Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Julia
Abstrak :
ABSTRAK
Kanker atau tumor ganas adalah penyakit dimana terjadi perubahan mekanisme pertumbuhan dan proliferasi sel. Salah satu manifestasi kanker adalah nyeri. Nyeri kanker merupakan gejala utama yang paling sering dikeluhkan oleh pasien, untuk itu perlu penanganan nyeri kanker dengan baik oleh tenaga kesehatan khususnya perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengetahuan perawat tentang manajemen nyeri kanker di Rumah Sakit Pemerintah di Jakarta. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, dengan non-probability sampling, dengan metode consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56,7% perawat memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori cukup. Penelitian ini merekomendasikan peningkatan pengetahuan perawat melalui pelatihan manajemen nyeri pada pasien kanker.
ABSTRACT
Cancer or malignant tumor is a disease in which there is a change in the mechanism of cell growth and proliferation. One of the manifestations of cancer is pain. Cancer pain is the main symptom that is most often complained of by patients, for that it is necessary to handle cancer pain properly by health workers, especially nurses. This study aims to describe nurses' knowledge about cancer pain management in Government Hospitals in Jakarta. This research uses descriptive research, with non-probability sampling, with consecutive sampling method. The results showed that 56.7% of nurses had a level of knowledge in the sufficient category. This study recommends increasing the knowledge of nurses through pain management training in cancer patients.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eni Purwanty
Abstrak :

Pembedahan Open Reduction and Internal Fixation menimbulkan pembengkakan jaringan dan nyeri hebat pada area pembedahan. Salah satu upaya nonfarmakologis mengurangi pembengkakan dan nyeri adalah melakukan elevasi bagian distal yang dilakukan pembedahan. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh elevasi 20 derajat terhadap pembengkakan dan tingkat nyeri pada pasien pascabedah Open Reduction and Internal Fixation ekstremitas bawah. Penelitian dilakukan dengan desain quasi eksperimental rancangan two group pretest-posttest with control group dengan subyek penelitian sebanyak 34 responden yang dibagi menjadi kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Pengukuran circumference pembengkakan menggunakan pita meter dan tingkat nyeri dengan skala Numeric Rating Scale. Penggunaan uji statistik dengan uji T dependen, uji T independent dan korelasi Pearson. Hasil penelitian terdapat perbedaan yang signifikan selisih rerata penurunan circumference pembengkakan sebesar 1,93 cm dan tingkat nyeri sebesar 1,29 antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Elevasi 20 derajat ekstremitas bawah dapat menjadi alternatif tindakan keperawatan mandiri dalam menurunkan pembengkakan dan nyeri.

 


Surgery for Open Reduction and Internal Fixation causes tissue swelling and severe pain in the surgical area. One nonpharmacological effort to reduce swelling and pain is to perform distal elevation in the area of surgical. The purpose of this study was to determine the effect of a 20 degrees elevation on swelling and the level of pain in patients after surgery for Open Reduction and Internal Fixation of the lower extremities. The study with a quasi-experimental design of two group pre-test and post-test with control group with 34 subjects was divided into intervention and control groups. Swelling circumference measurements using tape meters and the level of pain with the scale of the Numeric Rating Scale. This study used dependent T test, independent T test and Pearson correlation. The results of the study showed that there were significant differences in the mean difference in the swelling circumference of 1.93 cm and the pain level of 1.29 between the intervention group and the control group. Elevation of 20 degrees of lower extremity can be an alternative for nursing intervention in reducing swelling and pain

