Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bramantio
Abstrak :
ABSTRAK Banyak kasus maloklusi yang memerlukan bantuan elastik karet. Elastik karet digunakan untuk membantu menghasilkan gaya yang diperlukan untuk menggerakkan gigi. Pada penggunaan nya, elastik karet akan mengalami penurunan gaya seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu perlu dilakukan penggantian pada saat tertentu, sehingga efektifitas perawatan tidak terganggu. Disamping itu, gaya elastik karet dipengaruhi juga oleh jarak peregangan. Selama pemakaian, akan terjadi perubahan jarak yang tentu saja akan mengubah gaya elastik karet. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik yang meneliti pengaruh lama dan jarak peregangan terhadap gaya elastik karet . Dilakukan uji laboratorium beberapa diameter elastik karet yang direndam dalam saliva buatan dan dilakukan pengukuran gaya dengan alat ukur tegangan Correxmeter dalam berbagai lama dan jarak peregangan. Hasil penelitian dianalisis dengan uji F (Anova) menunjukkan bahwa lama dan jarak peregangan berpengaruh terhadap gaya berbagai diameter elastik karet secara bermakna (P < 0.05). Elastik karet yang diregang pada jarak yang seharusnya (3 kali diameternya) mempunyai gaya yang efektif untuk menggerakkan gigi hanya sampai 4 jam. Elastik karet yang diregang melebihi jarak yang seharusnya mempunyai gaya yang efektif untuk menggerakkan gigi dapat bertahan sampai 48 jam.
ABSTRACT Many malocclusion cases need the use of rubber elastics to produce the force required for tooth movement. While a rubber elastic is used, it dissipate in force accordance with the length of time. Therefore, at a certain time, it is necessary to replace it to maintain the effectiveness of the treatment. Besides, the rubber elastic force is also influenced by the stretching distance. During its use, distance changes may occur and it will certainly effect the rubber elastic force too. This descriptive laboratory study examines the influence of stretching duration and distance on the orthodontic rubber elastics force. Several diameter of rubber elastics are soaked in the artificial saliva. The force is measured with a correxmeter tension gauge in various stretching duration and distance. The result of this study, analyzed with the F (Anova) test, shows that the stretching duration and distance give a significant influence (P < 0,05) on the force of various rubber elastics diameters. The rubber elastic which is stretched at a certain distance (3 times the diameter size) has the effective force to move a tooth for 4 hours only. The rubber elastic which is stretched beyond that distance has the force effectiveness up until 48 hours.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggraeni Nastiti
Abstrak :
Beberapa ahli masih meragukan kestabilan titik subspinal atau titik A sebagai referensi pada tulang maksila. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah titik A dapat berubah karena perawaran orthodonti dan seberapa banyak perubahannya. Untuk itu, dilakukan analisa gambaran sefalometri pasien di klinik Pasca Sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Uniuersilas Indonesia sebelum dan sesudah perawatan retraksi gigi insisif atas. Jarak terpendek titik A terdapat bidang PTV sebelum dan sesudah retraksi diukur, kemudian dihitung selisih rata-ratanya dan di uji statistik dengan t-test paired. Dari 33 sampel, menunjukkan titik A berubah karena perawatan. Titik A berubah ke arah dorsal setelah retraksi insisif atas dengan torque yaitu pada rata-rata lebih besar dari 5 mm. Dari 6 sampel maloklusi kelas I retraksi dengan torque, titik A mundur ke dorsal sebanyak 30 %, sedang dari 14 sampel maloklusi kelas II retraksi dengan torque titik A mundur ke dorsal sebanyak 64 %.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aqila Putri Sabrina
Abstrak :
ABSTRACT
