Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sinaga, Beauty Fedora
"Endapan sediment exhalative merupakan endapan sulfida masif Pb-Zn-Ag yang terbentuk pada zona ekstensional passive continental margin di rentang umur Karbon Akhir hingga Permian Awal. Penelitian ini memiliki tujuan untuk memastikan bahwa sampel penelitian merupakan sampel endapan SEDEX sehingga dapat memberikan teori baru bahwa endapan SEDEX tidak hanya terdapat pada Formasi Kluet namun juga Formasi Alas. Kegiatan penelitian berlokasi di Kecamatan Siempatnempu, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara dengan total 13 sampel penelitian yang terbagi atas 7 sampel dianalisis menggunakan metode petrografi, 6 sampel dianalisis menggunakan metode mineragrafi dan 3 sampel menggunakan metode XRF. Hasil analisis menunjukkan bahwa sampel penelitian ini memiliki karakteristik sebagai berikut, sampel penelitian tersusun atas 8 sampel wallrock dan 5 sampel bijih. Sampel wallrock ini merupakan batugamping kristalin dan batupasir sedangkan sampel bijihnya merupakan batulanau berwarna kehitaman selain itu pada sampel wallrock ditemukan adanya dua alterasi yaitu alterasi silisifikasi dan alterasi serisitik. Pada batuan dengan alterasi serisitik ditemukan cukup banyak mineral serisit (penambahan mineral serisit) sedangkan pada alterasi silisifikasi ditemukan banyak mineral kuarsa dan berubah jadi lebih keras akibat penambahan silika. Sedangkan sampel bijih memiliki karakteristik berbau besi, berwarna kehitaman dan memiliki mineral bijih yang melimpah seperti pirit, kalkopirit, sfalerit, galena dan bornit. Pada sampel bijih ditemukan juga adanya perlapisan mineral sulfida (sulfide banded) berulang yang menandakan sampel ini terbentuk secara syngenetic atau secara bersamaan dengan pengendapan sedimennya. Sampel penelitian diinterpretasikan sebagai endapan SEDEX yang telah mengalami proses pelapukan intens, hal ini terlihat dari kenampakan batuan secara makroskopis sehingga menurut Emsbo (2016) sampel ini dapat disebut sebagai endapan SEDEX tipe gossan. Berdasarkan analisis data XRF, sampel bijih memiliki kandungan unsur Pb dan Zn rendah (<1% wt), memiliki trace element seperti As, Mn dan Tl dan memiliki kandungan mineral hematit. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel bijih pada daerah penelitian merupakan sampel endapan SEDEX yang termasuk ke dalam fasies distal.

Sediment exhalative deposits are Pb-Zn-Ag massive sulfide deposits which formed in the extensional zone, passive continental margin during Late Carboniferous to Early Permian period. This study aims to ensure that the research samples are sample of SEDEX deposits so that it can provide a new theory that SEDEX deposits are not only found in the Kluet Formation but also in the Alas Formation. The research activity is located in Siempatnempu District, Dairi Regency, North Sumatra with a total of 13 research samples divided into 7 samples analyzed using the petrographic method, 6 samples using the mineragraphy method and 3 samples using the XRF method. The results of the analysis show that the research sample has the following characteristics: the research sample is composed of 8 wallrock samples and 5 ore samples. The wallrock sample consisted of crystalline limestone and sandstone, while the ore sample is blackish siltstone. In addition, the wallrock sample has undergo two different alterations, namely silicification and sericitic alteration. In rocks with sericitic alteration found a lot of sericite minerals (addition of sericite minerals) while in silicified alteration found a lot of quartz minerals and turns harder due to the addition of silica materials. The ore samples have some characteristics such smell of iron, blackish color and have abundant ore minerals such as pyrite, chalcopyrite, sphalerite, galena and bornite. In the ore sample, repeated sulfide banded were also found which indicating that this sample was formed syngenetically or simultaneously with the deposition of the sediment. The research sample is interpreted as a SEDEX deposit that has undergone an intense weathering process, this can be seen from the macroscopic appearance of the rock, so that according to Emsbo (2016) this sample can be called a gossan type SEDEX deposit. Based on XRF data analysis, the ore samples contain low Pb and Zn elements (<1% wt), have trace elements such as As, Mn and Tl and contain the hematite mineral. From these data, it can be concluded that the ore sample in the study area is a sample of SEDEX deposits belonging to the distal facies."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Priyono
"Pelebur bijih timah (smelter) merupakan bagian tidak terpisahkan dari pengusahaan pertambangan timah dalam memproduksi logam timah. Permasalahan utama adalah bahwa pelebur timah PT Koba Tin mempunyai kemampuan memproduksi logam timah sebanyak 12.000 ton per tahun dan hanya mampu mengolah bijih timah kadar tinggi. Untuk itu perlu dilakukan suatu analisis kelayakan dalam rangka rencana investasi penambahan alat pelebur bijih timah yang mampu mengolah bijih timah kadar rendah serta dapat memproduksi sebanyak 25.000 ton pertahun.
