Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fatma L. Sahal
Abstrak :
Pengetahuan yang kurang tentang gizi merupakan salah satu penyebab kondisi risiko terjadinya malnutrisi sampai dengan terjadinya malnutrisi pada lansia. Penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan status gizi lanjut usia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster sampling pada lanjut usia di wilayah Kelurahan Abadi Jaya Kecamatan Sukmajaya Kota Depok dengan jumlah sampel 97 orang dari bulan April sampai dengan Juni 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan gizi seimbang dengan status gizi pada lanjut usia (p=0,03). Pemantauan status gizi lanjut usia di posbindu perlu lebih dimaksimalkan.
The lack of knowledge about nutrition is one of conditions that leads to the risk of malnutrition in the elderly. The correlation-descriptive study through cross-sectional approach aims to determine the correlation between level of nutritional knowledge and the nutrition status of the elderly. Data collection retrieve from cluster sampling at Abadi Jaya administrative village of Depok City with a sample of 97 people from April to June 2016. The number of results indicated that there was significant correlation between the level of nutritional knowledge and nutritional status in the elderly (p=0,03). The nutritional assessment towards elderly population in community needs to be more maximized.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64002
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wenni Dwi Setiani
Abstrak :
Skripsi ini membahas riwayat penyakit, asupan protein dan faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada peserta posyandu lansia. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain cross sectional dan jumlah sampel 112 orang. Sampel diambil dengan kriteria umur 45-79 tahun yang menetap di Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat. Data Karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan), pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi seimbang, riwayat penyakit, pola konsumsi (asupan energi, protein, lemak) didapatkan melalui wawancara dengan kuesioner. Sedangkan data status gizi dengan indeks massa tubuh diperoleh dengan pengukuran antropometri. Analisa hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan proporsi responden yang mengalami gizi lebih sebesar 50% dan gizi kurang sebesar 6.3%. Dari hasil analisa bivariat diketahui adanya hubungan bermakna antara riwayat penyakit dan asupan protein dengan status gizi peserta posyandu lansia (p<0.05). Sementara data karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan), pengetahuan, sikap, dan perilaku gizi seimbang, pola konsumsi (asupan energi, dan lemak) tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan status gizi (p>0.05). dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peserta posyandu lansia di Kecamatan Grogol Petamburan mengalami masalah gizi ganda. Untuk itu perlu diadakan penyuluhan gizi seimbang secara berkala dan pemantauan status gizi guna mempertahankan IMT normal. ......The aim of this study was to discuss the historical of disease, protein intake, and other factors related to the nutritional status of the elderly posyandu participants. The cross sectional study towards 112 samples aged 45 to 79 years of age undertaken at Grogol Subdistrict, West Jakarta. Data characteristics (age, sex, education, and working status); the knowledge, attitudes, and behaviors of balanced nutrition; historical of disease; and the pattern of energy, protein, fat intake) were collected through interviews with the questionnaire. Data of the nutritional status with Body Mass Index (BMI) indicator was collected by anthropometric measurements. The analysis of association between independent variables with dependent variable used Chi Square Test. The results showed the proportion of respondents with over nutrition was 50% and under nutrition was 6.3%. There were a significant association between the historical of disease and protein intake with the nutritional status of the elderly posyandu participants (p <0.05). While the data characteristics (age, sex, education, working status), knowledge, attitudes, behaviors of balanced nutrition, and the pattern of energy, and fat intake showed no significant association with nutritional status (p> 0.05). It can be concluded that the historical of disease and protein intake correlated with the nutritional status of the elderly posyandu participants. Therefore, the regular balanced nutrition counseling and the monitoring of nutritional status should be taken for all participants at the elderly posyandu to maintain a normal BMI.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vergie Ryoto
