Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"A large portion of southern palawan is underlain by ultramafic rocks that have undergone weathering with the residual formation of nickeliferous laterite...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pelita Mu`minatus Sholihah
"Adanya perbedaan tekanan dan tumbukan yang terjadi pada proses granulasi dalam pengolahan nikel membuat ukuran produk yang dihasilkan masuk ke dalam kategori undersize product. Undersize product selama ini di alirkan ke kolam penampungan sementara yang disebut dengan matte settling pond dan menimbulkan permasalahan seperti penyumbatan saluran drainase karena ukurannya yang sangat kecil. Penelitian ini berfokus kepada penanganan undersize granulasi menggunakan magnetic separator. Prototipe magnetic separator yang diusulkan dilakukan pengoptimasian alat berupa penipisan selimut magnetic drum, penggunaan arus listrik DC dan pembuatan sistem talang yang terarah. Dengan variabel kekuatan magnet yakni 660 Gauss, 527 Gauss, dan 396 Gauss dan hubungannya dengan %recovery nikel matte sebagai variable utama yang diperhitungkan. Sampel yang digunakan berasal dari matte settling pond yang dikeringkan untuk memudahkan perhitungan %recovery melalui berat kering. Kekuatan magnet berbanding lurus dengan hasil %recovery, maka semakin tinggi kekuatan magnet maka semakin tinggi pula %recovery yang dihasilkan. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini ialah kekuatan magnet 660 gauss yang menghasilkan %recovery hingga 29%, meningkat sebesar 10x lipat dibandingkan dengan hasil sebelum optimasi.

ABSTRACT
The difference pressure and collision that occurs in granulation process in nickel processing makes the size of a result product categorized as an undersized granulation product. Undersized product have been distributed to a temporary storage ponds called matte settling pond. Undersize product has been causing problems such as a blockage of drainage channels due to their very small size. This research focused on handling undersize granulation product using magnetic separator. The proposed magnetic separator prototype is carried out by optimizing the form of prototype such as thinning of the magnetic drum blanket, the use of a DC electric current and the creation of a directional chute system with the magnetic strength variable of 660 Gauss, 527 Gauss, and 396 Gauss and their relationship with the %recovery they produced. This research used dried matte sample to facilitate the accurate calculation of %recovery through dry weight. The magnetic strength is directly proportional to the result of %recovery, the higher the magnetic strength, the higher the %recovery produced. The results obtained from this study are the strength of 660 gauss magnets which produces in %recovery of up to 29%, increased up to 10x compared to the results before optimization.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasan Basuki
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S39580
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antoinette, Mikaela
"Kandungan logam toksik Cr(VI) dapat diolah dengan lahan basah buatan dengan Typha latifolia. Penelitian dilaksanakan secara eksperimental dengan sistem aliran horizontal bawah permukaan skala pilot plant selama 20 hari dengan K2Cr2O7 dan tropical red clay sebagai sumber Cr(VI) dan TSS. Debit diatur 3,5 mL/s dengan waktu tinggal hidrolik 10 jam. Rata-rata efisiensi penyisihan Cr(VI) dan TSS secara berturut-turut adalah 83,38% (maksimum 94,40%) dan 85,51% (maksimum 91,46%). Distribusi akumulasi logam pada bagian tanaman Typha latifolia dilihat pada akar, bagian batang, daun tengah, dan daun pucuk dengan nilai 46,32; 22,43, 13,77; dan 27,38 (mg/kg) dengan pertambahan Cr(VI) pada akar sebesar 132,29%.