Melalui penelitian dan analisis yang ditinjau dari beberapa aspek tentang analisis kelayakan tersebut rencana investasi penambahan alat pelebur bijih timah layak dilakukan apabila dilihat dari nilai laju pengembalian internal (IRR) yang jauh di atas tingkat pengembalian minimum yang menarik (MARK) serta nilai sekarang bersih sebesar US$ 20.362.429 dan periode pengembalian investasi selama 4 tahun 2 bulan.
Analisa kepekaan memperlihatkan bahwa harga logam timah sangat berpengaruh terhadap kelayakan penambahan alat pelebur bijih timah, dengan menurunkan harga timah 2,5% atau sebesar US$ 4.290, IRR turun menjadi 5,5%, nilai sekarang sebesar US$ 96.707 dengan periode pengembalian 5 tahun 9 bulan. Dari hasil analisis keseluruhan bahwa rencana investasi penambahan alat pelebur bijih timah ini layak dikerjakan apabila harga timah tidak lebih rendah dari US$ 4.290, volume penjualan dan produksi harus lebih tinggi dari titik pulang pokok.

A tin ore smelter can not be separated from tin ore exploitation and tin metal production. Mean problem of PT Koba Tin smelter is its ability to produce 12.000 tons tin metal of highgrade tin ore per year. An analysis has to be done in order to plan an investment of tin ore smelter capable to process 25.000 ton of lowgrade tin ore per year.
Through feasibility analysis and study of some aspects an added smelter investment plan was recommended seen from its internal Rate of Return (1RR) which is far above Minimum Attractive Rate of Return (MARR) and also having a Net Present Value (NPV) equal to US$ 20.362.429 and an investment period returning of 4 years 2 months.
Sensitivity analysis show that tin metal price heavily influenced the addition feasibility of the tin ore smelter, by cutting 2,5% of tin price or equal to US$ 4.290, NPV is US$ 96.707 with a return period of 5 years 9 months. The overall analysis results shows the investment plan of the tin ore smelter is feasible if the tin price is not lower than US$ 4.290, sales and production must higher than the Break Event Point (BEP).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T5959
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elda Rayhana
"Pembentukan TiO2 dari iron ore yang mengandung ilmenite melalui proses reduksi karbon dan leaching dengan HCl telah dilakukan. Iron ore terdiri dari ilmenite (FeTiO3) dan magnetite (Fe3O4) sebagai kandungan utama seperti analisa GSAS berdasarkan pengukuran dengan XRD. Ratio fraksi berat antara FeTiO3 dan Fe3O4 adalah 43,18 : 56,82. Reduksi karbon dari iron ore dilakukan dalam furnace dengan temperatur sampai 1000°C dan laju pemanasan 10°C/menit Proses reduksi berjalan dengan baik dengan terbentuknya TiO2 sebesar 27,82 wt. %. Untuk meningkatkan hasil dilakukan leaching dengan HCl yang diperoleh dalam bentuk endapan. Berdasarkan analisa kuantitatif, tingkat perolehan TiO2 bertambah menjadi 94,37 %.

