Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Basuki Supartono
"Objectives: Osteoporosis is condition where the bone becoming brittled and easily cracked or broken because of calcium deficiency. Osteoporosis can be diagnosed by Bone Mineral Density (BMD) test to know the decrease of their bone density. The objective of this study is to determine the correlation between calcium blood level and osteoporosis at Rumah Sakit Ibu dan Anak Jakarta Islamic Hospital Al-Fauzan in period of January 2012 – December 2014. Materials and Method: This type of research was analytical descriptive study by using cross-sectional design. The population of this study were 68 patients who had osteoporosis at Rumah Sakit Ibu dan Anak Al-Fauzan in period of January 2012 – December 2014 and with the proportion of 20% of samples taken in 61 patients. Results: The highest frequency distribution: age 61-70 years at 62,2%, female at 96,7%, and underweight Body Mass Index 57,4%. Conclusion: This study was using Chi Square test showed there is no correlation between calcium blood level and osteoporosis (p = 0,054)"
Jakarta: RSON, 2015
796 IJSS 1:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqa Inasa Syahrila
"Osteoporosis merupakan masalah kesehatan yang dicirikan dengan menurunnya massa dan struktur tulang yang menyebabkan kerapuhan dan patah tulang. Pada penelitian sebelumnya analog L-serin H-Ser(tBu)-OMe.HCl, terbukti dapat mengatasi gejala osteoporosis dengan meningkatkan massa tulang melalui penghambatan Serine Palmitoyltransferase (SPT). Pada penelitian ini, dilakukan eksperimen secara in vivo pada analog serin yang terbukti menghambat SPT yaitu L-sikloserin. Penelitian ini menggunakan tikus putih betina Sprague-Dawley yang dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu sham dan kontrol negatif yang diberikan 1ml NaCl 0,9%, kontrol positif diberikan natrium alendronat 1mg/kg BB/hari, serta 3 kelompok variasi dosis L-sikloserin dengan D1 0,9mg/kg BB/hari, D2 1,8mg/kg BB/hari, dan D3 3,6mg/kg BB/hari dengan injeksi intraperitoneal. Semua tikus dilakukan ovariektomi, kecuali kelompok sham dilakukan pembedahan tanpa pengambilan ovarium. Tikus dipelihara 4 minggu pasca operasi, lalu diberi perlakuan selama 28 hari. Parameter yang diukur adalah berat tulang dengan rata-rata kelompok sham 255,9±3,12mg, kontrol negatif 212,1±7,90mg, kontrol positif 268,93±11,12mg, D1 284,50±28,59mg, D2 294,73±15,96mg, dan D3 277,43±24,38mg; kadar kalsium tulang dengan sham54,93±7,72mg, kontrol negatif 44,37±4,86mg, kontrol positif 53,26±3,16mg, D1 53,73±1,22mg, D2 58,45±6,29mg, serta D3 53,35±1,62mg; serta jumlah osteoklas dihitung secara histopatologi menggunakan pewarnaan TRAP dengan hasil sham 26,6±2,88sel/lapang pandang, kontrol negatif 61,27±14,64sel/lapang pandang, kontrol positif 21,6±3,5sel/lapang pandang, D1 29,2±1,31sel/lapang pandang, D2 22,53±1,45sel/lapang pandang, dan D3 28,4±11,93sel/lapang pandang. Berdasarkan penelitian, L-sikloserin meningkatkan berat dan kadar kalsium tulang, serta dapat menurunkan jumlah sel osteoklas.