High concentration of toxic metal Cr(VI) can be reduced by utilizing constructed wetlands using Typha latifolia. This research was carried experimentally using pilot plant of horizontal subsurface flow in 20 days with K2Cr2O7 and tropical red clay as the sources of Cr(VI) and TSS. The flowrate is 3,5 mL/s with hydraulic retention time 10 hours. Average reduction of Cr(VI) and TSS are 83,38% (maximum 94,40%) and 85,51% (maximum 91,46%). Metal distribution in Typha latifolia can be seen in roots, stems, lower leaves, and top leaves with concentration for each area is 46,32; 22,43, 13,77; and 27,38 (mg/kg) with 132,29% Cr(VI) increase in roots"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56434
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Arif Hidayat
"Pada proses pengolahan nikel khususnya ferronickel, selain menghasilkan logam yang merupakan paduan ferronickel, juga dihasilkan terak ferronickel. Dan jika dipelajari kembali, ternyata didalam timbunan terak ferronickel ini masih banyak mengandung logam berharga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan variasi komposisi aditif kalsium oksida dan pengaruh temperatur roasting terhadap peningkatan kadar logam berharga yang dapat diekstraksi dari terak ferronickel tersebut. Terak ferronickel dan aditif kalsium oksida dicampurkan menggunakan ball mill selama 5 menit dengan variasi komposisi yang berbeda yaitu sebanyak 80:20; 40:60; dan 60:40 sebanyak 10 gram. Kemudian sampel tersebut dikompaksi menggunakan mesin kompaksi hidraulik. Lalu sampel diroasting menggunakan tube furnace pada temperatur 900oC dan 1100oC dengan holding time selama 1 jam dan laju pemanasan sebesar 10oC/min. Setelah sampel diroasting, dilakukan pengujian SEM-EDS, ICP OES dan XRD. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proses roasting pada terak ferronickel yang dicampurkan dengan aditif kalsium oksida ini berlangsung lebih optimal pada temperatur roasting 1100oC dibandingkan pada temperatur 900oC. Kemudian, hasil lain yang didapatkan dari penelitian ini yaitu sampel dengan komposisi 80:20 adalah sampel yang lebih optimal dalam peningkatan kadar logam berharga yang diperoleh dibandingkan sampel dengan komposisi 40:60 dan 60:40. Sehingga didapatkan kesimpulan bahwa sampel dengan komposisi 80:20 dan temperatur roasting 1100oC adalah variabel temperatur roasting dan variabel komposisi yang paling optimal untuk memperoleh peningkatan logam berharga pada terak ferronickel.

In nickel processing, especially ferronickel, besides producing metal which is a ferronickel alloy, ferronickel slag is also produced. And it turns out that in this pile of ferronickel slag still contains a lot of precious metals. The purpose of this study was to determine the effect of adding variations in the composition of calcium oxide additives and the effect of roasting temperature on increasing levels of precious metals that can be extracted from the ferronickel slag. Ferronickel slag and calcium oxide additives were mixed using a ball mill for 5 minutes with a different composition variation of 80:20; 40:60; and 60:40 as many as 10 grams. Then the sample is compacted using a hydraulic compacting machine. Then the sample is roasted using a tube furnace at 900 oC and 1100 oC with a holding time for 1 hour and heating rate of 10 oC/min. After that, SEM-EDS, ICP OES and XRD tests are performed. The results of this study indicate that the roasting process in ferronickel slag mixed with calcium oxide additives takes place more optimally at a roasting temperature of 1100 oC compared to 900 oC. Then, another result obtained from this study is that the sample with a composition of 80:20 is more optimal in increasing levels of precious metals obtained compared to samples with compositions of 40:60 and 60:40. So it can be concluded that the sample with a composition of 80:20 and roasting temperature of 1100 oC is the most optimal roasting temperature variable and composition variable to obtain an increase precious metals in ferronickel slag.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septiani Eka Anjarwati
"Penelitian menggunakan metode tahanan jenis dan polarisasi terimbas di Pulau Maniang, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara untuk mengidentifikasi lingkungan laterisasi nikel laterit dengan konfigurasi elektroda Wenner-Schlumberger. Terdapat lima lintasan pengukuran dengan arah lintasan Barat Laut - Tenggara dan panjang lintasan 235 meter. Lingkungan laterisasi nikel laterit di Pulau Maniang terbagi menjadi 3, yaitu batuan penutup, lapisan limonit, dan lapisan saprolit dengan nilai tahanan jenis berturut-turut sebesar > 150 Ohm.m, < 200 Ohm.m, dan > 200 Ohm.m. Faktor yang mempengaruhi pembentukan endapan nikel laterit di Pulau Maniang adalah topografi dan vegetasi. Persebaran endapan nikel laterit di Pulau Maniang berarah ke timur.