Recovery of TiO2 from iron ore containing ilmenite has been done by combining carbon reduction and HCl leaching processes. The iron ore consists of ilmenite (FeTiO3) and magnetite (Fe3O4) as major constituents in which according to GSAS of the XRD pattern, the wt. fraction ratio between FeTiO3 and Fe3O4 is 43,18 : 56,82. C reduction to the iron ore was performed in a furnace in which temperature increased to 1000°C with heating rate of 25°C/minute for 0-3 hours. It is shown that result of recovery was succesfull from which up to 27,84 wt. % of TiO2 were obtained. In order to increase the yield, further recovery by HCl leaching was introduced to the reduced iron ore precipitates. According to quantitative analysis of the further reduced sample, the yield of TiO2 increased to 94,37 % in weight."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T21176
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulistiati
"Iron ore adalah suatu senyawa besi oksida yang digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan pelet atau pig iron sebagai feedstock untuk industri baja. Umumnya iron ore menjalani benefisiasi atau pengkayaan Fe melalui proses reduksi dalam suatu furnace. Agar proses dapat berjalan dengan tingkat efisiensi tinggi maka diperlukan nilai beberapa besaran fisis dalam material, seperti jenis senyawa, fraksi berat dan kapasitas panas.
Pada penelitian ini telah dilakukan penentuan kapasitas panas sebagai fungsi temperatur Cp(T) dari iron ore dengan menggunakan kalorimeter DTA dan DSC. Tahapan investigasi diawali dengan validasi metode evaluasi dan instrumen. Untuk tahapan ini ditemukan bahwa penggunaan DTA untuk penentuan Cp(T) memerlukan faktor instrumen untuk kalibrasi data terukur. Tidak demikian halnya dengan DSC, data terukur dapat dikonversikan langsung untuk menentukan Cp(T). Iron ore yang digunakan sebagai objek penelitian adalah iron ore setelah pemanasan 4000C dengan waktu tahan 12 jam dan terdiri dari senyawa utama magnetite (Fe3O4), hematite (Fe2O3) dan ilmenite (FeTiO3) dengan fraksi berat masing-masing adalah 39.88%, 52.99% dan 7.13%.
Dari nilai Cp(T) terukur untuk iron ore serta komposisi senyawanya, telah berhasil ditentukan kapasitas panas ilmenite sebagai fungsi temperatur sebagai berikut :
Cp(T) = a + b T + c T-2 J/mol.K dengan a = 747 ± 1132 b = 2.27 ± 2.70 c = (12.1 ± 15.7) x 107

Iron ore is a ferro oxides that used as raw materials for producing pellets and/or pig irons which are feedstock for steel industries. Generally, the beneficiation Fe of iron ore is necessary, and this may be carried out by a reduction process in the furnace. In order to obtain a process with high efficiency related properties of materials like type of the oxides, their weight fraction and heat capacity, etc should be determined.
In this research, the heat capacity as a function of temperature, Cp(T) for iron ore was determined by means of Differential Thermal Analyzer (DTA) and Differential Scanning Calorimeter (DSC). The investigation was initiated by first to validate the method and instrument. It was found that for Cp(T) determination by DTA an instrument factor is needed and this requires a systematic study. On the other hand, measuring data from DSC can be directly converted to determine Cp(T). According to XRD analysis, the iron ore which was heat treated at 400ºC for 12 hours to contain hematite (Fe2O3), magnetite (Fe3O4) and ilmenite (FeTiO3) with weight fractions of 39,88%, 52,99% and 7,13% respectively.
The Cp(T) for iron ore containing ilmenite was then successfully determined with
the following equation:
Cp(T) = a + b T + c T-2 J/mol.K with a = 747 ± 1132 b = 2.27 ± 2.70 c = (12.1 ± 15.7) x 107"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20935
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Setiawan
"Kebutuhan asam dari suatu pelarutan bijih tembaga teroksidasi merupakan salah satu faktor penting secara ekonomi dan kuantitasnya harus dapat ditentukan secara optimal untuk mendapatkan proses pelarutan yang efisien. Suatu studi kinetik oleh asam sulfat dari bijih tembaga teroksidasi khususnya Malachite telah diteliti. Pengaruh dari waktu leaching, kecepatan pengadukan, konsentrasi asam dan perbandingan solid liquid, temperature dan ukuran dari bijih telah diteliti. Menggunakan kondisi terbaik diperoleh recovery 90% pada 250C dan 98% pada 800C setelah 150 menit waktu leaching dan pada konsentarsi asam 1 mol/L dengan perbandingan liquid/solid 6:1. Pelarutan dari Malachite selama leaching dapat digambarkan sebagai fungsi logaritma, y=a ln(x) + B. Berdasarkan data dari pelarutan awal menggunakan asam sulfat diketahui bahwa kinetika pelarutan batuan tembaga jenis malachite dikontrol oleh suatu reaksi diffusi.