Abstrak :
Skripsi ini meneliti hubungan karakteristik individu, status gizi, dan gaya hidup dengan tingkat kekuatan otot. Penelitian dilakukan dengan tes hand-grip dynamometer yang melibatkan 100 lansia wanita peserta klub geriatri RS Pantai Indah Kapuk dan Pluit Village. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai kekuatan otot pada tangan yang dominan ialah 24.017 kg. Pada analisis bivariat, variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan tingkat kekuatan otot pada penelitian ini adalah umur, tingkat kemandirian (BADL dan IADL), asupan energi dan lemak, serta aktivitas fisik. Disarankan kepada lansia untuk selalu melakukan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuan guna menunda disabiliti. ......The primary purpose of this study was to examine the relationship of individual characteristics, nutritional status,and life style to the level of muscle grip strength. The study was conducted with hand-grip dynamometer test which is involving 100 elderly women participants of geriatric club at Pantai Indah Kapuk Hospital and Pluit Village. The results showed average value of muscle strength in the dominant hand was 24.017 kg. By bivariate analysis, variables that have a significant relationship with the level of muscle strength in this study were age, level of independence (BADL and IADL), intake of energy and fat, and physical activity. The elderly are advised to always perform activity according to ability in order to suspend disability.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Puspalydia Pangestu
Abstrak :
ABSTRACT
Populasi orang tua di Indonesia diperkirakan meningkat menjadi 29 juta pada tahun 2020, yaitu sekitar 11,2 dari total penduduk di Indonesia. Seiring dengan peningkatan jumlah total populasi ini, masalah yang berhubungan dengan kesehatan juga meningkat. Malnutrisi telah menjadi kondisi serius di kalangan lansia dan menjadi faktor risiko munculnya beberapa penyakit. Salah satu penyebab malnutrisi adalah kurangnya asupan gizi akibat perubahan lingkungan fisiologis, psikologis, dan sosial lansia. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk mencari hubungan antara asupan makronutrien dan karakteristik subjek lansia dalam hal usia, jenis kelamin, riwayat penyakit, dan riwayat konsumsi obat di Rumah Perawatan Lansia Lansia di Jakarta Utara pada tahun 2015. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional. dengan total pemilihan sampel subjek sebanyak 59 sampel. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa kelompok usia terbesar adalah 65 80 tahun 71,19, perempuan 66,1, memiliki hipertensi 33,9, dan sebagian besar mengkonsumsi obat ace inhibitor 22,81. Asupan makronutrien tertinggi dan terendah berdasarkan minimal 80 RDA 2013 adalah lemak 35,6 dan karbohidrat 5,6. Selain itu, tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan makronutrien dan karakteristik subjek dari lansia yang diteliti P 0,05.
ABSTRAK
The population of the elderly in Indonesia is estimated to increase to be 29 million by 2020, which is about 11.2 of the total population in Indonesia. Along with the increase in the total number of this population, health related problems are also increasing. Malnutrition has become a serious condition among the elderly and becomes a risk factor of the emergence of some diseases. One of the causes of malnutrition is the inadequacy of nutrition intake due to the change of physiological, psychological, and social environment of the elderly. Therefore, researcher intend to look for association between macronutrient intake and subject characteristics of elderly in terms of age, gender, disease history, and drug consumption history at Atmabrata Elderly Nursing Home in North Jakarta by 2015. The Research was conducted by using cross sectional design with a total sampling selection of the subjects as much as 59 samples. The results of this research revealed that the largest age groups was 65 80 years 71.19 , female 66.1 , having hypertension 33.9 , and mostly consumed drug ace inhibitor 22.81 . The highest and the lowest intake of macronutrient based on minimal 80 of RDA 2013 were fat 35.6 and carbohydrates 5.6 . In addition, there was no meaningful relationship between macronutrient intake and subject characteristics of the elderly under study P 0.05 .
