Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aditya Kristianto
"Katalis sering digunakan dalam industri pengolahan minyak bumi, terutama katalis berbasis nikel yaitu NiO/Al2O3. Setiap tahunnya limbah katalis ini dihasilkan oleh unit Hydrogen Plant UP VI Pertamina Balongan sebesar 100 ton, dengan persentase kandungan Ni sekitar 10-25%. Nikel termasuk sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui, dengan fraksi nikel di dalam tambang di Indonesia hanya sekitar 1,45%.
Limbah katalis nikel termasuk dalam golongan limbah B3 karena dapat membahayakan lingkungan jika dibuang tanpa perlakuan khusus. Melihat jumlah, potensi dan berbahayanya limbah katalis nikel, perlu dilakukan suatu proses rekoveri untuk memperoleh nikel dari limbah tersebut melalui beberapa proses, yaitu leaching menggunakan amonia-amonium karbonat, ekstraksi cair-cair menggunakan ekstraktan selektif LIX® 84-ICNS, dan stripping.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum proses leaching adalah pada konsentrasi amonium karbonat 2 M, dengan suhu 600C selama 5 jam, menghasilkan persentase leaching sebesar 29,31 % untuk sistem bejana terbuka. Kondisi optimum proses ekstraksi cair-cair adalah pada konsentrasi ekstraktan 10 % (v/v) dan pH 8,5; menghasilkan persentase ekstraksi sebesar 97,15%. Proses stripping menggunakan asam sulfat dengan konsentrasi 200 g/L menghasilkan persentase perolehan logam nikel total yang diperoleh adalah 15,36%

Catalyst often used in petroleum refinery industry, especially nickel based catalyst, that is NiO/Al2O3. Catalyst waste annually generated by the Pertamina Balongan Hydrogen Plant Unit UP VI in the amount of 100 tonne, with Ni percentage is around 10-25%. Nickel is a natural resource that is not renewable, with nickel fraction from mines in Indonesia is only 1,45%.
Spent nickel catalyst included in the group of hazardous waste because the waste can harm the environment if disposed of without special treatment. Consider the amount, potential, and hazardous properties of nickel catalyst, it is necessary to do a recovery process to utilize the nickel catalyst waste through several process, that is leaching with ammonia-ammonium carbonate, liquid-liquid extraction using selective extractant LIX® 84-ICNS, and stripping process.
The result showed that optimum conditions of leaching process is ammonium carbonate concentration of 2 M, temperature of 600C for 5 hour, resulting 29,31 % of leaching percentage for open vessel system. Optimum conditions of liquid-liquid extraction process is on extractant concentration of 10% (v/v) and pH 8,5; resulting extraction percentage of 97,15%. Stripping process using sulfuric acid with concentration of 200 g/L resulting the total percentage of nickel metal recovery of 15,36%
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64625
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fauzi Azhar
"Karbon dioksida (CO2) merupakan gas rumah kaca utama yang mendorong perubahan iklim dan pengasaman laut. Walaupun demikian CO2 juga dapat menjadi sumber daya C1 yang berlimpah, tidak beracun, tidak mudah terbakar, dan dapat diperbaharui. Karena itu, konversi gas CO2 menjadi bahan kimia yang bernilai menjadi topik hangat untuk diteliti lebih dalam. Pada penelitian ini dilakukan penelitian terkait reaksi hidrokarboksilasi difenilasetilena dengan CO2 menggunakan katalis homogen utama yaitu Nickel(II) bis(acetylacetonate)bipyridine atau Ni(acac)2(bpy). Reaksi dilakukan dalam reaktor dengan kondisi yang bervariasi, yakni variasi banyaknya ligan bipiridin, variasi jenis sumber proton (metanol dan NaBH4), dan variasi jenis pelarut (DMF dan metanol). Reaksi dengan variasi kondisi optimal dilakukan variasi suhu (5℃, 27℃, 60℃) dan variasi waktu untuk mengetahui kondisi terbaik dari reaksi hidrokarboksilasi difenilasetilena. Selain itu, dianalisis terkait pengaruh preparasi katalis secara insitu dibandingkan dengan katalis hasil sintesis terhadap reaksi hidrokarboksilasi difenilasetilena. Produk dari reaksi hidrokarboksilasi yang diharapkan adalah asam α-fenilsinamat. Analisis HPLC terbaik ditunjukan oleh variasi banyaknya ligan dengan perbandingan Ni:bpy sebesar 1:1 dengan menggunakan pelarut DMF, sumber proton metanol, dan suhu reaksi 5℃ yang memberikan persen yield asam α-fenilsinamat sebesar 3,24%.