Study is carried out using resistivity and induced polarization method in Maniang Island, Kolaka Regency, Southeast Sulawesi to identify the laterization environment for nickel laterite by performing the Wenner-Schlumberger configuration. Five lines, trending Northwest - Southeast, are obtained on the length of 235 meters each. The laterization environment for nickel laterite on Maniang Island is divided into 3 layers: caprock, limonite and saprolite layers with chronological values of  > 150 Ohm.m, < 200 Ohm.m, and > 200 Ohm.m. Topography and vegetation make up the factors influencing the formation of nickel laterite deposits in Maniang Island. The distribution of nickel laterite deposits on Maniang Island is trending eastward.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shofyan Nugraha Prasetya
"Pomalaa merupakan salah satu kecamatan penghasil nikel laterit terbesar di Indonesia. Nikel laterit merupakan produk hasil pelapukan batuan ultramafinyang mengalami proses pelindian dan pengkayaan mineral pada zona saprolit. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi persebaran nikel laterit dengan mengkorelasikan data resistivitas, data bor dan data geokimia. Metode yang digunakan merupakan metode resistivitas 1D yang memanfaatkan injeksi arus DC melalui elektroda yang disusun secara linear dengan konfigurasi Wenner. Berdasarkan hasil interpretasi, lintasan 9 memiliki 3 zona yang terdiri dari topsoil dengan resistivity 0 ?m-18 ?m dengan ketebalan 1 meter, zona saprolit dengan resistivity 18 ?m – 94.5 ?m dengan ketebalan 0.69 - 8.1 meter dan zona bedrock dengan resistivity 21 ?m – 146.8 ?m. Zona saprolit pada lintasan 9 memiliki kadar rata-rata sebesar 1.2% dengan kadar paling tinggi terdapat pada Bor PML 5549 dengan kadar 2.3%. Lintasan 10 memiliki 3 zona yang terdiri dari topsoil dengan resistivity 0 ?m - 32.2 ?m dengan ketebalan 1 meter, zona saprolit dengan resistivity 19.1 ?m - 41.2 ?m dengan ketebalan 1.77-11.14 meter, dan zona bedrock dengan resistivity 31 ?m-85.3 ?m. Lintasan 10 memiliki kadar rata-rata sebesar 0.84% dengan kadar paling tinggi terdapat pada Bor PML 5641 dengan kadar 1.38% dan Bor PML 5029 dengan kadar 1.35%.

Pomalaa is one of the largest laterite nickel-producing districts in Indonesia. Laterite nickel is a product of the weathering of ultramafic rocks that undergo the leaching and enrichment of minerals in the saprolite zone. This study aims to detect the distribution of laterite nickel by correlating resistivity, boreholes, and geochemical data. The method used is the 1D resistivity method, which utilizes DC injection through electrodes arranged linearly in a Wenner configuration. Based on the interpretation results, track 9 has three zones consisting of topsoil with a resistivity of 0 ?m –18 ?m with a thickness of 1 meter, a saprolite zone with a resistivity of 18 ?m – 94.5 ?m with a thickness of 0.69 – 8.1 meters, and a bedrock zone with a resistivity of 21 ?m – 146.8 ?m. The saprolite zone on line 9 has an average rate of 1.1%, with the highest rate found in Bor PML 5549, with a rate of 2.3%. Line 10 has three zones consisting of topsoil with a resistivity of 0 ?m – 32.2 ?m with a thickness of 1 meter, a saprolite zone with a resistivity of 19.1 ?m – 41.2 ?m with a thickness of 1.77 – 11.14 meters, and a bedrock zone with a resistivity of 31 ?m – 85.3 ?m. Line 10 has an average rate of 0.84%, with the highest rates found in Bor PML 5641, with a rate of 1.38%, and Bor PML 5029, with a rate of 1.35%."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zahra Sulthanah Imtiyaz
"Nikel merupakan hasil bahan galian tambang yang sangat melimpah di Indonesia. Kebutuhan nikel kian meningkat terutama pada dunia industri pembuatan baja. Penelitian ini dilakukan di wilayah pertambangan PT Vale Indonesia Tbk, Sorowako, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan. Daerah ini secara umum dipisahkan menjadi 3 bagian lapisan nikel, yaitu limonite, saprolite dan bedrock. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik dan pola penyebaran nikel laterit serta menghitung deposit cadangan nikel laterit pada wilayah penelitian. Penelitian ini membutuhkan data berupa data collar, data assay, dan data zona profil nikel laterit. Analisis pemodelan dilakukan untuk mengetahui pola penyebaran nikel laterit dan merancang model 3D endapan nikel laterit. Analisis menggunakan metode Ordinary Kriging dilakukan untuk menghitung deposit cadangan nikel laterit. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan metode Ordinary Kriging mempertimbangkan proses pengisian block model dan banyak sampel yang digunakan, sedangkan block model Nearest Neighbor Point tidak.