Latar Belakang: Berdasarkan Riskesdas 2013, proporsi penduduk Indonesia yang menerima perawatan ortodontik masih sangat rendah. Salah satu penyebabnya adalah sering kali seseorang tidak menyadari bahwa dirinya membutuhkan perawatan ortodontik. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi kebutuhan perawatan ortodontik memiliki peran yang penting. Adapun salah satu faktor yang memengaruhi persepsi kebutuhan perawatan ortodontik adalah status sosioekonomi, namun penelitian terdahulu menunjukkan hasil yang kontradiktif. Selain itu, belum pernah dilakukan penelitian mengenai hal ini di Indonesia. Tujuan: Mengetahui hubungan antara status sosioekonomi dengan persepsi kebutuhan perawatan ortodontik pada siswa SMAN 27 Jakarta. Metode: Dilakukan penelitian potong lintang pada 85 siswa SMAN 27 Jakarta yang berusia 15-17 tahun. Diberikan kuesioner Family Affluence Scale III (FAS III) pada 85 subjek penelitian untuk menilai status sosioekonominya dan diberikan lembar index of Orthodontic Treatment Need-Aesthetic Component (IOTN-AC) guna menilai persepsi kebutuhan perawatan ortodontiknya. Digunakan uji chi-square untuk analisis data. Hasil: Uji chi-square menunjukkan nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p = 0,009) yang berarti terdapat perbedaan bermakna secara statistik antara status sosioekonomi dengan persepsi kebutuhan perawatan ortodontik. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status sosioekonomi dengan persepsi kebutuhan perawatan ortodontik pada siswa SMAN 27 Jakarta.
ABSTRACT
Background: According to Riskesdas 2013, the proportion of people who had received orthodontic treatment in Indonesia is very low. One of the reasons is that people oftentimes dont realize that they need orthodontic treatment. It shows that self-perceived orthodontic treatment need has an important role. One of the factors affecting self-perceived orthodontic treatment need is socioeconomic status, but previous studies showed contradictory results. Furthermore, this research has never been conducted in Indonesia. Objective: To determine whether the socioeconomic status associated with self-perceived orthodontic treatment need in students of SMAN 27 Jakarta. Methods: This cross-sectional study comprised 85 students of SMAN 27 Jakarta aged 15-17 years. Family Affluence Scale III (FAS III) questionnaire was given to assess their socioeconomic status and Index of Orthodontic Treatment Need-Aesthetic Component (IOTN-AC) sheet was given to assess their self-perceived orthodontic treatment need. The chi-square test was used for data analysis. Results: The significance value is less than 0,05 (p = 0,009) which indicates that there is a statistically significant difference between socioeconomic status and self-perceived orthodontic treatment need. Conclusion: There is an association between socioeconomic status and self-perceived orthodontic treatment need in students of SMAN 27 Jakarta.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baik, Un-Bong
Seoul, Korea: CreateSpace, 2012
617.643 BAI m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Febby Sitti Nur Rakhmayanti
Abstrak :
Latar belakang: Janji temu perawatan ortodonti merupakan sesuatu yang dianggap penting karena mempengaruhi lama waktu perawatan ortodonti, perawatan ortodonti memerlukan waktu berbulan-bulan hingga tahunan untuk menyelesaikan perawatan dengan interval kunjungan rutin 4-6 minggu. Ortodontis merupakan salah satu pekerjaan yang sangat rentan terpapar Covid-19 karena berkontak langsung dengan pasien. Dengan adanya pandemi Covid-19 mempengaruhi segala aspek kehidupan salah satunya adalah psikologis seseorang yaitu kecemasan terhadap terpaparnya virus Covid-19. Kecemasan adalah munculnya sebuah perasaan yang tidak menyenangkan, tidak enak, khawatir dan gelisah pada diri seseorang yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain usia, jenis kelamin, dan lingkungan sosial. Belum ada penelitian yang membahas hubungan kecemasan di era pandemi Covid-19 terhadap janji temu perawatan ortodonti di kota kendari. