Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sarinah Bintang
Abstrak :
ABSTRAK
Angka Kematian Neonatal AKN di Indonesia konstan pada 19 per 1.000 kelahiranhidup. Walaupun mengalami penurunan namun tergolong lambat dibandingkan angkakematian bayi dan balita. Kelahiran kembar merupakan salah satu faktor risiko darikematian neonatal. Risiko yang ditimbulkan mencapai 6 kali dibandingkan kelahirantunggal. Kemungkinan terjadinya peningkatan angka kelahiran kembar, dan risikotinggi yang ditimbulkan, dapat menjadi ancaman bagi upaya penurunan kematianneonatal di Indonesia. Studi ini menggunakan data Survei Demografi KesehatanIndonesia SDKI 2012 dengan desain cross sectional. Tujuan penelitian untukmengetahui proporsi kelahiran kembar, dan hubungan antara kelahiran kembar dengankematian neonatal. Populasi studi melibatkan seluruh anak lahir hidup pada tahun 20072012dari wanita usia subur 15-49 tahun . Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi,diperoleh sampel sebanyak 15.083. Hasil studi menunjukkan angka kelahiran kembar diIndonesia sebesar 14 per 1.000 kelahiran, meningkat dari hasil studi sebelumnya 7,2 per1.000 kelahiran pada tahun 1997-2007, dan ada hubungan bermakna antara kelahirankembar dengan kematian neonatal dengan nilai POR 2,39; 95 CI 1,43-4,01; p-value0,00, setelah dikontrol variabel paritas dan berat bayi lahir. Anak kembar berisiko tinggikarena cenderung lahir dengan berat bayi lahir rendah, oleh karena itu ibu dengankehamilan kembar harus memenuhi kebutuhan nutrisi selama kehamilan serta perlumembatasi jumlah anak.
ABSTRACT
Neonatal Mortality Rate in Indonesia is a constant at 19 per 1,000 live births. Although decreased, but relatively slow compared to infant and under five mortality rates. Multiple birth is one of the risk factors for neonatal death. The risk of neonatal mortality for multiple births reached 6 times compared to singleton. The likelihood of increased multiple births and the high risk posed could cause a threat to efforts of reducing neonatal mortality in Indonesia. This study used Indonesia Demographic Health Survey with cross sectional design. The aim is to determine the proportion of multiple births, and to analyze association of multiple births and neonatal mortality. The study population involved 15.083 children born alive in 2007 2012, from women of reproductive age. As results, the rate of multiple births in Indonesia by 14 per 1,000 births, increased from previous study 7,2 per 1.000 births in 1997 2007. There was a significant association between multiple births with neonatal mortality, POR 2,39 95 CI 1,43 4,01 p value 0,00, after controlled parity and birth weight. Twins tend to be born with low birth weight, so mothers with multiple pregnancy should meet nutritional needs during pregnancy and need to limit the number of children.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephanie
Abstrak :
Meskipun inovasi kesehatan dan perawatan gizi telah maju, penurunan pertumbuhan tetap menjadi masalah penting pada bayi prematur selama perawatan di NICU. Demi mencegah terjadinya dampak merugikan di masa depan, faktor risiko dari penurunan pertumbuhan perlu dianalisis agar dapat meningkatkan kewaspadaan dan membantu petugas kesehatan dalam memberikan perawatan terbaik untuk pasien neonatus rawat inap. Penelitian cross-sectional ini bertujuan untuk mengidentifikasi korelasi antara berat lahir, usia gestasi, durasi untuk mencapai pemberian full enteral feeding, dan lama rawat inap terhadap penurunan pertumbuhan pada pasien neonatus rawat inap. Sebanyak 47 rekam medis neonatus (berat lahir 1000-2500, usia gestasi 28-35 minggu) yang lahir di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo antara Januari hingga Desember 2018 dikumpulkan. Data kemudian diolah dengan SPSS Statistics 20. Dari 47 subjek, 18 (38.3%) mengalami penurunan berat badan, 4 (8.5%) mengalami penurunan tinggi badan, dan 3 (6.4%) mengalami penurunan lingkar kepala. Dalam analisa bivariat, tidak ada faktor risiko (berat lahir, usia gestasi, durasi untuk mencapai pemberian full enteral feeding, dan lama rawat inap) yang secara signifikan berhubungan dengan penurunan berat badan, tinggi badan, ataupun lingkar kepala (p > 0.05). Hal ini dikarenakan pertumbuhan subjek dalam penelitian ini hanya diikuti selama dua minggu. Namun demikian, penurunan pertumbuhan paling banyak terlihat pada berat badan, diikuti oleh tinggi badan dan lingkar kepala. Penjelasan logis untuk ini adalah karena penurunan pertumbuhan individu sendiri dimulai dengan berat badan, lalu tinggi badan, dan dalam kondisi yang parah juga melibatkan lingkar kepala. 
