional tunneling, and measurement of delay on route optimization is 41.45% faster than bidirectional tunneling.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43453
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Addy Kurnia Komara
Abstrak :
Dalam jaringan Multiprotocol Label Switching (MPLS), paket data dilewatkan melalui suatu Label Switch Path (LSP) yang diatur oleh Label Distribution Protocol (LDP), dengan menggunakan informasi tabel routing yang dibentuk oleh protokol routing di network layer. Algoritma routing yang digunakan pada network layer, masih memiliki resiko terjadinya loop dalam penentuan routing. Jika dalam jaringan MPLS tidak terdapat metode penanganan loop routing, maka terdapat resiko bagi LSP untuk membentuk looping paket kontrol ataupun looping paket data. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode loop prevention (pencegahan loop), yang melakukan pencegahan terjadinya loop sebelum LSP dibentuk. Salah satu metode pencegahan loop yang diusulkan adalah mekanisme dengan menggunakan colored thread yang terdapat dalam RFC. 3063. Mekanisme pencegahan loop yang ditawarkan dalam RFC 3063 masih dapat disempumakan dalam hal prosedur pembebasan link dari loop. Untuk tujuan ini dilakukan tiga jenis modifikasi. Modifikasi I adalah dilakukannya pengiriman thread withdrawing ke upstream node ketika incoming link mendeteksi terjadinya loop dan dilakukannya pengiriman thread color baru pada rute alternatif ketika LSR (Label Switch Router) menerima thread withdrawing. Modifikasi II melengkapi modifikasi I dengan dilakukannya pengiriman thread withdrawing jika thread color datang pada stalled incoming link. Modifikasi III melengkapi modifikasi II, namun ketika LSR menerima thread withdrawing, akan diteruskan ke incoming link dengan hop count terbesar, tanpa mencari rute alternatif. Hasil simulasi menunjukkan bahwa. jumlah message kontrol dan waktu proses modifikasi I ,II dan modifikasi III masih lebih besar dari pada tanpa modifikasi. Sedangkan tingkat keberhasilan pembebasan link dari loop modifikasi III paling besar jika dibandingkan dengan tanpa modifikasi, modifikasi I dan II. Karenanya modifikasi III merupakan pilihan terbaik yang dapat digunakan sebagai prosedur tambahan pada mekanisme colored thread untuk melakukan pembebasan link dari loop pada jaringan MPLS. ......In Multi-protocol Label Switching (MPLS) network, data packets are forwarded trough Label Switch Paths (LSPs) which are set up using a Label Distribution Protocol (LDP), using information from routing table which has been build by routing protocol in network layer. Routing algorithm that was used in network layer may not be loop-free. If there is no mechanism to handle loop routing in MPLS network, there is a possibility of an LSP forming a control packet loop or data packet loop. One of the methods that can be used is loop prevention method that prevents LSP forming loops. A loop prevention mechanism using colored thread was proposed in R FC.3063. Loop prevention mechanism that proposed in RFC.3063 can be modified in procedure to make LSPs free from loop. For this purpose, there are three kind of modification can be done in procedure when a node detecting a loop. First modification is propagating thread withdrawing to upstream node when incoming link detecting a loop and extending new thread color to a new next hop when LSR (Label Switch Router) receiving thread withdrawing. Second Modification is adding first modification in propagating thread withdrawing when thread color arrive at the stalled incoming link. Third modification is adding 2nd modification, but LSR will propagate thread withdrawing to the incoming link with maximum hop count when receiving thread withdrawing from outgoing link, without looking for alternative route. Simulation result shows that numbers of control message and duration time for all of the modification are greater than without modification. On the other hand, successful ratio of clearing link from loop for third modification is the best for all. So, the third modification is the best choice that can be added in colored thread mechanism as a procedure for clearing link from loop in MPLS network.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T3765
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairul Imron
Abstrak :
ABSTRAK
Untuk mendapatkan rancangan rangkaian terpadu (IC) yang efisien terhadap tata-ruang serta mudah untuk memadukan antar sel, maka diperlukan teknik peletakan (placement) dan tata penjaluran (routing) kawat.

Tesis ini dimaksudkan sebagai alat bantu untuk merancang rangkaian terpadu, khususnya dalam hal pembagian kawat yang akan melewati suatu kanal-(tempat lewatnya kawat) yang sudah ditentukan. Alat bantu tersebut berupa algoritma yang menggunakan graph dengan verteks berbobot yang mempunyai bentuk khusus (diamond graph), sehingga dapat membantu pembagian kawat yang sudah ditentukan untuk mendapatkan rancangan rangkaian tarpadu dengan jumlah lapisan (layer) yang minimal.