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Sarah Mutiara
Abstrak :
Proses penuaan mengakibatkan perubahan fisiologis yang terkait dengan masalah kesehatan pada orang usia lanjut (usila). Penyakit degeneratif merupakan faktor risiko terjadinya gangguan kognitif pada orang usila. Terbentuknya akumulasi amyloid β (Aβ) merupakan hal utama terjadinya gangguan kognitif. Mineral seng memiliki peran penting sebagai antioksidan dan proses akumulasi Aβ. Penelitian ini dilakukan dengan desain potong lintang pada 58 orang usila di Kelurahan Kartini yang dilaksanakan pada bulan Januari 2019 untuk mengetahui korelasi kadar seng rambut dengan fungsi kognitif pada populasi usila. Pemeriksaan kadar seng rambut dengan inductively coupled plasma spectrometer (ICPS) dan fungsi kognitif dinilai dengan instrumen abbreviated mental test (AMT). Data dianalisis dengan menggunakan uji korelasi. Rerata usia subjek 65,4 ± 4,4 tahun. Nilai median asupan seng sebesar 5,65 (3,2-13,3) mg/hari. Rerata kadar seng rambut sebesar 123,23 ± 69,71 µg/gram rambut. Sebagian besar memiliki fungsi kognitif normal (91,4%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi asupan seng dengan kadar seng rambut (p=0,349 ; r= -0,125) serta tidak ditemukan adanya korelasi kadar seng rambut dengan fungsi kognitif pada populasi usila (p=0,871 ; r= -0,022). Kesimpulan penelitian ini adalah tidak terdapat korelasi antara kadar seng rambut dengan fungsi kognitif pada populasi usila. ......Aging process cause physiological changes related to health problems in elderly. Degenerative diseases are the risk factor for cognitive impairment in elderly. Amyloid β (Aβ) accumulation is the major cause of cognitive impairment. Zinc has an important role in antioxidant and Aβ accumulation process. A cross sectional study of 58 elderly subjects was done at Kartini Regency in January 2019 to evaluate the correlation between hair zinc level and cognitive function in elderly population. Hair zinc level was measured by inductively coupled plasma spectrometer (ICPS) and cognitive function assessed by abbreviated mental test (AMT). Data analysis was done by correlation test. The mean age was 65.4 ± 4.4 years. The median value of zinc intake was 5.65 (3.2 - 13.3) mg/day. The mean hair zinc level was 123.23 ± 69.71 µg/gram hairs. Almost all subjects had normal cognitive function (91.4%). The results of this study indicate that there was no correlation between zinc intake and hair zinc level (p=0.349 ; r= -0.125) and there was no correlation between hair zinc level and cognitive function in elderly population (p=0.871 ; r= -0.022). In conclusion, there was no correlation hair zinc level and cognitive function in elderly population.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alyani Yasmin
Abstrak :
ABSTRACT
Pola makan merupakan salah satu modifikasi gaya hidup bagi pasien hipertensi. Hipertensi merupakan masalah kesehatan utama pada lansia. Pola makan yang disarankan ialah pola makan Dietary Approach to Stop Hypertension (DASH) yang berfokus pada pembatasan konsumsi garam, lemak dan memperbanyak konsumsi kalium. Pola makan ini memiliki kaitan dengan status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi natrium, kalium dan lemak dengan status gizi lansia hipertensi berdasarkan The Mini Nutritional Assessment (MNA). Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Sampel sebanyak 107 lansia hipertensi di Pancoran Mas. Hasil penelitian menemukan bahwa lansia hipertensi tergolong lansia muda, perempuan, tidak lulus SMA, tidak merokok, memiliki riwayat keluarga hipertensi, IMT >25 (gizi lebih), sering mengonsumsi natrium, kalium, lemak dan status gizi normal berdasarkan MNA. Ditemukan adanya hubungan antara konsumsi lemak (p=0,031, OR=0,387) dengan status gizi lansia hipertensi. Tidak ditemukan hubungan antara konsumsi natrium (p=0,172) dan kalium (p=0,68) dengan status gizi lansia hipertensi. Perawat perlu melakukan edukasi untuk memilih jenis lemak yang dikonsumsi lansia, serta menganjurkan untuk pembatasan konsumsi lemak harian pada lansia hipertensi. Meskipun tidak berhubungan dengan status gizi, pembatasan pada konsumsi natrium serta meningkatkan konsumsi kalium pada lansia berperan dalam menstabilkan tekanan darah.