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan mengenai pandemi virus corona terhadap kesediaan untuk menghadiri janji temu perawatan ortodonti. Metode: Penelitian ini dilakukan di Kota Kendari menggunakan metode cross-sectional. Kuesioner dari disebar kepada 72 pasien ortodonti dari beberapa klinik di Kota Kendari, menggunakan kuesioner daring. Hasil: Didapati adanya hubungan yang bermakna antara tingkat kecemasan di era pandemi Covid-19 terhadap janji temu perawatan ortodonti di Kota Kendari dan terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat kecemasan di era pandemi Covid-19 terhadap janji temu perawatan ortodonti di Kota Kendari dilihat berdasarkan usia dan jenis kelamin Kesimpulan: Pandemi Covid-19 terbukti berdampak pada kecemasan pasien menghadiri janji temu perawatan ortodonti kecemasan pasien ......Background: Orthodontic care appointments are important because they affect the length of orthodontic care, orthodontic care take months to years to complete with regular visit intervals of 4-6 weeks. Orthodontist is one of the jobs that are very vulnerable to exposure to covid-19 due to direct contact with patients. With covid-19 pandemic affects all aspects of life, one of which is an individual's psychological anxiety against exposure to the covid-19 virus. Anxiety is the appearance of an unpleasant, uncomfortable, worried and restless feeling in a person that is influenced by several factors including age, gender, and social environment. There has been no research that discusses the relationship of anxiety in the covid-19 pandemic era to orthodontic care appointments in the city of kendari. Objective: To determine the relationship of anxiety levels regarding the coronavirus pandemic to the willingness to attend orthodontic care appointments. Method: This research was conducted in Kendari City using cross-sectional method.¬ Questionnaires were circulated to 72 orthodontist patients from several clinics in Kendari City, using online questionnaires. Result: There was a meaningful relationship between anxiety levels in the Covid-19 pandemic era to orthodontic care appointments in Kendari City and there was a meaningful relationship between anxiety levels in the Covid-19 pandemic era to orthodontic care appointments in Kendari City viewed based on age and gender Conclusion: Pandemic Covid-19 proved to have an impact on the anxiety of patients attending orthodontic care appointments of emergency patients.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gerra Maulana
Abstrak :
ABSTRAK
Maloklusi merupakan salah satu permasalahan yang paling banyak ditemukan dalam dunia kesehatan. Penggunaan braket ortodontik bertujuan untuk mengendalikan serta memperbaiki posisi rahang agar pengaruh dari maloklusi dapat dikurangi secara perlahan. Selama ini produksi braket ortodontik masih dilakukan secara impor. Dari sini munculah pembahasan untuk dapat memproduksi braket ortodontik secara nasional atau disebut sebagai behel nasional. Dari penilitian yang telah dilakukan ditahun sebelumnya, digunakan material jenis logam berupa Baja Tahan Karat 17-4PH. Untuk proses manufaktur behel tersebut, digunakan proses investment casting. Namum dari proses investment casting ini ditemukan bahwa hasil braket yang didapatkan memiliki permukaan yang kasar sehingga memerlukan pemrosesan akhir lebih lanjut. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dengan proses manufaktur lain yaitu metal injection molding. Pada penelitian ini dilakukan percobaan untuk meningkatkan laju penghilangan binder melalui proses solvent debinding dengan perlakuan agitasi serta kondisi vakum yang kemudian dibandingkan dengan kondisi normal.Hasil percobaan menunjukan bahwa dengan dilakukannya perlakuan agitasi akan memingkatkan laju penghilangan binder secara signifikan akibat adanya mekanisme pengadukan yang menyebabkan kemungkinan tumbukan antar partikel meningkat. Kemudian dengan kondisi vakum laju penghilangan binder sedikit lebih baik dari kondisi normal dengan mekanisme yang mirip dengan pengadukan, namun dengan harus dilakukannya penambahan pelarut secara berkala akibat titip uap pelarut yang menurun dalam kondisi vakum. Tidak ditemukan adanya crack atau cacat pada permukaan dengan adanya peningkatan laju penghilangan binder melalui dua perlakuan tersebut.