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Becker, Hal B.
New York: John Wiley & Sons, 1973
001.5 BEC f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Englewood Cliffs: Prentice-Hall, 1995
001.644 04 ROU
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Andhika Ajiesastra
Abstrak :
Teknologi Long Range Wide Area Network (LoRaWAN) yang sangat pesat untuk sistem Internet of Things (IoT) tidak dapat disangkal karena komunikasi nirkabel Low Power Wide Area Network (LPWAN) memimpin dalam skalabilitas, masa pakai, kapasitas, biaya, dan jarak transmisi. Salah satu potensi implementasi adalah pengamatan pada patok perbatasan darat Indonesia dengan negara tetangga, pada pengamatan saat ini dilakukan dengan secara patroli dan tidak diperbarui secara real-time. Penggunaan teknologi LoRaWAN dapat memberikan peningkatan efisiensi dan efektivitas dibandingkan dengan metode yang digunakan sebelumnya, terutama karena karakteristik LoRaWAN yang memungkinkan transmisi data dalam jarak yang jauh dengan konsumsi energi yang rendah. Namun, penting untuk melakukan konfigurasi jaringan yang tepat agar proses pertukaran paket data dapat berlangsung dengan semua node terhubung dengan konsumsi energi yang rendah. Menemukan konfigurasi yang optimal untuk mencapai hasil maksimal dari protokol transmisi LoRa merupakan langkah yang tidak terpisahkan sebelum penerapan dilakukan. Dari hasil simulasi diperoleh efisien energi distribusi yang berifat random uniform centered kombinasi optimal antara jumlah virtual ring dan kluster adalah 3 ring dan 6 ring, nilai bebas atau merata dari Circular arc 2 sampai dengan Circular arc 8 dan memiliki konsumsi energi terendah sebesar 0,56 mJ menggunakan skema routing Next Ring Hop (NRH) dengan critical ring 1. ......The fast-paced Long Range Wide Area Network (LoRaWAN) technology for Internet of Things (IoT) systems is undeniable as Low Power Wide Area Network (LPWAN) wireless communications leads the way in scalability, lifetime, capacity, cost, and transmission distance. One of the potential applications is observation at Indonesia's land border with neighboring countries, currently observations are carried out by patrol and are not updated in real-time. The use of LoRaWAN technology can provide increased efficiency and effectiveness compared to the methods previously used, mainly due to the characteristics of LoRaWAN which enable data transmission over long distances with low energy consumption. However, it is important to do the right network configuration so that the process of exchanging data packets can take place with all connected nodes with low energy consumption. Finding the optimal configuration to get the most out of the LoRa transmission protocol is an integral step prior to implementation. From the simulation results obtained efficient energy distribution which is random uniform centered the optimal combination between the number of virtual rings and clusters is 3 rings and 6 rings, the value is free or evenly distributed from Circular arc 2 to Circular arc 8 and has the lowest energy consumption of 0.56 mJ using the Next Ring Hop (NRH) routing scheme with critical ring 1.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The business of telecommunications is currently undergoing a period of change driven by changes in regulation, increasing demands for services and the development of new access technologies. The market structure of telecommunications is evolving rapidly as new players entering the market and existing players strive to complete in an increasingly volatile market. Moreover the advent of new data services is placing greater demands on the network as operators strive to offer new broadband services. Underpinning much of this change is the access technology itself, both in the transitional form of copper twisted pairs, but increasing through the use of new fibre, radio and copper systems. Indeed the dominant cost of most telecommunication network is the access network itself and typically can demand up to 80% of the total investment required. The book presents an overview of the access network and discusses the technologies that are available. It begins with an introductory chapter defining terms and technologies and goes on to discuss each technology in turn, not only from a technology viewpoint but with a view on how it might be best deployed. Chapters are also included on planning systems and network management, a key aspect of the technology.
London: Institution of Engineering and Technology, 2009
e20452636
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Budiwati
Abstrak :
Eksistensi pesantren merupakan fenomena sosial yang sangat menarik Bagaimana lembaga ini mampu bertahan hidup selama berabad-abad merpakan pertanyaan yang menantang. Banyak jawaban telah diberikan dan kebanyakan jawaban tersebut mengacu pada modemisasi yang dilakukan oleh pesantren dalam merespon tuntutan perubahan jaman. Akan tetapi jawaban ini tidak cukup memuaskan. karena modemisasi tidak akan berjalan kalau tidak ada kekuatan-kekuatan yang mendukungnya.