Nickel is a very abundant mining material in Indonesia. The need for nickel is increasing, especially in the steel industry. This research was conducted in the mining area of PT Vale Indonesia Tbk, Sorowako, Nuha District, East Luwu Regency, South Sulawesi Province. This area is generally divided into 3 nickel layers, namely limonite, saprolite and bedrock. This study aims to analyze the characteristics and distribution patterns of laterite nickel and calculate the laterite nickel reserve deposits in the research area. This study requires data in the form of collar data, assay data, and geological data. Modeling analysis was carried out to determine the distribution pattern of laterite nickel and to design a 3D model of laterite nickel deposits. Analysis using the Ordinary Kriging method was carried out to calculate the laterite nickel reserve deposits. Based on the results of the study, the use of the Ordinary Kriging method considers the block model filling process and the number of samples used, while the Nearest Neighbor Point block model does not."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rian Ashari
"Limbah cair dengan kandungan utama nikel berasal dari banyak aktitilas industri, terutama operasi plating. Limbah cair ini memiliki kandungan nikel yang tinggi sehingga lidak dapal langsung dibuang ke lingkungan. Limbah cair ini perlu diolah (waxed) lsflebih dahulu agar sebagian besar nikel yang, terlann di dalamnya dapat dipisahkan Hasil olahan Iimbah ini mengandung nike! dengan kadar yang zinggi. Perolehan kembali logam berharga dari olahan limbah memberil-:an keuntungan ganda berupa: I) penurunan konsentrasi logam dalam limbah cair untuk memenuhi standar yang direrapkan pemerimah, dan 2) memperoieh keuntungan ekonomis dari pemakaian kembali atau harga jual Iogam yang diperoleh.
Pengolahan Iimbah cair dengan kandungan utarna nike! umumnya dilakukan dengan pengendapan nikel hidroksida. Penambahan suatu larutan alkali hidroksida kepada limbah cair ini akan mengendapkan nike] terlarul sebagai nikel hidroksida. Dengan pengendapan ini, nikel dapat dipisahkan dari limbah cair. Perolehan kembali (recovery) logam dari Iimbah cair dilakukan terhadap logam yang relatif berharga seperti tembagzg perak, dan nikel, Perolehan kembali logam berharga ini dapal dilakukan dengan metode elektrolitik. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Rizky Pratiwi
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan natrium hidroksida dan variasi suhu dalam reduksi selektif karbotermik nikel laterit. Penelitian ini dilakukan menggunakan bijih saprolit dengan kandungan 3,2% Ni dan penambahan 2% batubara sub-bituminus. Variasi yang digunakan selain natrium hidroksida adalah 5% dan 10% sedangkan variasi suhu yang digunakan adalah 900oC, 1000 oC, dan 1100 oC. Alat yang digunakan untuk menganalisis adalah DTA / TGA, SEM EDS, XRF, dan XRD. Dari penelitian ini ditemukan bahwa semakin tinggi suhu reduksi yang digunakan, maka akan semakin tinggi kadar dan perolehan nikel yang diperoleh. Selain itu, penambahan aditif natrium hidroksida dapat meningkatkan kadar nikel dan perolehan kembali nikel dengan cara mengikat mineral silikat / pengotor yang terkandung dalam bijih. Temperatur optimal yang diperoleh dari penelitian ini adalah 1100 oC dengan kadar nikel kadar 8,1% dan perolehan kembali nikel 76%. Sementara itu penambahan aditif optimal adalah pada 10% NaOH pada 1100 oC dengan 12,07% kadar nikel kadar dan 87.42% dari perolehan nikel.

This study was conducted to determine the effect of adding sodium hydroxide and the variation of temperature in selective carbothermic reduction of lateritic nickel. This research was carried out using saprolite ore with content of 3.2% Ni and the adition of 2% of sub-bituminous coal. The variation used in the addition of sodium hydroxide were 5% and 10% while the temperature variations used were 900oC, 1000oC, and 1100oC. The tools used to analyze were DTA / TGA, SEM EDS, XRF, and XRD. From this research it was found that the higher the reduction temperature used, the higher the grade and recovery of nickel obtained. In addition, the addition of sodium hydroxide additives can increase nickel grade and recovery content by binding to silicate / impurity minerals that contained in the ore. The optimal temperature obtained from this research was at 1100oC with 8.13% of grade nickel content and 76% of nickel recovery. Meanwhile the optimal addition of additives was at 10% NaOH at 1100oC with 12.07% of grade nickel content and 87.42% of nickel recovery.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>