ABSTRACT
Malocclusion is one of the most common problems in the medical field. The use of orthodontic brackets aims to control and improve the position of the jaw so that the influence of malocclusion can slowly be reduced. Until now, brackets production is still done by imports. From here comes the discussion to produce an orthodontic bracket nationally. Our latest research used Stainless Steel 17 4PH as the material and investment casting as the manufacturing processes. However, it is obtained that investment casting result have rough surfaces that require further processing end. Therefore, it is necessary to study other manufacturing processes for brackets production, namely metal injection molding. In this study, we conducted an experiment to enhance binder removal rate through the process of solvent debinding treatment with agitation and under vacuum. Then the results compared to the normal conditions.The experimental results showed that agitation treatment will enhance binder removal rate significantly due to the stirring mechanism that causes the possibility of collisions between the particles increases. Then the binder removal rate on the vacuum treatment conditions is little better than normal conditions by a mechanism similar to stirring, but with the addition of a solvent to be done on a regular basis due to the decline of the solvent boiling point under vacuum conditions. There were no cracks or defects found on the surface with an increased rate of binder removal through the two treatments.
2017
S66516
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cinta Nurindah Sari
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Psikososial merupakan kondisi yang meliputi aspek psikis dan sosial. Estetika wajah dapat menentukan perlakuan sosial yang diterima seorang individu dari lingkungannya. Gigi-geligi merupakan komponen penting dalam estetika wajah. Susunan gigi-geligi buruk dapat mengakibatkan berbagai masalah terkait fungsi maupun psikososial, namun dapat diatasi oleh perawatan ortodonti. Meskipun demikian, seringkali individu belum sadar akan kebutuhan perawatan ortodontinya. Ditemukan kontradiksi pada berbagai hasil penelitian sebelumnya mengenai hubungan status psikososial dan kebutuhan perawatan ortodonti, terutama pada usia remaja. Tujuan: Mengetahui hubungan status psikososial dengan kebutuhan perawatan ortodonti menggunakan PIDAQ dan IOTN pada siswa SMAN 27 Jakarta Pusat. Metode: Dilakukan penelitian potong lintang pada 95 remaja. Diberikan kuesioner PIDAQ untuk mengetahui status psikososial dan IOTN-AC untuk mengetahui kebutuhan perawatan ortodonti secara subjektif, serta digunakan IOTN-DHC untuk mengetahui kebutuhan perawatan ortodonti secara objektif. Hasil: Nilai signifikansi uji chi-square antara status psikososial dengan kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan IOTN-AC yaitu p = 0,001 dan nilai signifikansi uji chi-square antara status psikososial dengan kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan IOTN-DHC yaitup = 0,140. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status psikososial berdasarkan PIDAQ dengan kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan IOTN-AC dan tidak terdapat hubungan antara status psikososial berdasarkan PIDAQ dengan kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan IOTN-DHC pada siswa SMAN 27 Jakarta Pusat.