2019
T53041
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salwa Muniroh
Abstrak :
ABSTRAK
Nyeri pada kasus fraktur merupakan gejala primer yang harus segera ditangani, sehingga diperlukan manajemen nyeri yang efektif. Nyeri fraktur yang tidak segera diatasi dapat mengganggu pelaksanaan pengkajian pasien, proses penyembuhan tulang, dan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Namun, pada pelaksanaannya nyeri fraktur seringkali dibiarkan tidak teratasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap sikap perawat dalam pelaksanaan manajemen nyeri pada pasien fraktur. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross-sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perawat belum memiliki tingkat pengetahuan yang baik rata-rata skor: 53,77 dan sikap yang cenderung negatif dengan rata-rata skor 72,03 . Hasil dari uji Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan di antara keduanya r = 0,150; p = 0,218 . Meskipun begitu, tingkat pengetahuan yang baik tetap penting dimiliki oleh perawat agar dapat memberikan manajemen nyeri yang efektif. Partisipasi dari pihak rumah sakit maupun perawat itu sendiri sangat dibutuhkan untuk meningkatkan tingkat pengetahuan dan memperbaiki sikap dalam pelaksanaan manajemen nyeri fraktur.
ABSTRAK
In fracture cases, pain is a primary symptom that needs to be treated immediately. Therefore, effective pain management is needed. Pain in fracture that is left undertreated may interrupt assessment process, bone healing process, and immune system towards infection. In fact, pain in fracture is often left undertreated. The aim of this research was to know the relationship between nurses rsquo knowledge to attitude of nurses towards pain management of fracture. This research used cross sectional design method. The result showed that nurses had inadequate knowledge mean score 53,77 and rather negative attitude with a mean score of 72,03 . Spearman correlation test showed that there was no relationship between nurses rsquo knowledge and attitude r 0,150 p 0,218 . Nonetheless, knowledge is an important aspect for a nurse in order to provide an effective pain management. The participation of hospital and nurses themselves are important to improve nurses rsquo knowledge and attitude towards pain management of fracture.
2017
S69136
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Nursasmita
Abstrak :
Hospitalisasi dengan berbagai ketidaknyamanan bagi anak akan berdampak bagi tumbuh kembang berikutnya. Kolcaba dengan teori kenyamanan yang holistik dan bersifat individual bertujuan untuk mengatasi ketidaknyamanan anak. Hal ini sesuai dengan filosofi keperawatan anak yaitu atraumatic care. Salah satu bentuk ketidaknyamanan yang dialami anak adalah nyeri. Pelaksanaan asuhan tanpa trauma dalam mengatasi nyeri pada anak melalui pendekatan teori kenyamanan Kolcaba yaitu melalui penerapan EBNP menggunakan Buzzy Pain Relief. Hasil pemberian asuhan keperawatan menggunakan model teori kenyamanan Kolcaba ini dapat diaplikasikan pada anak dengan masalah nyeri. ...... Hospitalization with various discomforts for children for example needle insertion procedure impacts the growth and development. Kolcaba with holistic and individual comfort theory is expected to overcome the discomfort of the child. This is according to pediatric nursing philosophy of atraumatic care. One of the discomforts that children experience is pain. Implementation of atraumatic care to reduce discomfort like pain through the approach theory of comfort Kolcaba is to use Buzzy Pain Relief. The results of nursing care using this model Kolcaba comfort theory can be applied to children with pain problems.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lailiyatul Munawaroh
Abstrak :
Gout arthritis merupakan gangguan peradangan  pada sendi yang disebabkan oleh kelebihan kadar asam urat dalam darah. Usia dewasa menengah, 35-55 tahun, termasuk kelompok usia yang rentan mengalami gout arthritis. Tanda dan gejala yang paling sering dialami oleh penderita gout arthritis adalah nyeri sendi yang umumnya dirasakan pada sendi seperti jari kaki, tangan, atau pergelangan kaki. Manajemen nyeri pada masalah gout arthritis dapat dilakukan secara farmakologi maupun nonfarmakologi. Salah satu manajemen nyeri nonfarmakologi yang dapat diberikan adalah kompres hangat jahe dan teknik distraksi. Jahe dipilih karena sudah dikenal sebagai salah satu obat tradisional untuk mengurangi nyeri, mudah dijangkau, murah dan tidak memiliki efek samping.   Pemberian intervensi kompres hangat jahe dan distraksi  menurunkan skala nyeri sendi pada Ibu T dari nyeri sedang ke nyeri ringan setelah dilakukan tiga kali intervensi.  Hasil intervensi ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan intervensi keperawatan dalam manajemen nyeri pada gout arthritis.