The relationship of percent copper extraction to acid consumption must be refined to optimized the economic value and the consumption quantity must be known to get the efficiency of extraction. A study kinetics of the sulfuric acid leaching of oxidized copper ore malachite from North Sumatera was carried out. The effect of leaching time, stirring, sulfuric acid concentration, ratio solid liquid, temperature, particle size were analyzed. The optimum condition, copper recovery about 90% at 250C and 98% at 800C after 30 minute leaching time in 1.0 M sulfuric acid concentration with liquid/solid ratio 6:1 at 150 rpm. Malachite dissolution during leaching can be described by logaritmic function. Basic on data obtained for the leaching kinetics indicated that the initial dissolution of malachite is a diffusion controlled reaction."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T21341
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Ramayanti
"ABSTRAK
Di Indonesia unsur itrium banyak terdapat di dalam pasir xenotim yang merupakan hasil samping dari usaha penambangan biji timah oleh PT. Tambang Timah di Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Dalam perindustrian unsur-unsur ini juga sangat berperan karena mempunyai nilai tambah yang dapat memberikan keuntungan strategis, yaitu misalnya sebagai bahan baku dalam industri metalurgi, magnet, elektronik, keramik, superkonduktor, kaca/optik, (CRT, tabung TV, lensa karnera), tabung IR pada alat sinar laser dan lain-lain. Mengingat cukup tersedianya pasir xenotim di Indonesia dan melihat kenyataan bahwa kandungan itrium di dalam pasir xenotim dalam negeri cukup tinggi (19-20 %), Serta banyaknya kegunaan itrium, maka diperlukan penelitian untuk mendapatkan itrium dengan kemumian tinggi.
Pada penelitian ini akan digunakan metoda kromatografi kolom penukar anion basa kuat jenis Dowex I-X4, berukuran 200 - 400 mesh. Diameter kolom yang digunakan adalah 1.9 cm dengan panjang kolom yang dibuat bervariasi, yaitu 40, 70 dan 100 cm. Umpan yang digunakan adalah hasil dijesti dari pasir xenoting dengan eluen yang terdiri dari campuran methano-HNO3, dengan kecepatan alir 0,6 ml/n1eni. Analisa hasil penampungan dilakukan dengan mengambil 20 ml dari masing-masing fraksi dan dicacah dengan spektrometri pendar sinar-X selama 300 detik. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kolom yang paling panjang (100 cm) membelikan harga resolusi dan kemurnian yang paling tinggi, yang artinya menunjukkan pemisahan yang terbaik. Selain itu juga terjadi peningkatan kadar itrium dari 30,45 % (dalam umpan) menjadi 90,45 % (hasil kolom).

"
1996
S41214
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Suharno
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rotua Chandra
"Penelitian dilakukan untuk menentukan daerah yang mempunyai potensi biji besi di daerah 'C' menggunakan metode Geolistrik dan Geomagnet penelitian dilakukan di 3 zona daerah yaitu BKS, MAX - 6 dan MAX - 9. Metode magnetik hanya memetakan keberadaan zona struktur dan zona dari batuan yang teralterasi sebagai akibat naiknya fluida hidrotermal dan memanasi batuan di sekitarnya yang menyebabkan perubahan nilai intensitas medan magnet dengan adanya undulasi pada profile magnetik Sedangkan metode Resistivty dan IP dapat memetakan kondisi bawah permukaan dari zona mineralisasi endapan besi. Metode resistvity akan menghasilkan respon yang tinggi terhadap adanya biji besi karena adanya bahan pengotor pada besi sedangkan Metode IP akan memberikan respon high chargeabilty akan adanya biji besi atau zona mineralisasi hal ini dikarenakan IP akan merespon terhadap mineral besi daripada zat pengotor pada besi. Kemudian data Geolistrik dan Geomagnet diolah menggunakan R2D inv full version, surfer 9,magloc dan GeoSlicer - X untuk memudahkan dalam menentukan daerah keberadaan zona mineralisasi biji besi, hasil inverse dari IP dan Resistivty akan dioverlay dan ditentukan nilai dari chargeablity dan resistivty yang paling memungkinan menggambarkan keberadaan biji besi berdasarkan geologi dan sample dari singkapan yang didapat dilapangan yg diuji dilaboratorium. Nilai chargeablity biji besi pada daerah penelitian 30 ms sampai dengan 100 ms dan nilai resistivty dari biji besi dari daerah penilitian 500 ohm - meter sampai 1000 ohm meter.