ABSTRACT
Background: Psychosocial is a condition involves psychological and social aspects. Facial aesthetics affects how someone is treated by their surrounding. Teeth arrangement is an important component in facial aesthetics. Misaligned teeth often cause various problems, but can be overcome by orthodontic treatment. However, individuals are often not aware of their orthodontic treatment needs. Previous studies show contradictory results on association of psychosocial status and orthodontic treatment need. Objective: To determine whether psychosocial status associated with orthodontic treatment need using PIDAQ and IOTN in students of SMAN 27 Jakarta.Methods: This cross-sectional study comprised 95 adolescents. PIDAQ was given to assess psychosocial status and IOTN-AC was given to assess subjective treatment need. IOTN-DHC was used to assess objective treatment need. Results: The significance value of chi-square test between psychosocial status and orthodontic treatment need based on IOTN-AC is p = 0.001 and the significance value of chi-square test between psychosocial status and orthodontic treatment need based on IOTN-DHC is p = 0.140. Conclusion: There is an association between psychosocial status based on PIDAQ and orthodontic treatment need based on IOTN-AC and no between psychosocial status based on PIDAQ and orthodontic treatment need based on IOTN-DHC in students of SMAN 27 Jakarta.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Janson, Guilherme
Abstrak :
*Provides clinical recommendations for treating primary, mixed, and permanent dentitions * Features findings from the latest research on open-bite treatment and long-term stability * Clinical photographs and radiographs
Hoboken, N.J. : Wiley-Blackwell , 2014
617.643 JAN o (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Becker, Adrian
Chichester, West Sussex: Wiley-Blackwell, 2012
617.643 BEC o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Khuzaima Adyasti
Abstrak :
Latar belakang: Maloklusi merupakan kondisi penyimpangan dari oklusi normal yang dapat ditangani dengan perawatan ortodonti. Perawatan ortodonti untuk sebagian besar kasus maloklusi idealnya dimulai saat periode awal gigi tetap, yaitu pada usia remaja awal. Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi remaja usia 12-14 tahun di Indonesia dengan gigi berjejal adalah 14,5%, sedangkan remaja yang menerima perawatan ortodonti hanya 0,8%. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya kesadaran mengenai perawatan ortodonti. Belum pernah dilakukan penelitian pada remaja awal di Indonesia tentang kesadaran perawatan ortodonti. Tujuan: Mengetahui distribusi frekuensi tingkat kesadaran perawatan ortodonti pada siswa SMPN 111 Jakarta. Metode: Studi deskriptif dengan desain penelitian potong lintang pada 107 siswa SMPN 111 Jakarta yang berusia 12-14 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner yang diadopsi dari penelitian Shekar et al. (2017). Digunakan analisis univariat untuk menggambarkan distribusi. Hasil: Rata-rata skor total dari kuesioner kesadaran perawatan ortodonti siswa SMPN 111 Jakarta adalah 25,34 sehingga termasuk dalam kategori sedang. Tingkat kesadaran mengenai perawatan ortodonti paling banyak berada dalam kategori sedang (45,8%), diikuti dengan kategori tinggi (33,6%) dan rendah (20,6%). Rata-rata skor total kesadaran perawatan ortodonti pada siswa perempuan adalah 26,55, sedangkan pada siswa laki-laki 24,13. Kesimpulan: Tingkat kesadaran perawatan ortodonti pada remaja awal di SMPN 111 Jakarta termasuk dalam kategori sedang. Tingkat kesadaran perawatan ortodonti pada siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki.
Background: Malocclusion is defined as the deviation of normal occlusion, which can be treated with orthodontic treatment. The orthodontic treatment for most of malocclusion cases are ideally initiated at the early permanent dentition period, that is around the age of early adolescence. According to Indonesian Health Survey 2013, the prevalence of adolescent aged 12-14 in Indonesia with crowded teeth is 14,5%, while those who received orthodontic treatment is only 0,8%. One of the reasons it happened is the lack of awareness regarding orthodontic treatment. The research has never been conducted to early adolescents in Indonesia regarding the awareness of orthodontic treatment. Objective: To describe the distribution of the awareness level of orthodontic treatment in students of SMPN 111 Jakarta. Methods: A descriptive study using cross-sectional design was held to 107 students of SMPN 111 Jakarta aged 12-14 years old. The level of awareness was measured using a questionnaire adopted from Shekar et al. (2017). This study was analyzed with univariate analysis. Result: Mean total score of the questionnaire is 25,34, which fell into the moderate category. The awareness level of most students is moderate (45,8%), followed by high level of awareness (33,6%) and low level of awareness (20,6%). The mean total score of the questionnaire among female students is 26,55, while in male students is 24,13. Conclusion: The awareness level of orthodontic treatment in early adolescents of SMPN 111 Jakarta is moderate. The awareness level of orthodontic treatment in female students is higher than male students.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>