Beranjak dari asumsi ini maka kajian ini berusaha mendeskripsikan etnografi Pesantren Al Hamidiyah melalui pendeskripsian hubungan sosial-hubungan sosial yang dibentuk antara pesantren dengan pihak lain serta pemanfaatan hubungan sosial tersebut bagi pengembangan pesantren. Dengan menggunakan metode wawancara mendalam dan pengamatan terlibat. hubungan sosial-hubungan sosial itu sendiri dilihat dari segi bagaimana proses pembentukan hubungan sosial tersebut. transaksi apa yang dibuat. bagaimana aturannya,dan nilai apa yang mendasarinya. Dengan mengetahui hal-hal tersebut maka isi dan bentuk dari jaringan hubungan sosial bisa diketahui.
Pengkajian tentang proses pembentukan dan pemanfaatan hubungan sosial akan memberikan informasi tentang apa sebenarnya yang menjadi kebutuhan pesantren. Kebutuhan yang dirasakan sebagai kebutuhan utama pesantren adalah kebutuhan akan dana, sumber daya manusia, dan media promosi. Selain kajian tentang proses pembentukan dan pemanfaatan jaringan sosial ini juga akan memberi informasi tentang maksud dari pembentukan jaringan sosial tersebut,yaitu untuk mengakses sumber daya yang dibutuhkan tetapi tidak dimiliki oleh pesantren di mana akses terhadap sumber daya tersebut sangat mendukung bagi eksistensi pesantren.
Sedangkan kajian tentang jenis transaksi,norma dan nilai yang mendasari transaksi tersebut akan memberikan informasi tentang isi dari jaringan sosial yaitu apakah jaringan sosial tersebut berisi transaksi yang didasarkan atas hubungan kekerabatan,pertemanan,maupun ketetanggaan. Di samping itu kajian tentang transaksi,norma dan nilai ini juga akan memberi informasi tentang bentuk jaringan sosial,yaitu apakah berbentuk vertikal sebagai jaringan patron klien atau berbentuk horisontal. Melalui kajian tentang bentuk dan isi jaringan sosial maka akan dapat diketahui tentang dampak jaringan sosial tersebut bagi pesantren.
2001
T903
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Susilo
Abstrak :
Tesis ini mengkaji tentang Jaringan Sosial yang diaktifkan khususnya oleh pimpinan pondok pesantren, baik di lingkungan intern maupun di lingkungan ekstern. Pondok pesantren yang dimaksud adalah PP. Tebuireng, Jombang Jawa Timur yang termasuk salah satu Pondok pesantren tertua, terbesar dan terkenal di Indonesia. Pondok pesantren tersebut telah mengalami perubahan-perubahan fisik dan non fisik, sehingga bisa tetap eksis atau bertahan sampai sekarang dan telah berumur 100 tahun. Perubahan fisik intern PP. Tebuireng bisa dilihat dari luas tanah dan bangunan-bangunan di dalamnya yang permanen, perubahan luas tanah yang pada awal berdirinya hanya 200 m2, sekarang telah menjadi 25 ha, dan dari sebuah bangunan teratak sederhana sekali menjadi 25 buah bangunan permanen. Perubahan non fisik intern PP. Tebuireng bisa dilihat dari dua macam, yaitu: (1) perubahan sistem pengajaran dan kurikulum dari sistem Sandongan, Sorogan dan Tahassus (diskusi) yang tidak mengeluarkan ijazah; (2) Sistem kepemimpinan Tunggal tanpa akte notaris menjadi sistem kepemimpinan Kolektif berakte notaris dibawah naungan sebuah yayasan yang bernama Yayasan KH.A Hasyim Asy'ari; (3) bertambahnya hak pemilikan pribadi menjadi hak pemilikan pribadi dan wakaf khususnya dibidang tanah. Perubahan fisik ekstern disekitar PP. Tebuireng dapat dilihat dari beberapa macam jumlah bangungan yang berfungsi sesuai dengan fisik bangunannya, seperti rumah makan, tempat binatu, wartel, penyewaan komputer, toko kelontong, baik tempat mangkal penjaga keliling makanan kecil (baso, nasi goreng, lontong tahu, kacang hijau, es sirup dan sebagainya) dan pakaian serta alat-alat sholat dan perlengkapan lainnya berupa sandang. Perubahan non fisik ekstern dapat dilihat dari berapa sendi kehidupan sehari-hari, seperti perubahan pandangan hidup, nilai-nilai dan norma-norma pergaulan sehari-hari serta kebiasaan prilaku seseorang yang hidup di masyarakat sesuai dengan keberadaan PP. Tebuireng yang bernafaskan ajaran agama Islam.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>