Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lina Faulina Sjarifuddin
Abstrak :
Latar Belakang : Event-related potensial (ERP), terutama P300, merupakan perubahan potensial otak yang menggambarkan proses pengolahan stimulus yang diterima. Pemeriksaan ERP merupakan salah satu tekhnik neurofisiologis yang non-invasive, tetapi objektif, yang sexing digunakan untuk mengevaluasi aktivitas kognitif seseorang, terutama yang berkaitan dengan atensi, persepsi memori, fungsi eksekutif, dan kontrol perilaku. Metode : Pemeriksaan ERP auditorik diskriminasi 2 nada dilakukan pada 81 anak asimptomatik yang memenuhi kriteria inklusi dari 3 sekolah dasar swasta di Jakarta. Rerata performa motorik (kecepatan reaksi, hits, dan commission error) serta iatensi dan amplitude komponen-komponen ERP (N I00, N200, dan P300) yang timbul terhadap nada target direkam dan dianalisa berdasarkan faktor usia dan jenis kelamin. Basil : Kecepatan reaksi, hits, dan latensi P300 secara statistik berbeda bermakna berdasarkan faktor usia. Terdapat korelasi negatif dengan kekuatan sedang antara faktor umur dan kecepatan reaksi dan latensi P300 (p<0.0l). Sedangkan faktor usia dan hits berkorelasi secara positif dengan kekuatan sedang. Tidal( didapatkan perbedaan yang bermakna secara statistik antara performa motorik maupun latensi dan amplitudo P300 terhadap faktor jenis kelamin. Kesimpulan : Perkembangan fungsi kognitif anak tampaknya berkaitan dengan maturasi otak sejalan dengan pertambahan usia, dan tidak berkaitan dengan faktor jenis kelamin. Perneriksaan ERP auditorik diskriminasi 2 nada dapat digunakan untuk menilai perkembangan fungsi kognitif anak. ......Background : Event Related Potentials (ERPs), especially P300, are electrical changes generated in the brain in association with stimuli processing. They can provide a non-invasive but objective means to evaluate the activity of human brain associated with attention, perception, memory, decision making, and control of behavior. Methods: Auditory ERP two-tone discrimination (`oddball ) paradigm was presented to 81 healthy asymtomatic school aged children of three private elementary schools in Jakarta. Motor performances (reaction time, hits, and commission error) and latency and amptlitude of ERP components (N100, N200, and P300) elicited to target stimuli were recorded and analyzed for between group difference (age and sex). Results: Reaction times, hits, and P300 latency were significantly different between age groups (pcO.01). There were also moderately negative correlation between age groups and reaction limes and P300 latencies (p<0.01). Moderately positive correlation were noted between hits and age (p <0 01). None of motor performances nor latencies and amplitudes of P300 were different between sex groups (p>0.05). Conclusions: Maturation of cognitive brain functions in children are related to age development despite of sex gender. Auditory ERP two-tone discrimination ERPs are excellent tools for the study of cognitive brain functions in humans and the developmental time course of these functions in childhood.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18175
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Husein Barnedh
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Gangguan keseimbangan merupakan salah satu masalah neurologis yang penting pada lansia, sedangkan penelitian tentang hal tersebut belum banyak dilakukan di Indonesia.Beberapa faktor yang diduga berhubungan dengan gangguan keseimbangan adalah aktivitas fisik, tingkat independensi,umurjenis kelamin, demensia, gangguan visus dan gangguan proprioseptif. Tujuan: Untuk mengetahui proporsi gangguan keseimbangan dan jatuh, rerata skala keseimbangan Berg serta faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan pada lansia. Metodologi. Penelitian menggunakan desain potong lintang. Subyek yang mengikuti penelitian berjumiah 300 orang, terdiri dari 244 wanita dan 56 pria, usia berkisar antara 60-88 tahun. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan neurologis umum, proprioseptif, dan visus, pemeriksaan MMSE serta pemeriksaan keseimbangan menggunakan skala keseimbangan Berg. Kriteria gangguan keseimbangan adalah bila nilai skala keseimbangan Berg < 46. Variabel-variabel yang diduga berperan dalam gangguan keseimbangan diuji statistik menggunakan analisis bivariat dan multivariat. Hash Penelitian. Proporsi gangguan keseimbangan adalah 28,7%. Proporsi jatuh 10,3%.Subyek dengan gangguan keseimbangan mempunyai OR 2,2 (95% CI 1,06-4,80) untuk mengalami jatuh (p<0,05) Rerata skala keseimbangan Berg 50.Pada analisis bivariat didapatkan 6 variabel yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan, yaitu: aktivitas fisik, tingkat independensi, usia, demensia, gangguan visus dan gangguan proprioseptif. Pada analisis multivariat 4 variabel, yaitu aktivitas fisik (OR 2,61; 95%CI 1,75-3,87), tingkat independensi (OR 13,15;95%Cl 3,77-45,82), usia (OR 1,86; 95%CI I,01-3,45) dan gangguan proprioseptif (OR 3,88; 95% CI 1,63-9,21) didapatkan berhubungan dengan gangguan keseimbangan (p<0,05). Jenis kelamin ditemukan tidak berhubungan bermakna dengan gangguan keseimbangan. Kesimpulan: Aktivitas fisik, tingkat independensi, usia dan gangguan proprioseptif merupakan faktor risiko untuk gangguan keseimbangan pada lansia.
