Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Stevie Kristianti
Abstrak :
Latar Belakang: Semakin bertambahnya populasi usia lanjut dan berubahnya gaya hidup di Indonesia, insidensi silent disease osteoporosis pun meningkat. International Osteoporosis Foundation (IOF) menyatakan bahwa 1 dari 4 wanita Indonesia berusia >50 tahun berisiko terkena osteoporosis. Penyakit ini tampak secara klinis setelah terjadi fraktur, sedangkan pada tahap awal tidak memiliki gejala klinis. Korteks inferior mandibula merupakan salah satu tulang yang dapat diamati untuk melihat perkembangan penyakit osteoporosis karena sangat dipengaruhi oleh perubahan usia fisiologis serta cukup luas dan mudah diidentifikasi. Baku emas alat deteksi osteoporosis di Indonesia sangat terbatas dan cukup mahal sehingga banyak pasien yang tidak terdeteksi. Oleh karena itu, mulai dikembangkan alternatif baru deteksi dini risiko osteoporosis menggunakan indeks radiomorfometri mandibular cortical width (MCW) pada radiograf panoramik digital yang dapat dilakukan oleh dokter gigi. Tujuan: Memperoleh data rerata MCW pada wanita 31-45 tahun dibandingkan dengan MCW pada wanita usia 46-75 tahun sehingga dapat digunakan untuk pengembangan alat deteksi dini risiko osteoporosis. Metode: Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa 270 sampel radiograf panoramik digital wanita usia 31-75 tahun di Rumah Sakit Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (RSKGM UI). Subjek dibagi menjadi 3 kategori: 31-45 tahun, 46-60 tahun, dan 61-75 tahun. Untuk mendapatkan nilai MCW, diukur jarak korteks mandibula dalam (endosteum) dan luar pada garis tegak lurus foramen mental dengan batas bawah mandibula. Pengukuran lebar kortikal mandibula dilakukan dengan perbesaran 2 x pada regio bawah foramen mental. Kemudian dilanjutkan dengan uji reliabilitas intraobserver dan interobserver dengan t-test dan Bland Altman. Hasil: Rerata dan standar deviasi kelompok usia 31-45 tahun adalah 3.40 ± 0.42 mm; 46-60 tahun 3.18 ± 0.47 mm; dan 61-75 tahun 2.76 ± 0.66 mm. Rerata MCW wanita antar kelompok usia berbeda bermakna (p<0,05 berdasarkan uji One-way Anova). Semakin bertambah usia dalam rentang 15 tahun, nilai lebar kortikal mandibula semakin menurun secara signifikan. Kesimpulan: Indeks radiomorfometri panoramik MCW pada usia 31-45 tahun berbeda bermakna dibandingkan pada usia risiko osteoporosis 46-60 dan 61-75 tahun. ......Background: The increasing number of elderly population and lifestyle changes in Indonesia, raise the number of the incidence of the silent disease, osteoporosis. International Osteoporosis Foundation (IOF), stated that one out of four Indonesian women at age more than 50 years old having the risk of osteoporosis. Osteoporosis can be seen clinically as bone fracture, while in the early stage osteoporosis does not have specific symptom. Mandibular inferior cortex is one of the bone landmark that is useful for observing osteoporosis progression because it is affected by physiological changes and wide enough to identify. The gold standard of osteoporosis detection in Indonesia is very limited in number and the cost is quite high, thus most of people with the risk of osteoporoses go undetected. Therefore, a new alternative early detection tool for osteoporosis risk is developed by using radiomorphometric index, mandibular cortical width (MCW), on digital panoramic radiograph that can be done by a dentist. Objective: To obtain the mean of mandibular cortical width in women 31-45 years old and comparison with women 46-75 years old in order to develop mandibular cortical width index usage for early osteoporosis risk detection tool. Method: This study utilizing secondary data, totally 270 digital panoramic radiographs of women 31-75 years old Universitas Indonesia Dental Hospital (RSKGM UI). Subjects are divided into 3 categories: 31-45 years old, 46-60 years old and 61-75 years old. MCW was obtained by measuring mandible cortex distance from endosteum to the border of mandible at the perpendicular line between mental foramen and tangent line of border of the mandible. Mandibular cortical width measurement was done with 2 times magnification on the region below foramen mental. The reliability test for both intraobserver and interobserver were done using t-test and Bland altman test. Results: Average and standard deviation 31-45 years old group is 3.40 ± 0.42 mm; 46-60 years old 3.18 ± 0.47 mm; and 61-75 years old 2.76 ± 0.66 mm. Mandibular cortical width average between age group is statistically different (p < 0,05 in one-way anova test) and decreases with age. Conclusion: Mandibular radiomorphometric index MCW on women aged 31-45 years group significantly different compared with women in the risk ages of osteoporosis 46-60 and 61-75 years old.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ernawati
Abstrak :
Pengetahuan wanita yang berisiko osteoporosis dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain; karakteristik wanita dan pendidikan kesehatan yang diterima. Peningkatan pengetahuan wanita yang berisiko osteoporosis dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan media yang sesuai dengan kebutuhan belajar wanita yang berisiko osteoporosis. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan wanita yang berisiko osteoporosis dan membuktikan efektifitas edukasi dengan menggunakan panduan pencegahan osteoporosis terhadap pengetahuan wanita yang berisiko osteoporosis di rumah sakit Fatmawati Jakarta. Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen yang menggunakan pendekatan pretes-postes kontrol grup. Populasi penelitian ini adalah wanita yang mengikuti senam Diabetes mellitus dan senam Jantung di Unit Rehabilitasi Medik Terpadu, yang tidak mengalami demensia senilis, dapat membaca dan menulis, serta tidak mendapatkan edukasi secara formal tentang pencegahan osteoporosis dalam 3 bulan terakhir. Analisis data meliputi univariat dan bivariat dengan menggunakan uji statistik t test dan anova. Hasil analisis menunjukkan bahwa skor pengetahuan responden antara kelompok kontrol dan intervensi pada pretes setara, sedangkan pada postes berbeda secara bermakna (p=0.000) dengan efektifitas metode edukasi menggunakan panduan pencegahan osteoporosis sebesar 52,97%. Untuk selanjutnya perlu dilakukan penelitian serupa untuk mengukur perubahan perilaku dengan waktu yang lebih lama dan penelitian terhadap metode lainnya seperti diskusi dan role play.