Gout Arthritis is inflammation in the joints caused by hyperuricemia. Middle age, 35-55 years old, is an age group which prone to gout arthritis. The most common sign and symptoms in gout arthritis is joint pain, usually appears in smaller joints such as toes, fingers, ankle or wrist. Pain management in gout arthritis can be done pharmacologically or non-pharmacologically. One of non-pharmacological procedure to reduce the pain is ginger warm compress combined with distraction technique. Ginger was chosen because it has been known as one of the traditional medicines to reduce pain, easy to get, inexpensive and has no side effects. The warm compress and distraction intervention able to reduce   Mrs. T pain scale from moderate to mild pain for after 3 times of intervention. The result of this intervention can be the basis for developing nursing intervention in gout arthritis pain management.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Budiarti
Abstrak :
ABSTRACT
Nyeri merupakan keluhan utama yang terjadi pada pasien pascapembedahan. Manajemen nyeri yang tidak efektif akan mempengaruhi kualitas pelayanan rumah sakit. Hal ini merupakan tantangan bagi rumah sakit untuk mempertahankan pencapaian kualitas pelayanan yang paripurna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil evaluasi manajemen nyeri terhadap pasien pascapembedahan. Metode penelitian ini adalah cross sectional yang dilakukan dengan melibatkan 96 pasien pascapembedahan selama bulan Juni 2017. Kuesioner American Pain Society Patient Outcome Questionnaire Revised APSPOQR yang dimodifikasi Cronbach ?=0,720 digunakan untuk mengkaji pengalaman nyeri pasien. Kejadian nyeri pada pasien pascapembedahan adalah 86,5 . Intensitas nyeri pada skala 1-10 , terendah rata-rata pada skala 2,27 , terberat rata-rata pada skala 4,35 ; dan berkurang dalam 24jam pertama sebesar 67,6 . Pengaruh nyeri terhadap aktivitas, istirahat dan mood: ringan le;3,47 dari skala 1-10 ; efek samping obat: ringan le;1,54 dari skala 1-10 ; partisipasi dan kepuasan pasien dalam pengobatan berturut-turut 7,59 dan 7,92 dari skala 1-10 ; besar informasi pengobatan nyeri dapat membantu 7,01 dari skala 1-10 ; penggunaan manajemen nonfarmakologi sebesar 70,8.
ABSTRACT
Pain is a major problem post operative patients. Ineffective pain management may affect the quality of health care services in hospital. Thus, hospital management should address this challenge to provide better quality service. This study aimed to evaluate pain management given in post operative patients. The method of this study was a cross sectional study involving 96 post operative patients during June 2017. The modified American Pain Society Patient Outcome Questionnaire Revised APSPOQR Cronbach 0,720 was used to assess the patient 39 s pain experience. The incidence of pain in post operative patients was 86.5 In the first 24 hours, the pain was decreased 67.6 On a scale of 1 10, lowest pain 2.27 , severe pain 4.35 the impact of pain on activity, sleep and emotion mild le 3,47 side effects of treatment mild le 1,54 ability to participate in pain treatment 7.59 Pain treatment information may be helpful 7.01 Patient satisfaction 7,92 use of nonpharmacological strategies 72,9.
2017
S70056
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Muhdlor
Abstrak :
Hipospadia merupakan kelainan kongenital dimana muara uretra anak tidak berada di ujung penis. Hipospadia dapat dikoreksi dengan operasi. Perawatan paska bedah hipospadia menimbulkan nyeri pada anak. Salah satu intervensi untuk mengurangi nyeri menggunakan tehnik distraksi dengan bermain dan bercerita. Teknik distraksi bermain dan bercerita merupakan salah satu penalaksanaan nyeri non farmakologis. Tindakan perawatan luka pasca operasi pada An. M menimbulkan nyeri pada anak sehingga perlu dilakukan penanganan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan. Hasil dari penerapan tehnik distraksi bermain dan bercerita ini selama 3 hari terbukti efektif menurunkan skala nyeri dari 6 menjadi 3 dengan menggunakan skala FLACC. ...... Hypospadias is a congenital defect in which the child s urethral opening is not located at the tip of the penis. Hypospadias can be repaired by surgery. Post operative treatment of hypospadias causes pain in children. One of the interventions in reducing pain is by using distraction technique through playing games and telling stories. Distraction technique of playing and story telling is one of non pharmacological pain management. Postoperative wound care on An M causes pain therefore a nursing care is necessary needed to reduce the pain. Results showed that 3 days application of playing and storytelling was effective to reduce the pain scale from 6 to 3 measured by using FLACC scale.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Wahyudi Soamole