Osteoporosis is characterized by decreasing bone mass and bone structure, causing bone fragility and fracture. L-serine analog H-Ser(tBu)-OMe.HCl, has been known to increase BMD and inhibit Serine Palmitoyltransferase (SPT) thus inhibits osteoclastogenesis. In this study, we evaluated another L-serine analog which is SPT inhibitor, L-cycloserine. This experiment is done by using Sprague-Dawley rats, divided into 6 different groups: sham and negative control were given 1ml of NaCl 0.9%, positive control was given 1mg/kg/day of sodium alendronate and the last 3 groups D1, D2, and D3 were given 0.9mg/kg/day, 1.8mg/kg/day, and 3.6mg/kg/day of L-cycloserine respectively. Ovariectomy was performed on all groups except for sham which underwent surgery without ovarium removal. After 4 weeks of ovariectomy, rats were treated for 28 days by intraperitoneal injection. Bone mass, calcium content, and osteoclast number histopathologically counted using TRAP staining were determined after 28 days of treatment. Mean bone mass in each group are 255.9±3.12mg for sham, 212,1±7.90mg for negative control, 268.93±11.12mg for positive control, 284.50±28.59mg for D1, 294.73±15.96mg for D2, and 277.43±24.38mg for D3. Mean calcium content in each group are 54.93±7.72 mg for sham, 44.37±4.86 mg for negative control, 53.26±3.16 mg for positive control, 53.73±1.22 mg for D1, 58.45±6.29 mg for D2, and 53.35±1.62 mg for D3. Mean of osteoclast numbers in cell/microscopic field of view are 26.6±2.88, 61.27±14.64, 21.6±3.5, 29.2±1.31, 22.53±1.45, 28.4±11.93 for sham, negative control, positive control, D1, D2, and D3 groups respectively. The results showed that L-cycloserine increases bone mass and calcium content, and reduces the number of osteoclasts.
"
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S70509
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Tria Astika Endah
"Osteoporosis merupakan salah satu Pcnyakit Tidak Menular (PTM) yang menjadi beban kesehatan mayarakat di negara bcrkembang tezmasuk di Indonesia. Osteoporosis discbut sebagai silent disease karena pada stadium awal tidak menimbulkan gejala yang nyata. Osteoporosis bisa menyerang laki-iaki maupun perempuan dan lebih berisiko pada usia Ianjut. Osteoporosis adalah suatu penyakit yang memiliki karakteristik yang khas, yaitu rendahnya massa tulang disertai pcrubahan-perubahan mikro arsitcktur dan mundumya kualitasjaringan pada tulang. Kondisi ini pada akhimya dapat menyebabkan tenjadinya pcningkatan kerapuhan tulang dan rneningkatkan risiko terjadinya fraktur pada tulang.
Pengukuran Dcnsilas Massa Tulang (DMT) dapat dilakukan dengan mcnggunakan alat densitomcter tulang. Metode ini mcncntukan kandungan mineral tulang pada seluruh tulang. Dengan uji Densitas Massa Tulang (DMT) dapat didiagnosis terkena osteoporosis ataukah tidak. Pengukuran dapat dilakukan pada tulang belakang, tuiang pinggul, tulang pergelangan tangan, tumit atau pun jari tangan. Mctode Quantitative Ultrasound (QUS) mcngukur densitas tulang pada tumit. Daiam mendiagnosis terjadinya osteoporosis, alat tersebut mengukur keoepatan gelombang suara yang bergerak sepanjang tulang.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian osteoporosis pada kelompok dewasa usia 40 sampai 65 tahun di Kota Depok. Disain penclitian yang digunakan adalah disain studi kasus kontrol dengan jumlah keseluruhan subjek yang diteliti scbanyak 116 orang yaitu tcrdiri dari 29 orang kasus dan 87 orang kontrol (1 : 3). Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2008. Populasi adalah seluruh orang dewasa laki-laki maupun perempuan bemsia antara 40 sampai 65 tahun yang menetap atau tinggal di wilayah Kota Depok, Jawa Barat. Kelompok kasus ditetapkan dengan kriteria seluruh orang dewasa laki-Iaki maupun perempuan benlsia 40 sampai 65 tahun yang tinggal di ernpat lokasi penclitian terpiiih (Pesona Khayangan, Mutiara Depok, Durian Mekar RW 02 dan RW 03) di Kota Depok, Jawa Barat yang didiagnosis osteoporosis menggunakan alat Achilles Exprem/Insight rnetode Quantitative Ultrasound (QUS) dengan scnsitivitas alat sebesar 97%, diperoleh nilai t-score 5 -2,5 SD, sedangkan jika nilai t-score 2 -1 SD ditctapkan sebagai kontrol.