Carbon dioxide (CO2) is a major greenhouse gas driving climate change and ocean acidification. However, CO2 can also be an abundant, non-toxic, non-flammable, and renewable C1 resource. Therefore, the conversion of CO2 gas into valuable chemicals is a hot topic for further research. In this study, a research was conducted on the hydrocarboxylation reaction of diphenylacetylene with CO2 using Nickel(II) bis(acetylacetonate)bipyridine (Ni(acac)2(bpy)) as main homogeneous catalyst. The reaction was carried out in a reactor with various conditions, namely variations in the number of bipyridine ligands, variations in the type of proton source (methanol and NaBH4), and variations in the type of solvent (DMF and methanol). The reaction with optimal conditions was carried out with variations in temperature (5℃, 27℃, 60℃) and time variations to determine the best condition of the hydrocarboxylation reaction. In addition, it was analyzed regarding the effect of in situ preparation of the catalyst compared to the synthesized catalyst on the diphenylacetylene hydrocarboxylation reaction. The expected product of the hydrocarboxylation reaction is α-phenylcinnamic acid. The best HPLC analysis was shown by variation in the number of bipyridine (Ni:bpy = 1:1) using DMF solvent, methanol as proton source, at reaction temperature of 5℃ which give an α-phenylcinnamic acid yield of 3,24%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftakhul Huda
"Penelitian ini dilakukan untuk mengambil kembali logam nikel dari limbah katalis nikel sisa proses hydrotreaing pada industri minyak bumi. Penelitian ekstraksi nikel dengan membran cair emulsi ini menggunakan Cyanex 272 sebagai ekstraktan untuk memisahkan nikel dari fasa umpan yang telah disiapkan dari hasil leaching limbah katalis hydrotreaing menggunakan H2SO4 8 M. Membran cair emulsi mengandung kerosin sebagai pelarut, Span 80 sebagai surfaktan, Cyanex 272 sebagai ekstraktan dan asam sulfat sebagai fasa stripping.
Parameter penting dalam ekstraksi nikel dengan membran cair emulsi yang diteliti pada penelitian ini adalah konsentrasi surfaktan, konsentrasi ekstraktan carrier dan pH fasa umpan. Kondisi optimum yang diperoleh pada proses pembuatan membran emulsi adalah menggunakan 0,06 M Cyanex 272, 8 w/v SPAN 80, 0,2 M H2SO4, rasio volume fasa ekstraktan/fasa internal: 1/1, dan kecepatan pengadukan 1600 rpm selama 60 menit yang mampu menghasilkan membran emulsi dengan tingkat kestabilan diatas 90 setelah 4 jam. Pada proses ekstraksi dengan kondisi optimum pH 6 untuk fasa umpan, rasio volume fasa emulsi/fasa umpan: 1/1, dan kecepatan pengadukan 250 rpm selama 15 menit dengan hasil 81.51 nikel berhasil terekstrak.

In this study was conducted to recover nickel metal from spent nickel catalyst resulting from hydrotreating process in petroleum industry. The nickel extraction study with the emulsion liquid membrane using Cyanex 272 as an extractant to extract and separate nickel from the feed phase solution. Feed phase solution was preapred from spent catalyst using sulphuric acid. Liquid membrane consists of a kerosene as diluent, a Span 80 as surfactant, a Cyanex 272 as extractant carrier and sulphuric acid solutions have been used as the stripping solution.
The important parameters on nickel extraction with emulsion liquid membrane are surfactant concentration, extractant concentration feed phase pH. The optimum conditions of the emulsion membrane making process is using 0.06 M Cyanex 272, 8 w v SPAN 80, 0.05 M H2SO4, internal phase extractant phase volume ratio 1 1, and stirring speed 1150 rpm for 60 Minute that can produce emulsion membrane with stability level above 90 after 4 hours. In extraction process, The optimum condition pH 6 for feed phase, ratio of phase emulsion phase of feed 1 2, and stirring speed 175 rpm for 15 minutes with result 81.51 nickel was extracted.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67264
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library