Background. Disequilibrium is one of the major neurological problems in elderly people, unfortunately there are only few studies about postural balance in elderly , especially in Indonesia. Physical activity, functional disability, age, gender, demensia, visual acuity decline and proprioceptive decline might be related to disequilibrium in elderly and need further explorations.
ABSTRACT
Objective. To determine proportion of disequilibrium dan falls, mean of Berg Balance Scale and risk factors related to disequilibrium in elderly. Methods. This study was a cross sectional study. Three hundreds subjects , 244 women and 56 men, age 60-88 years old, participated in this study. History taking, general neurological examination, proprioceptive and visual acuity examination, MMSE and Berg Balance scale (BBS) was performed on every subject. Criteria for disequilibrium was BBS < 46. All variables was analyzed statistically by bivariate and multivariate analysis. Results. Disequilibrium proportion was 28.7 %. Falls proportion was 10.3 %. Subjects with disequilibrium had OR 2.2 (95% CI: 1.06-4.80) for falls (p'(0.05). Mean value of BBS was 50. Variables which had correlation with disequilibrium on bivariate analysis was physical activity, functional disability, age, demensia, visual acuity decline, and proprioceptive decline. Multivariate analysis showed 4 variables related to disequilibrium: physical activity (OR 2.61; 95% CI: 1.75-3.87), functional disability (OR 13.15; 95% Cl: 3.77-45.82), age (OR 1.86; 95%CI: 1.01-3.45) and proprioceptive decline (OR 3.88; 95% Cl: 1.63-9.21) with p<0.05. Gender was not significantly related to disequilibrium. Conclusion. Physical activity, functional disability, age and proprioceptive decline are the risk factors for disequilibrium in elderly.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18160
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maula N. Gaharu
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan: Untuk menilai pemanjangan Iatensi Event-Related Potential P300 auditorik pada penderita lupus eritematosus sistemik (LES) berdasarkan beberapa variabel seperti umur, durasi penggunaan steroid, aktifitas penyakit dan depresi.

Metode: Penelitian potong lintang pada populasi penderita LES yang terdaftar di Yayasan Lupus Indonesia dan berdomisili di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang and Bekasi (Jabodetabek) serta memenuhi kriteria inlusi.

Hasil: Didapatkan 55 penderita LES dan terutama perempuan kelompok usia 30-40 tahun (rerata 33,54 SD 8.41). Abnormalitas latensi P300 didapatkan pada 32 orang (58.2%) dan terdapat kemaknaan berdasarkan umur (p=0.000), aktifitas penyakit (p=0.015) dan fungsi kognitif (p=0.020). Kelompok usia muda dan derajat aktifitas penyakit pada analisa multivariat merupakan penentu abnormlitas latensi P300. Komponen gelombang lain seperti P200, N200 and P200 daiam batas normal baik latensi dan amplitudo.

Kesimpulan: P300 dapat digunakan untuk evaluasi aspek kognitif sebagai manifestasi sistim saraf pusat pada penderita LES.