Despite modern health innovations and nutritional care, growth deterioration remain as a significant issue in preterm neonates treated in the NICU. To prevent adverse long- term consequences, risk factors of growth deterioration should be analyzed to increase vigilance and assist health workers in providing the best care for neonatal inpatient. This cross-sectional study aims to identify the correlation between birth weight, gestational age, duration to achieve full enteral feeding, and length of hospitalization with growth deterioration in neonatal inpatient. A total of 47 medical records of neonates (birth weight 1000-2500, gestational age 28-35 weeks) born in Dr. Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital between January to December 2018 were collected. Data were then processed with SPSS Statistics 20. Out of 47 subjects, 18 (38.3%) experience weight deterioration, 4 (8.5%) experience height deterioration, and 3 (6.4%) experience head circumference deterioration. In bivariate analysis, none of the risk factors (birth weight, gestational age, duration to achieve full enteral feeding, and length of hospitalization) is significantly associated with weight, height, or head circumference (p > 0.05). This is because the growth trajectories of the subjects in this study are only followed up to two weeks. However, it can be observed that growth deterioration was highest seen in weight, followed by height and head circumference. A logical explanation behind this is that a decrease in individual growth trajectory begins with weight, then height, and in severe condition head circumference. 
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
London: Churchill Livingstone Elsevier, 2009
610.73 ESS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Courtney, Mary
Sydney : Elsevier Churchill Livingstone, 1991
610.73 COU e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ford, Jo Ann Garofalo
St. Louis: Mosby, 1979
174.2 FOR a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Courtney, Mary
New York: Elsevier Churchill livingstone, 2005
610.73 COU e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Marquis, Bessie L.
London: J.B. Lippincott, 1987
658.403 MAR m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Deswanti Rio Dingin
Abstrak :
Dewasa ini, remaja mengalami banyak tantangan terutama dari perubahan pada diri mereka. Pada konteks emosional, secara fisiologis remaja mulai memiliki emosi yang tidak terkendali. Kondisi ini dapat menyebabkan masalah kesehatan mental pada remaja. Gangguan mental juga cenderung membuat ketidakseimbangan kematangan kognitif yang akan memengaruhi gaya pengambilan keputusan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kondisi mental dengan gaya pengambilan keputusan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain deskriptif-analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 111 remaja yang dipilih dengan teknik quota sampling. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square dan menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kondisi mental dengan gaya pengambilan keputusan p=0,130, ?=0,05 . Dari hasil tersebut, maka diperlukan sosialisasi mengenai kesehatan mental dan pelatihan untuk meningkatkan gaya pengambilan keputusan yang adaptif. Peran perawat diperlukan dalam memberikan perawatan secara menyeluruh dan mengarahkan remaja dan caregiver mereka untuk mencapai strategi koping yang baik. ...... Nowadays, adolescents faced many challenges especially from the changes of themselves. In emotional context, physiologically adolescents begin to have uncontrolled emotion. This condition can result in mental health problem in adolescents. Mental illness also tend to make cognitive maturity imbalances which will affect decision making style. This research aims to know the relatonship between mental condition and decision making style. This study use descriptive analytic method with cross sectional approach. These samples included 111 adolescents who have been selected with a quota sampling technique. The result are analyzed using Chi Square Test and showed no significant relationship between mental condition and decision making style p 0,130, 0,05 . From the result, then the necessary sosialization about mental health and training to increase adaptive decision making style. The role of nurse are providing the holistic care and guiding adolescents and their caregiver to achieve a good coping strategy.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69384
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: John Wiley & Sons, 1987
610.73 PRO c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library