Hasil analisis multivariat dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda model faktor risiko menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara IMT dengan osteoporosis (p-vaIue<0,05}. Nilai Odds Ratio (OR) dari hasil uji statistik diperoleh hasil bahwa subjek dengan IMT ‘kurang’ berisiko terkena osteoporosis sebanyak l85,8 kali dibandingkan dengan subjek yang mempunyai IMT ‘nom1al’. Dari hasil analisis tersebut terbukti bahwa 11 (sebelas) variabel mempakan variabel confounder yaitu terdiri dari merokok, aktivitas olahraga, tingkat pendidikan, tingkat pcngetahuan, pekexjaan, pendapatan, frekuensi konsumsi buah, frekuensi konsumsi minuman penghambat penyerapan kalsium, asupan protein, asupan vitamin C, serta asupan vitamin D.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai osteoporosis dengan menggunakan jumlah subjek yang lebih banyak untuk disain kasus kontrol. Selain itu juga dapat dilakukan penelitian lain dengan mengukur kadar kalsium dalam darah pada subjek disamping pengukiuan terhadap Densitas Massa Tulang (DMT). Dapat juga diiakukan penelitian berikutnya dengan disain studi yang berbeda yaitu dengan disain studi kohort. Hal ini ditujukan untuk rnengetahui lebih lanjut mcngenai pengaruh faktor-faktor risiko lainnya yang berkaitan dengan osteoporosis.

Osteoporosis is one of non-communicable diseases that becomes problem among people in developing countries, including in Indonesia. Osteoporosis is known as silent disease where in the first stadium does not have a significant symptom. Osteoporosis may attack men and women and it is higher risk to old people. Osteoporosis has specific characters they are low of bone weight repeated with micro-architecture changes and the decrease of bone tissues quality. This condition, at the end, may cause the increase of bone brittle and bone fracture risk. Bone Mass Density (BMD) measurement was done by using bone densitomcter. This method measures mineral content in the bone. The osteoporosis can be diagnosed by using the Bone Mass Density test. The measurements were carried out from back bone, hip bone, wrist bone, heel bone, and fmgers bone.
Quantitative Ultrasound Method measured the heel bone density. It measured the speed of sound wave moving throughout the bone while diagnosing the osteoporosis. The objectives are to find out the relation between Body Mass Index (BMI) and osteoporosis to adult people aged 40 - 65 years in Depok in 2008. Case contorol study design was carried out in this research by using 116 subject as samples divided into 29 case and 87 control (I : 3). The research was done on May 2008. Population involved in this research were men and women aged between 40 until 65 years old, lived or stayed in Depok, West Java. The osteoporosis was measured by using Achilles Express/Insight with Quantitative Ultrasound Method with 97% tools sensitivity, resulted the t-score (osteoporosis : 5 -2.5 SD decided as case, while normal : 2 -1 SD as control). Case and control stayed in 4 (four) selected location (Pesona Khayangan, Mutiara Depok, Durian Mekar RW 02 and RW 03) in Depok, West Java.
The multivariat analysis by using risk factor model with double logistic regression analysis shows that there is a significant relation between Body Mass Index (BMI) and osteoporosis (p-value < 0.05). Odds Ratio (OR) value from statistical test shows that people ‘under’ Body Meight Index (BMI) are high risk to osteoporosis, 185.8 times than people above ‘normal’ Body Mass Index (BMI). The iinal result from multivariate analysis proved that 11 (eleven) variables were confounder; there were smoking, exercise activity, education level, knowledge level, jobs, earning, fruit consumption frequency, calcium absorption resistor drinking frequency, protein intake, Vitamin C intake, and Vitamin D intake. It is necessary to carry out next step research by sampling more case and control population, not only measuring Bone Mass Density (BMD) but also measuring blood calcium content with different study design by using kohort study. This will find out, further, the effect of other risk factors dealing with osteoporosis.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34577
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library