2007
T21340
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekarsunan Setyahadi
Abstrak :
Latar Belakang. Gangguan memori merupakan konsekuensi epilepsi lobus temporal (ELT) dan salah satu acuan penentuan zona epileptogenik, disesuaikan semiologi kejang, EEG iktal serta neuroimaging. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan tatalaksana komprehensif termasuk terapi pembedahan dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Tujuan. Mengetahui gambaran gangguan memori penyandang ELT di RSCM. Metode. Desain penelitian berupa studi potong lintang. Subyek adalah penyandang ELT kiri atau kanan, diperoleh secara konsekutif, kemudian dilakukan pemeriksaan Rey Auditory Verbal Learning Test (RAVLT) dan Rey Osterrieth Complex Figure Test (ROCFT) .Hasil. Diperoleh 85 subyek, 63.5% menderita gangguan memori. Dari 24 subyek gangguan memori visual, 29.6% dengan fokus kanan, dan 14.8% dari kiri. Dari 16 subyek gangguan memori auditorik, 25.9% dari fokus kiri dan 3.7% dari kanan. Gangguan memori visual dan auditorik pada 14 orang, dengan fokus kiri 11.1% dan kanan 14.8%. Fokus cetusan kanan berhubungan signifikan dengan gangguan memori visual dan kiri berhubungan signifikan dengan memori auditorik (p=0.001). Penggunaan OAE (p<0.10, OR 2.300,IK 95% 0.874,6.050) mempengaruhi gangguan memori secara umum. Lama menderita epilepsi (p<0.10;OR2.953;IK 95%0.863,10.110), penggunaan OAE (p<0.10;OR9.253;IK 95%1.355,63.168) dan fokus cetusan (p<0.10;OR 19.620; IK 95% 2.012,191,312) mempengaruhi gangguan memori auditorik. Onset bangkitan awal (p<0.10;OR 3.043,IK95%,0.110, 1.136) mempengaruhi gangguan memori visual. Lama menderita epilepsi (p<0.10;OR 2.383; IK95% 0.899,6.318) mempengaruhi gangguan memori visual dan auditorik. Kesimpulan. Sebagian besar penyandang ELT menderita gangguan memori. Gangguan memori visual atau auditorik menunjukkan efek lateralisasi yang signifikan. Penggunaan OAE, lama menderita epilepsi, usia saat bangkitan awal dan fokus cetusan dapat mempengaruhi gangguan memori. ......Background. Memory impairment was a consequence of temporal lobe epilepsy (TLE). Memory impairment with semiology, ictal EEG and neuroimaging were used in determining the epileptogenic zone of TLE, so we could improve the comprehensive management of TLE, and improve patient?s quality of life. Objectives.To determine the proportion of memory impairment in people with TLE in RSCM. Methods A cross-sectional study, subjects were those with left or right TLE. The memory function were assessed using Rey Osterrieth Complex Fugure Test (ROCFT) and Rey Auditory Verbal Learning Test (RAVLT). Results. There were 85 eligible subjects. Memory impairment was found in 63.5% subjects. Visual memory impairment were found in 24 subjects, 29.6% with right focus and 14.8% left focus. Auditory memory impairment were found in 16 subjects, 25.9% with left focus and 3.7% right focus. Visual and auditory memory impairment were 14 people, 11.1% with left focus and 14.8% were right. The right sided focus was associated with visual memory impairment and auditory memory impairment was associated with leftfocus (p = 0.001). The use of Anti Epileptic Drugs (AED) (p <0,10; OR 2.300; 95% CI 0.874; 6.050) affected memory impairment in general. Duration of epilepsy (p <0.10; OR 2.953;95% CI 0.863;10.110) , the use of AED (p <0.10; OR 9.253; 95% CI 1.355;63.168) and focal discharges (p <0.10; OR 19,620; 95% CI 2.012;191,312) affected the auditory memory impairment. Early seizure onset (p <0.10; OR 3.043; 95% CI 0.110; 1136) affected visual memory impairment. Duration of epilepsy (p <0.10; OR 2,383; 95%CI 0.899;6.318) affected visual and auditory memory impairment. Conclusion. Most of subjects were suffering from memory impairment. Subjects with visual or auditory memory impairment showed significantly effects of lateralization. The use of AEDs, duration of epilepsy, early onset of seizure affected memory impairment.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: UI-Press , 1986
612.8 KUM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kirshner, Howard S.
New York: McGraw-Hill, Medical, 2007
616.8 KIR f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Oxford: Blackwell Scientific Publications, 1983
616.8 DRA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Angka kematian meningitis tidak mengalami epnurunan walaupun terdapat penurunan angka kejadian meningitis dan berkembangnya penemuan antibiotik.
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins/ Wolters Kluwer, 2006
618.928 CHI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dw Pt Gde Purwa Samatra
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T58516
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>