ABSTRACT
Dietary Pattern is one of lifestyle modification for hypertensive patients. Hypertension is known as the  primary health problem of older adults. Dietary Approach to Stop Hypertension (DASH) diet is recommended to reduce blood pressure. This diet is focusing on reducing natrium and fat consumption, meanwhile it needs higher pottasium consumption. Research found that maintaining DASH diet can influence nutritional status measured by Body Mass Index (BMI). The aim of this study to determine the correlation between natrium, pottasium, and fat consumption with nutritional status of older adults based on The Mini Nutritional Assessment. This study apply cross-sectional method design. Sample is currently reach about 107 hypertensive older adults patients in Pancoran Mas. Result shows that most of respondents are young elderly, women, lower education, having hypertensive family history, not a smoker, BMI >25, consuming more natrium, pottasium and fat, and having normal nutritional status measured by MNA. Fat consumption is associated with nutritional status of hypertensive older adults (p=0,031, OR=0,387). There is no significant correlation between natrium (p=0,172) and pottasium (p=0,68)  consumption with nutritional status of hypertensive older adults. Nurse should educate hypertensive older adults to manage type of fat consumed and advising to reduce fat in daily consumption. Reducing sodium consumption and increasing pottasium consumption is recommended for them to maintain blood pressure, although it is not correlated with their nutritional status.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Getha Gazela Yuniendra
Abstrak :
Latar Belakang: Komponen terbesar pada indeks DMFT ialah kehilangan gigi dan terjadi paling banyak pada kelompok lansia. Kehilangan gigi dapat mempengaruhi kemampuan dalam mengunyah makanan sehingga berdampak pada kurangnya asupan nutrisi. Metode: Metode potong lintang yang dilakukan di 4 Puskesmas di wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Jumlah subjek lansia ialah sebanyak 93 subjek dan didapatkan melalui teknik convenience sampling. Pada subjek dilakukan pemeriksaan intraoral, pengukuran antropometri BMI dan diwawancara menggunakan kuesioner Mini Nutritional Assessment MNA. Hasil: Ditemukan bahwa 53,8 subjek masih memiliki jumlah gigi sebanyak 20 buah atau lebih. Sebanyak 55,9 subjek memiliki risiko terhadap malnutrisi. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah gigi yang tersisa, gigi karies, gigi hilang, gigi yang ditambal dan kemampuan mastikasi p > 0,05 dengan status nutrisi. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara status kesehatan gigi dan mulut dan kemampuan mastikasi terhadap status nutrisi pada lansia. ...... Background: The biggest component in DMFT index is tooth loss, and mostly occur in elderly. Tooth loss can affect the ability in chewing food then it may affect the lack of nutrition intake. Methods: The cross sectional study was performed in 4 community health center in Central Jakarta, South Jakarta and East Jakarta. It was involving 93 elderly age ge 60. The sampling method was convenience sampling. Subjects were submitted to intraoral examination, anthropometric measurement BMI and as well as interview using Mini Nutritional Assessment MNA. Results: 53,8 subjects have 20 or more sum of natural teeth. 55,9 subjects have risk at malnutrition. The results of correlation test showed that sum of natural teeth, decay teeth, missing teeth, filling teeth, and masticatory performance p 0,05 were not significantly correlated with nutritional status BMI and MNA. Conclusion: There is no relationship between oral health status and masticatory performance with nutritional status in elderly.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Nafisah
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Kehilangan gigi posterior dapat menyebabkan terganggunya fungsi mastikasi sehingga dapat mempengaruhi asupan dan status nutrisi pralansia dan lansia. Pemakaian gigi tiruan dapat mengembalikan fungsi gigi yang hilang sehingga diharapkan dapat meningkatkan asupan dan status nutrisi. Belum ada penelitian yang mengamati asupan dan status nutrisi pada sebelum dan setelah pemakaian gigi tiruan di Indonesia. Beberapa penelitian terdahulu tentang hubungan antara kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan dengan asupan dan status nutrisi di Indonesia dilakukan dengan studi potong lintang dan menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Tujuan: Menganalisis hubungan antara kehilangan gigi posterior dengan faktor sosiodemografi, hubungan antara kehilangan gigi posterior, pemakaian gigi tiruan, dan faktor sosiodemografi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dengan asupan dan status nutrisi. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain observasional pada 30 pasien RSKGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia berusia 45 tahun ke atas yang akan dibuatkan gigi tiruan lepasan. Dilakukan pencatatan data diri subjek, pemeriksaan rongga mulut, pengukuran berat dan tinggi badan, serta wawancara kuesioner FFQ semikuantitatif dan MNA-SF. Hasil penelitian: Kehilangan gigi posterior diketahui tidak berhubungan dengan asupan dan status nutrisi. Kehilangan gigi posterior memiliki hubungan bermakna dengan usia dan tidak berhubungan dengan jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Uji analisis Paired T-Test menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pemakaian gigi tiruan dengan asupan nutrisi. Terdapat perbedaan bermakna antara usia dengan asupan nutrisi pada 1 bulan setelah pemakaian gigi tiruan. Uji analisis Wilcoxon menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pemakaian gigi tiruan dengan status nutrisi. Kesimpulan: Kehilangan gigi tidak berhubungan dengan asupan dan status nutrisi pralansia dan lansia. Namun, pemakaian gigi tiruan berhubungan dengan asupan dan status nutrisi pralansia dan lansia.