The study was conducted to determine the areas that have potential for iron ore in the area "C" using geoelectric methods and Geomagnet. The research was conducted in three zones namely BKS region, MAX - MAX 6 and - 9. Magnetic methods simply map the existence of structural zones and zones of alterated rocks as a result of rising hydrothermal fluids and heat around the surrounding rock, which causes changes in the value of the magnetic field intensity in the presence of undulation on the magnetic profile and IP Resistivty. While this method can also map the surface of the mineralized zone b elow the sediment of iron. Resistvity method will produce a high response to the presence of iron ore due to impurities in the iron while the IP method will provide high response chargeabilty the existence of iron ore or mineralized zones. This is because the IP will respond to mineral impurities in iron than iron. Then the data is processed using geoelectric and Geomagnet R2D inv full version, surfer 9, magloc and GeoSlicer - X for ease in determining the presence of mineralized ore zones, the inverse of the IP and will Resistivty dioverlay and determined the value of chargeablity and most allow resistivty describe the existence of iron ore based on geological and outcrop samples obtained from the field who tested laboratory. Chargeablity value of iron ore in the study area 30 ms to 100 ms and resistivty value of iron ore from the area penilitian 500 ohm - ohm meters to 1000 meters."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S42035
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fajar Ramadhan
"Indonesia mempunyai sumber daya maupun cadangan bijih besi yang tersebar di berbagai daerah. Oleh karena itu, perlu dibuat sebuah teknologi sederhana yang dapat mengolah bijih besi sehingga didapatkan konsentrasi besi yang tinggi dengan biaya yang lebih rendah serta ramah lingkungan.
Bijih besi yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis Laterit yang berasal dari Kalimantan. Sedangkan reduktor yang digunakan ialah ampas tebu (bagasse). Rasio massa antara bijih besi dan ampas tebu adalah variabel yang diatur pada penelitian ini, yaitu 1:1, 1:2, 1:3, dan 1:4. Proses dilakukan di dalam muffle furnace dan dipanaskan pada temperatur 700° C dan 1000° C selama 30 menit agar terjadi proses reduksi. Untuk mengetahui optimalisasi proses dan melihat hasil reduksi secara kualitatif, maka dilakukan karakterisasi sampel dengan menggunakan uji XRD.
Hasil reduksi yang paling tinggi terdapat pada sampel dengan rasio massa 1:3 di kedua temperatur. Pada sampel tersebut, didapatkan produk reduksi, yaitu Magnetit (Fe3O4) serta Wustite (FeO) dengan jumlah peak yang paling banyak ataupun dengan intensitas peak yang paling tinggi.

Indonesia has the resources and reserves of iron ore scattered in various areas. Therefore, it should be made a simple technology that can process the iron ore to obtain a high concentration of iron with lower cost and environmentally friendly.
Iron ore that used in this study is the Laterite type from Kalimantan and the reducing agent is bagasse. The mass ratio between iron ore and bagasse is a variable that is set in this. The mass ratio that used is 1: 1, 1: 2, 1: 3 and 1: 4. The process operate in the muffle furnace and heated at temperature of 700o C and 1000o C for 30 minutes to a process of reduction. To find out the optimization of the process and see the reduction results qualitatively, then the sample characterized using XRD test.
The highest result is on the sample with 1: 3 of mass ratio in booth temperature. On these samples, Magnetite (Fe3O4) and Wustite (FeO) as the reduction product have the most number of peak or the highest peak intensity.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60255
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robby Samuel S.