The knowledge of women who at risk of osteoporosis affected by various factors, incuding women characteristics and health education that they already had. The knowledge of women who at risk of osteoporosis could be enhanced by using various methods and media which suitable to achieve women learning needs. This research aims were to explore factors which effect knowledge of women who at risk of osteoporosis, and to examine the Effectiveness of Education Using Osteoporosis Prevention Guidelines on Women with Osteoporosis Risk to Knowledge at Fatmawati Hospital Jakarta. The design of this study was quasi experimental design using pre-posttest control group approach. The sample of this study were women who are had exercise in gymnastic of Diabetes Mellitus and Heart exercise at integrated Medical Rehabilitation. The inclusion criterias were: does not have senilis demention, able to read and write and does not have formal education about osteoporosis prevention in the last 3 months. Data were analized using t test and anova. The bivariat results showed that respondents knowledge scores between control and intervention groups in pretest was equivalent,while as in posttest scores there was a significant difference ( p=0.0005) and Effectiveness of education methods using osteoporosis prevention guidelines was 52,97%. Future research is needed to measure behaviors for longer period of time as well as employs other education methods such as discussion and role play.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Adnan Fanani
Abstrak :
Latar Belakang: Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai oleh BMD yang rendah dan mikroarsitektur jaringan tulang yang memburuk akibat kerapuhan tulang yang meningkat dan kerentanan terhadap patah tulang. Beberapa faktor lingkungan dan genetik dianggap dapat berkontribusi terhadap terjadinya penyakit osteoporosis. Salah satu gen yang dapat mempengaruhi proses resorpsi tulang adalah gen LRP5 Gen LRP5 telah terbukti memainkan peran penting dalam biologi tulang. LRP5 adalah protein transmembran dan berfungsi sebagai co-receptor untuk protein Wnt. LRP5 diekspresikan dalam osteoblast dan mempengaruhi pembentukan tulang dengan mengubah Wnt signaling. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya polimorfisme dan perbedaan polimorfisme gen LRP5 Q89R pada wanita pascamenopause dengan osteoporosis. Metode: 100 bahan biologis tersimpan (50 sampel wanita pascamenopause dengan osteoporosis dan 50 sampel individu sehat) dianalisa menggunakan teknik PCR-RFLP dengan enzim retriksi AvaII, selanjutnya data diuji secara statistik menggunakan uji Chi-square. Hasil: Ditemukan banyak genotip QQ baik pada kelompok osteoporosis dan non-osteoporosis. Pada kelompok osteoporosis terdapat 93% genotip QQ dan 3% genotip QR dan tidak ditemukan genotip RR. Pada kelompok non-osteoporosis, terdapat 100% genotip QQ dan tidak ditemukan genotip QR dan RR. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna pada distribusi polimorfisme gen LRP5 Q89R antara penderita osteoporosis dengan kelompok non-osteoporosis (p = 0.105).
Background: Osteoporosis is a disease characterized by low bone mineral density (BMD) and deteriorating bone tissue microarchitecture due to increased bone fragility and susceptibility to fractures. Some environmental and genetic factors are considered to contribute to the occurrence of osteoporosis. One of the genes that can affect the bone resorption process is the LRP5 gene. The LRP5 gene has been shown to play an important role in bone biology. LRP5 is a transmembran protein and functions as a co-receptor for Wnt protein. LRP5 is expressed in osteoblasts and affects bone formation by changing Wnt signaling. Objective: This research aims to look for genetic polymorphism and differentiate the distribution LRP5 Q89R gene polymorphism in postmenopausal woman with osteoporosis. Methods: 100 stored biological samples (50 samples of postmenopausal woman with osteoporosis and 50 healthy control samples) were analyzed with PCR-RFLP technique using AvaII restriction enzyme, and subsequently assessed with statistical analysis using Chi-square test. Result: QQ genotype was found with the highest amount in both samples. The postmenopausal group has 94% of GG genotype, 6% of QR genotype, and no RR genotype was found. The healthy control group has 100% of GG genotype and no QR and RR genotype was found. Based on Fisher-Extract test, there is no significant association between LRP5 Q89R and postmenopausal osteoporosis (p value = 0.105). Conclusion: The genetic polymorphism of LRP5 Q89R in postmenopausal woman was found, but the polymorphism didnt have any association with osteoporosis in Indonesia populations.
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library