ABSTRACT
Background Posterior tooth loss can cause disruption of mastication and may affect the nutrient intake and nutritional status of pre elderly and elderly. Denture wearing can improve tooth function so it may improve patients nutrition. There has been no research that discusses nutrient intake and nutritional status before and after denture wearing in Indonesia. Previous studies on tooth loss and denture wearing with nutrient intake and nutritional status were using cross sectional study and showed inconclusive result. Objectives To analyze the relationship between posterior tooth loss and sociodemographic factors, the relationship between posterior tooth loss, denture wearing, denture type, and sociodemographic factors age, gender, educational level with nutrient intake and nutritional status. Methods Observational study was conducted on 30 patients that will be made a removable denture at RSKGM Faculty of Dentistry University of Indonesia aged 45 years and over. Subjects 39 personal data, oral examination, weight and height measurement were obtained, and interview for semiquantitative FFQ and MNA SF were conducted. Results There was no significant difference between posterior tooth loss and nutrient intake, and between posterior tooth loss and nutritional status. Posterior tooth loss is known to be age related and unrelated to gender and educational level. Paired T Test analysis showed significant difference between denture wearing and nutrient intake. There was a significant difference between age and nutrient intake 1 month after denture wearing. Wilcoxon analysis showed significant difference between denture wearing and nutritional status. Conclusion Posterior tooth loss is not related to nutrient intake and nutritional status of pre elderly and elderly. However, denture wearing is related to nutrient intake and nutritional status of pre elderly and elderly.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Prima Dewi Putri
Abstrak :
Latar Belakang: Perubahan kondisi rongga mulut akibat penuaan dapat menyebabkan penurunan fungsi mastikasi pada lansia. Penurunan kemampuan mastikasi dapat menyebabkan kesulitan menggigit, mengunyah, dan menelan makanan sehingga memengaruhi pemilihan jenis makanan. Hal ini diyakini dapat memengaruhi kecukupan asupan nutrisi sehingga pada akhirnya dapat juga berpengaruh terhadap kelainan status nutrisi. Tujuan: Menganalisis hubungan kemampuan mastikasi dengan status nutrisi lansia yang dievaluasi menggunakan Mini Nutritional Assessment Short-Form (MNA-SF) dan hubungan keduanya berdasarkan kehilangan gigi (indeks Eichner), pemakaian gigi tiruan, dan faktor sosiodemografi (jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan status ekonomi). Metode: Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode potong lintang pada 100 pasien berusia ≥ 60 tahun di Puskesmas Kramat Jati, Jakarta Timur. Pada subjek dilakukan pengambilan data diri, pemeriksaan rongga mulut, pengukuran tinggi dan berat badan, serta wawancara untuk mengisi kuesioner Alat Ukur Kemampuan Mastikasi dan MNA-SF. Hasil: Uji Kruskal Wallis menunjukkan kemampuan mastikasi memiliki hubungan yang bermakna dengan status nutrisi (p = 0,009). Hubungan yang bermakna juga terdapat antara kedua variabel tersebut yaitu berdasarkan jenis kelamin perempuan (p = 0,040) dan pada kelompok yang tidak memakai gigi tiruan (p = 0,014). Kesimpulan: Terdapat hubungan kemampuan mastikasi dengan status nutrisi lansia. ......Background: Changes in the condition of the oral cavity due to aging can cause a decrease in the function of mastication in the elderly. Decreased ability of mastication can cause difficulty biting, chewing, and swallowing food, which affects the choice of food. This is believed to affect the adequacy of nutrient intake so that in the end it can also affect abnormalities in nutritional status. Objective: To analyze the relationship between mastication ability and nutritional status of the elderly evaluated using the Mini Nutritional Assessment Short-Form (MNA-SF) and their relationship based on tooth loss (Eichner index), denture use, and sociodemographic factors (sex, education level, and economic status). Methods: This study was conducted using a cross-sectional method for 100 patients aged ≥ 60 years at the Kramat Jati Health Center, East Jakarta. Subjects were collected for self data, oral cavity examination, height and weight measurements, and interviews to fill in the Mastery Ability Measurement and MNA-SF questionnaire. Results: The Kruskal Wallis test showed the ability of mastication to have a significant relationship with nutritional status (p = 0.009). A significant relationship also exists between the two variables based on the female sex (p = 0.040) and in the group that does not use dentures (p = 0.014). Conclusion: There is a relationship between the ability of mastication with the nutritional status of the elderly.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatmah
Jakarta : Erlangga, 2010
613.2 FAT g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>