Abstrak :
Latar Belakang: Tatalaksana nyeri pascabedah pada pasien pascalaparoskopi nefrektomi merupakan salah satu kunci pemulihan dini pasien. Di RSUPN Cipto Mangunkusomo, hampir semua pasien donor ginjal pascabedah laparoskopi nefrektomi mendapatkan analgesia epidural kontinyu. Masih tingginya persentase pasien dengan derajat nyeri berat, serta terdapatnya efek samping retensi urin pascaanalgesia epidural kontinyu, membuka kemungkinan untuk digunakannya teknik analgesia berbasis anestesia regional lain yang lebih baik. Blok tranversus abdominis plane dapat digunakan sebagai analgesia pascabedah abdomen, aman digunakan pada pasien dengan gangguan fungsi koagulasi dan tidak menyebabkan terjadinya retensi urin dibandingkan dengan teknik blok neuraksial. Metode: Penelitian ini bersifat uji klinis terkendali tidak tersamar tunggal, dengan populasi semua pasien donor ginjal yang menjalani laparoskopi nefrektomi pada bulan Mei-Oktober 2017 di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Sebanyak 25 subyek pada dua kelompok diambil dengan metode consecutive sampling. Analisa statistik dilakukan untuk mengetahui efek analgesia penambahan deksametason 8 mg pada blok TAP tiga titik, rata-rata derajat nyeri gerak dan kebutuhan morfin pascabedah pada kedua kelompok dengan menggunakan uji Mann-Whitney dan uji Friedman dan post hoc Wilcoxon.Hasil: Uji Mann-Whitney rata-rata nyeri diam tidak berbeda signifikan p 0,066-0,716 . Uji Mann-Whitney Kebutuhan PCA morfin pada 24 jam pascabedah tidak berbeda signifikan p 0,072-0,200 . Perubahan derajat nyeri pada blok TAP dengan uji Friedman dan post hoc Wilcoxon bermakna signifikan p 0,002 dan 0,020 . Kebutuhan morfin pada blok TAP dengan uji Friedman dan post hoc Wilcoxon bermakna signifikan p 0,023 . Saat pertama menggunakan tambahan morfin dan awal mobilisasi pascabedah tidak ada perbedaan pada kedua kelompok. Kekerapan retensi urin pascabedah lebih tinggi pada epidural kontinyu 58.01 .Simpulan: Penambahan deksametason 8 mg tidak memberikan efek analgesia yang lebih baik pada blok TAP tiga titik dibanding epidural kontinyu. Jumlah penggunaan morfin, saat pertama membutuhkan tambahan morfin, rata-rata derajat nyeri gerak dan awal mobilisasi pascabedah tidak berbeda signifikan pada blok TAP tiga titik dengan epidural kontinyu. Kekerapan retensi urin pascabedah lebih tinggi pada epidural kontinyu.
Abstract Background Postoperative pain management in laparoscopic nephrectomy is one key to early recovery. At RSUPN Cipto Mangunkusomo, almost all postoperative laparoscopic donor nephrectomy patients acquire continuous epidural analgesia. High percentage of patients with severe degree of pain and presence of postoperative urinary retention related to continuous epidural opens the possibility of better use of other regional anesthesia analgesia techniques. Tranversus abdominis plane block can be used as postoperative analgesia in abdominal surgery, safe in patients with impaired coagulation function and does not cause urinary retention compared with neuraxial block technique. Methods Randomized control trial in all kidney donor patients undergoing laparoscopic donor nephrectomy in RSUPN Cipto Mangunkusomo during May October 2017. Consecutive sampling and random allocation was done to put 25 patients in each TAP block and Continuous Epidural group. Statistical analysis was performed to determine the effect of adding 8 mg of dexamethasone in three point TAP block on degree of pain at rest and with movement and postoperative morphine requirements using Mann Whitney, Friedman and post hoc Wilcoxon test. Results Mann Whitney test showed no significant difference in pain at rest p 0,066 0,716 and 24 hours postoperative morphine requirements p 0,072 0,200 between two groups. Friedman and post hoc Wilcoxon test showed a significant difference in degree of pain p 0,002 and 0,020 and morphine requirement p 0,023 in TAP block group. There is no difference in time to first dose of morphine rescue and early postoperative mobilization. There is higher incidence of postoperative urinary retention in continuous epidural group 58.01 .Conclusion The addition of dexamethasone 8 mg on three point TAP block did not provide better analgesia than continuous epidural. The amount of morphine requirement, time to first dose of morphine rescue, degree of pain at rest and with movement and early postoperative mobilization did not differ significantly between two groups. The frequency of postoperative urinary retention is higher with continuous epidural.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andinia Fathonah
Abstrak :