"ABSTRAK
Proses reduksi selektif bijih nikel laterit dengan penambahan aditif NaCl dan gas pereduksi CO, diikuti dengan proses separasi magnetik telah dipelajari dalam penelitian ini. Karakterisasi bijih menunjukan kandungan nikel sebesar 1,4% dan besi sebesar 50,5% dengan fasa-fasa dalam bijih yaitu gutit (FeOOH), lizardit (Mg3(Si2O5)(OH)4), olivin ((Fe,Mg)2SiO4), dan kuarsa (SiO2). Proses reduksi dilakukan dengan variasi temperatur 900, 1000, dan 1100 °C, waktu tahan 30-180 menit, dan dengan penambahan 10% aditif NaCl. Proses separasi magnetik yang dilakukan menggunakan metode basah dan kekuatan magnet sebesar 500 gauss untuk memisahkan produk konsentrat dan tailing. Bijih hasil reduksi dikarakterisasi dengan menggunakan pengujian metalisasi, X-Ray Diffraction (XRD), Scanning Electron Microscope (SEM) yang dilengkapi dengan Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDS) serta konsentrat dan tailing diidentifikasi dengan alat uji X-Ray Flourescence (XRF). Fasa yang terdapat dalam bijih hasil reduksi yaitu kamasit (FeNi), magnetit (Fe3O4), wustit (FeO), natrium klorida (NaCl) dan fayalit (Fe2SiO4). Hasil percobaan menunjukkan derajat metalisasi nikel dan besi meningkat seiring dengan meningkatnya temperatur dari 900-1100 °C dan waktu tahan reduksi dari 30-180 menit oleh karena semakin intensnya proses kloridasi, segregasi, dan reduksi pada bijih. Hal ini berdampak pada meningkatnya kadar nikel dan besi pada konsentrat hasil proses separasi magnetik. Perolehan nikel meningkat seiring dengan meningkatnya temperatur dan waktu tahan reduksi oleh karena semakin banyaknya nikel yang terbebas dari fasa pengandungnya, sementara fayalit semakin banyak terbentuk sehingga perolehan besi menurun. Kadar dan perolehan optimum yang didapat yaitu berturut-turut 2,8% dan 59,2% untuk nikel, dan 58,16% dan 34,27% untuk besi. Derajat metalisasi digunakan sebagai parameter kinetika reduksi dan didapatkan model Avrami-Erofeyev sebagai model yang merepresentasikan mekanisme nukleasi pada proses reduksi. Energi aktivasi yang didapat yaitu sebesar 38,1622 kJ/mol atau 9,12 kkal/mol dengan tahapan pengendali laju reaksi yaitu gabungan antara difusi gas dan reaksi kimia antarmuka.

ABSTRACTK
Selective reduction process of lateritic nickel ore using CO and NaCl additive were studied in this work. Ore characterization result shows the nickel grade of 1.4% and iron grade of 50,5% with phases contained in the ores were goethite (FeOOH), lizardite (Mg3(Si2O5)(OH)4), olivine ((Fe,Mg)2SiO4) and quartz (SiO2). The temperature of reduction process varied from 900, 1000, and 1100 °C with reduction time of 30-180 min and 10% NaCl additives. Magnetic separation process were done using wet methode and magnetic intensity of 500 gauss to separate concentrate and tailing. The reduced ore were characterisized using metallization test, X-Ray Diffraction (XRD), Scanning Electron Microscope (SEM) with Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDS) while the concentrate and tailing were identified using X-Ray Flourescence (XRF). Kamacite (FeNi), magnetite (Fe3O4), wustite (FeO), natrium chloride (NaCl) dan fayalite (Fe2SiO4) were the phases present in the reduced ore. The result shows that the degree of metallization of nickel and iron increases with the increasing temperature from 900 to 1100 °C and holding time from 30 to 180 minutes because of the increasing intensity of the chloridization, segregation and reduction process. This has an impact on increasing the grade of nickel and iron on the concentrate. The recovery of nickel was increased along with the increasing temperature and holding time because of the increasing amount of nickel liberated from its bearing phase, while fayalite were increasingly formed so that the recovery of iron was decreased. The optimum grade and recovery resulted from the experiment was 2.8% and 59.2% for nickel respcetively, and 58.16% and 34.27% for iron. The degree of metallization was used as reduction kinetics paramter and the model representing the reduction proces was Avrami-Erofeyef with its nucleation mechanism. The resulting activation energy of 38.1622 kJ/mol or 9,12 kkal/mol with combined gas diffusion and interfacial chemical reaction as the rate-controlling step."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>