Penatalaksanaan medis pada closed fracture shaft femur seringkali menimbulkan nyeri, edema, penurunan kekuatan otot, dan keterbatasan lingkup gerak sendi. Penatalaksanaan yang salah pada fraktur femur akan berdampak pada kekakuan sendi, nekrosis avascular, penyatuan nonfungsional dan penyatuan terhambat. Oleh karena itu, dibutuhkan program latihan yang efektif untuk mencegah komplikasi tersebut, diantaranya melalui latihan ankle pump. Penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode studi kasus dengan tujuan menggambarkan efektifitas latihan ankle pump dalam mempercepat pemulihan pasca pembedahan orthopaedi. Latihan ankle pump terbukti efektif dalam menurunkan nyeri, menghilangkan edema dan meningkatkan kekuatan otot yang memudahkan klien dalam ambulasi secara bertahap


 

 


Medical management of the closed fracture shaft femur often causes pain, edema, decreased muscle strength, and limited joint motion. Incorrect management of femoral fractures will have an impact on joint stiffness, avascular necrosis, nonfunctional union and inhibited unification. Therefore, an effective exercise program is needed to prevent these complications, including through ankle pump training. This scientific paper use case study method to describe analysis of the effectiveness of ankle pump exercises in accelerating post-orthopedic surgery recovery. Ankle pump exercise is proven effective in reducing pain, eliminates edema and increases muscle strength which facilitates the client in gradual ambulation.

 

Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Opie Dwi Agustina
Abstrak :
Nyeri merupakan salah satu dampak yang dirasakan pasien anak saat hospitalisasi. Tiup kincir sebagai media terapi teknik relaksasi napas dalam dan distraksi untuk menurunkan skala nyeri. Penulisan ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan dengan penggunaan terapi bermain tiup kincir sebagai salah satu intervensi menurunkan skala nyeri pada anak usia pra sekolah saat hospitalisasi. Hasil intervensi menunjukkan bahwa tiup kincir dapat menurunkan skala nyeri yang dirasakan oleh anak dari skala 10 menjadi 5 menggunakan Wong Baker FACES Pain Scale. Analisis ini merekomendasikan dilakukannya asuhan keperawatan psikososial yang terintegrasi dengan asuhan keperawatan fisik pada anak yang mengalami nyeri saat hospitalisasi.
Pain is one of the effects felt by child patients during hospitalization. Blow the windmill as a therapeutic tool for deep breathing and distraction techniques to reduce the scale of pain. This writing aims to describe nursing care with the use of windmill inflatable play therapy as one of the interventions to reduce the scale of pain in pre-school age children during hospitalization. Intervention results showed that windmills could reduce the scale of pain felt by children from a scale of 10 to 5 using Wong Baker FACES Pain Scale. This analysis recommends doing psychosocial nursing care that is integrated with physical nursing care in children who experience pain during hospitalization.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>